√ [1 - PROLOG]

247 63 45
                                    

Ramai dan bising bak pasar pagi dengan jeritan-jeritan 'mbo! Nasi kuning satu', 'pak darto! Es teh nya cepetan dong', 'cepet dong bude, udah laper nih, cacing nya udah demo semua!'. Itulah kondisi kantin di SMA Anggara saat ini. Walau kantin itu besar luas nan gedung yang tinggi tapi, tetap saja kebisingannya mengalahkan suara curut yang sedang memperebutkan sepotong keju saking banyaknya manusia semut didalamnya.

"lo pesan apa, ra? biar gue pesanin, sekalian nih!" tanya Reina .

"Somay Pak Mamat aja 10 ribu, deh."

Ya, itulah sahabat Anharra, Reina Alta fayza. Cukup tinggi, keren, dan agak kelaki-lakian gayanya. Tomboy.

"Nih, somay lo, ra!! Gue kasih pedes loh yah lima sendok tadi."

"What!! Lo gilaaa kali ya, niat gak ambilin gue pesanan, sudah tau gue gak sanggup makan lombok banyak," emosi Anharra, menaikkan satu oktaf dari cara bicaranya, tidak lupa diakhir kata, bibir manyun pasti ada.

"Whoho, santuy mank! Gue gak sengaja tadi, lagian pak Mamat yang salah, orang dia yang ngasih kok," jawab Reina dengan santainya seperti tak punya dosa.

"Bikin mati gue lo, ya! Makan cepat tuh somay gue gak selera! lo gak makan gue makan sekalian elo-nya," sentak Anharra ganas.

Ya itulah Anharra Qeyna Bramastha. Galak pada siapapun itu yang suka menyianyiakan sesuatu.

"Serius amat lo, ra. Gue cuman bercanda juga," ucap Reina yang sedang mencabik cabis somay nya.

Plaaakkkk...

Tak sekeras itu juga sih! Anharra menampol Reina.

"Emosi gua liatnya, tunggu giliran gue," ucap Anharra tak mau kalah dan hanya dibalas cengiran kecil dari Reina. Ntah, manusia macam apa Reina, sudah di kasih pelajaran dengan menampol-nya, masih saja bisa cengir.

"Hadeh..." Desah Anharra pelan.

***

Anharra Qeyna Bramastha merupakan seorang ketos di SMA Anggara sebut saja Smanggara setelah perjuangan-nya melawan Arga, cowok sok keren sejagat dunia fana yang juga mencalonkan diri menjadi ketos di SMA itu.

Selain ketos di Smanggara, Anharra adalah sosok paling menakutkan dan selalu disegani oleh setiap penghuni sekolahnya itu. Ia sangat pintar beradu mulut dengan siapapun, bahkan manusia berbadan besar berotot besi pun akan menjadi kecil mengalahkan kurcaci putri salju saat beradu mulut dengan Anharra.

"Reina, tau gak?" sambung Anharra pelan..

"Enggk," dengan wajah polosnya Reina membalas singkat perkataan Ara.

Plaaaaakk.

Untuk yang kesekian kalinya, tampolan itu mendarat lagi ke pipi Reina.

"Dasarr laknat," api membara membakar amarah Reina hingga terjadi perang dunia ke 3 dikantin itu.

***

Jangan lupa krisarnya.
Tinggalkan bekas setelah membaca jangan pergi dan menghilang begitu saja macem doi.

Don't forget for give vote this stories💕

DimensikuWhere stories live. Discover now