- AZ 30.2 [END] -

12.5K 208 7
                                    

Assalamu'alaikum!

WARNING! PART INI PANJANG!


__________________________________________

Bagaimanapun akhirnya, itu akan menjadi bagian dari cerita

– n j a –

✿ ✿ ✿

Perhatian Amar yang sedang mengendarai mobil, teralihkan saat terdengar nada panggilan masuk di handphone-nya. Nama Hanif tertera di atas layar.

Setelah memakai earphone, Amar mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum, Am. Posisi Zahra sudah ditemukan."

✿ ✿ ✿

Keheningan mendominasi ruang tamu. Zahra melirik Zidan sekilas sebelum kembali menatap tangannya yang saling bertaut.

Atas permintaan Zahra, mereka akhirnya pindah tempat untuk membicarakan semua hal secara baik-baik. Masih ditemani oleh beberapa penjaga perempuan dan laki-laki dengan memberi jarak, memantau dari jauh.

"Aku mengidap kanker otak stadium dua. Hal ini baru aku ketahui setelah hari dimana kamu datang ke rumah Naura dan hampir menculikku," ujar Zahra.

Zidan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Perasaan sesak tiba-tiba menjalar perlahan daam dadanya. Bagaimana bisa ia tidak mengetahuinya?

"Ra..."

Zahra menggeleng pelan. Matanya menyipit seolah tersenyum.

"Aku tidak menyalahkanmu, Zidan. Percayalah, ini sudah takdir yang Allah berikan untukku," ucap Zahra, "belum ada yang mengetahuinya selain dokter yang memeriksaku waktu itu. Aku memintanya untuk tetap merahasiakannya dulu."

Suasana kembali hening. Zidan bisa merasakan kegelisahan dalam hatinya. Ia masih belum bisa mencerna fakta yang terlalu tiba-tiba ini.

"Aku masih belum mengerti, kenapa kamu menculikku? Bahkan saat pertama kali di rumah Naura, aku masih berharap hal ini bukan rencana dari orang yang aku kenal. Aku tidak mau memupuk kebencian dari trauma yang semisalnya menimpaku."

Zahra berhenti sejenak. Ia bisa merasakan suaranya hampir terdengar bergetar jika saja tak berhenti. Bersyukur, cadarnya masih berada di tempat sejak awal.

Setelah menghela nafas pelan, Zahra kembali berbicara. "Zidan, kenapa? Apa ada kesalahan yang kuperbuat sehingga mendorongmu untuk melakukan ini semua?"

Rahang Zidan terlihat mengeras. Ia duduk dengan gelisah. Apa yang harus ia jawab untuk pertanyaan itu? Apa ia harus mengatakan, jika sebenarnya semua ini ia lakukan karena menyukai Zahra dan tak terima bila gadis itu menikah dengan laki-laki lain?

"Aku sebentar lagi akan menik–"

"ITU MASALAHNYA! ITU MASALAHNYA, ZAHRA. Itu masalahnya..."

Zahra terkejut tatkala Zidan memotong ucapannya dengan teriakan. Jantungnya berdetak cepat.

"Maksudmu apa?" tanya Zahra setelah menetralkan nafasnya.

"Aku menyukaimu, sejak dulu. Itu faktanya. Karena itu, aku tidak bisa menerima kamu menikah dengan laki-laki lain. Aku berjanji pada diriku sendiri setelah kejadian si brengsek Malik, aku tidak akan membiarkan laki-laki lain melakukan hal yang sama padamu. Aku benar-benar tidak terima, Zahra," lirih Zidan di akhir.

Zahra mengernyit bingung. Bukannya dia tidak paham apa maksud dari perkataan Zidan. Hanya saja, ia merasa ada yang mengganjal.

"Lagi pula, dengan kondisi kamu begini, menurutmu apa calon suamimu itu akan tetap menerimamu? Jadi Zahra, menikah denganku ya? Aku mohon. Hanya aku yang bisa menerimamu dalam keadaan apapun," ujar Zidan.

AMZAH [Selesai]Where stories live. Discover now