Part 1. Sial!!

401 104 146
                                    

Cahaya pagi memasuki ruangan yang gelap gulita, seorang gadis yang sekarang tengah tertidur terusik karena cahaya tersebut. Tubuhnya menggeliat, tangannya mengucek-ngucek matanya. Dilihatnya jam yang berada di atas nakas.

Jam 6 lewat 35 menit, batinnya.

Ia pun beranjak dari ranjangnya kemudian berjalan kearah kamar mandi dengan langkah gontai. Setelah 15 menit ia pun keluar dari kamar mandi dengan seragam baru yang sudah ia kenakan.

Kakinya melangkah ke arah meja rias, dilihatnya seragam baru yang kini ia kenakan. Ia tersenyum kecut.

"Semuanya berubah." gumamnya.

Ia duduk di kursi, diraihnya sebuah sisir kemudian menyisirkan rambutnya yang berantakan. Tak lupa ia memoleskan bedak tipis di wajahnya sedangkan rambutnya ia biarkan tergerai. Setelah selesai bersiap-siap lantas ia langsung mengambil tas nya kemudian turun ke lantai bawah dimana keluarga kecilnya sudah menunggu kehadirannya di meja makan.

"Selamat pagi!" sapa gadis yang kerap dipanggil Melody itu, atau yang memiliki nama panjang Melody Tria Monlanda.

Brayn—Ayahnya Melody—menoleh ke asal suara.
"Selamat pagi juga anak Ayah!" balas Brayn halus.

"Selamat pagi juga sayang," sapa Dinda—Ibundanya Melody,"Sini sayang, duduk di samping Bunda!" titah Dinda seraya menepuk kursi yang berada di sebelahnya.

Melody berjalan ke arah meja makan dan langsung mendudukkan bokongnya di sebelah Dinda.

"Kamu mau makan apa? Roti atau nasi goreng?" tanya Dinda pada anak gadis satu-satunya itu.

"Emmhhh....roti aja deh bun." jawab Melody.

Dinda tersenyum kemudian meraih sepotong roti dan mengoleskan selai diatasnya setelah itu ia berikan kepada Melody.

"Bagaimana perasaanmu pagi ini, apakah kamu senang akan pergi kesekolahan mu yang baru?" tanya Brayn.

"Ya begitulah, aku juga tidak tau bagaimana perasaanku hari ini." ia tidak tau harus menjawab apa, karena ia sendiri tidak tau bagaimana perasaannya hari ini.

"Maafkan Ayah dan Bunda karena sudah memaksamu untuk pindah ke Jakarta, kami hanya ingin kau merasakan kasih sayang kami secara langsung." sesal Brayn.

"Gak kok Yah, Ayah gak perlu minta maaf. Melody gak nyesal kok pindah ke Jakarta, justru Melody bersyukur." jawab Melody, 'Karena bisa menjauh darinya' lanjutnya dalam hati.

"Kamu yakin?" tanya Dinda.

"Iya Bun, Melody yakin. Oh ya, Kak Dimas kemana, Bun? Kok gak turun-turun?" tanya Melody berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Paling masih tidur. Kakak mu itu emang gitu, bangunnya pasti telat terus, sampe gak sarapan gara-gara kesiangan. Bunda aja sampe heran." gerutu Dinda.

Melody hanya terkikik mendengar ucapan Dinda barusan.
"Kak Dimas emang gak pernah berubah ya Bun." ucap Melody.

Dinda hanya terseyum mendengar tanggapan anaknya itu. Disela-sela memakan sarapan, Dimas akhirnya turun dengan santainya tanpa memikirkan sudah jam berapa sekarang.

"Hai!! Pagi semua!!" sapa Dimas seraya mendudukkan bokongnya disamping Brayn.

"..........." tidak ada yang menjawab, justru mereka bertiga menatap Dimas dengan tatapan seolah tak perduli.

"Dih, anak ganteng dikacangin." protesnya.

"Muka kaya upil semut aja bangga." celetuk Melody.

"Sembarangan, muka kaya Lee Min Ho gini disamain sama upil semut." sahut Dimas.

Under Sunset [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang