Thats Why I Love The Moon

34.8K 1.7K 416
                                    


Aku sadar ini bukan hanya tentang melupakan.
Lebih dari itu.

Ini tentang janji-janji yang belum ditepati,
rencana-rencana yang belum terlaksana.
Bahagia yang masih terlalu singkat untuk usai.
Ini tentang dua keluarga yang sudah saling kenal.

Tentang hubungan sempurna yang tak harus sudah
hanya karena sedikit salah.

****

Kalian tau rasanya jadi orang miskin yang taat beribadah, lalu seketika itu juga dapet uang kaget dan berhak naik haji gratis tanpa ngantri? Nah itulah yang gue rasakan malam ini. Aduh ini sih bukan ketiban duren lagi namanya, tapi ini sudah dalam kategori ketiban ban dalem pesawat tempur. Meski banyak sekali rasa canggung yang ada di antara kami berdua, tapi semua berjalan lancar meski sesekali salah satu dari kami hampir jatuh dari kasur karena memang kasur yang sedang kami pakai adalah kasur untuk satu orang alias single bed.

"Boleh gak besok kasurnya kita satuin aja? Pantat aku keluar dari kasur nih." Celetuk gue sambil memeluknya dari belakang.

Twindy tertawa. Tawa yang tidak pernah gue dengar sebelumnya selama kami menikah. Mungkin setelah kejadian unboxing daster barusan, gunung tinggi yang menghalangi kami berdua pada akhirnya meleleh. Tampaknya, memang benar bahwasanya untuk meruntuhkan segala gengsi yang ada di antara dua pasang umat manusia, cara yang paling baik adalah dengan melakukan hubungan seksual. Karena ya apalagi yang ingin disembunyikan? Semua sudah terbuka lebar kaya jendela angkot. Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Percakapan jauh lebih mengalir karena sudah pasti kekurangan bukan lagi alasan untuk meninggalkan.

"Kamu mau bilang aku gendut?!" Dia mencubit tangan gue yang melingkar di pinggulnya.

"Eh enggak! Badan kamu kurus banget kaya pensil inul. Badan aku aja yang kaya soundsystem dangdut. Besok aku satuin aja deh pas kamu ngantor."

"Beli baru aja yang kingsize."

"Ih sayang banget! Terus kasur ini kita buang?"

"Kasihin romi."

Gue mengangguk, "Bener juga. Aku taruh depan kulkas aja yak. Biar nanti romi kalau nginep dan kepanasan gak perlu nyalain ac. Tinggal buka kulkas aja. Paling besok pagi badannya jadi bau pindang."

"Hahahahahahaa apaansih!"

Boleh dibilang, ini obrolan terlepas pertama kami. Butuh waktu lebih dari satu setengah tahun untuk pada akhirnya sampai di titik ini. Detak jam dinding terdengar nyaring di telinga. Menggema memenuhi relung kamar. Kami berdua larut dalam hening yang panjang. Membiarkan dua tubuh ini saling mendekap erat membayar segala kehampaan yang selama ini lahir di antara kami berdua.

"Chak." Panggil Twindy. Gue kira dia udah tidur. Ga ada suaranya banget kaya lagi cosplay jadi mayat.

"Hmm?" Gue hanya mendehem menjawabnya sambil masih terlelap di tengkuk lehernya.

"Kamu pernah nyesel ninggalin mantanmu itu?"

Gue tidak langsung menjawab. Mata gue yang tadi tertutup kemudian terbuka lagi. Memutar kembali seluruh film-film usang di kepala tentang apa yang dulu terjadi antara gue dan Anet.

"Pernah."

"HAH?!"

"Dulu, sayang... Dulu... Aku belum beres ngomongnya jangan langsung dipotong terus marah-marah kaya guru penjaskes. Sabar... Dulu aku pernah nyesel ngelepas dia, karena ya biar bagaimanapun aku sudah hidup lama sama dia. Mungkin jawabannya akan sama kalau aku bertanya tentang Aldi juga sama kamu." Jelas gue pelan-pelan.

K U D A S A IWhere stories live. Discover now