Gentania-12

611 60 0
                                    

Mungkin, suatu saat nanti, kau temukan bahagia, meski tak bersama ku. Bila nanti kau tak kembali, kenanglah aku sepanjang hidupmu 🎶

⛑⛑⛑

Hari-hari di lalui Genta dengan bosan, paling-paling ia hanya datang ke sekolah ketika ada latihan paskibra.

Bukan nya Genta ingin ikut campur, tapi karena suntuk di rumah, jadi Genta memutuskan untuk datang melatih. Itung-itung mengasah kemampuan lagi.

"Oh, iya, kak Gen. Perpisahan jadi tanggal 23?" Tanya Rizka—koordinator paskibra yang baru.

"Iya, tanggal 23, kalian dikasih tugas apa?"

Rizka menjelaskan secara rinci, kalau paskibra diminta menjadi pengiring juga penyambut tamu.

"Ohh, kalau itu memang udah tradisi sekolah kita setiap tahun," tutur Genta.

Rizka mengangguk-angguk, karena memang sedang diberi waktu untuk istirahat, Rizka bisa bertanya-tanya pada Genta.

"Kakak mau lanjut di mana?"

Genta yang tadi sedang fokus ke laptop nya langsung berhenti, "insyaallah mau masuk TNI, doain, ya."

"Wah? TNI? Jarang pulang dong, kak. Kasian nanti istri kakak. Hahhaa."

Genta tertawa, "ya makannya, mumpung belum punya istri, patuh nya sama negara dulu, hahhaa.." Genta ikut tertawa mendengar perkataan nya sendiri.

"Nah, bener juga, sih. Kalau pacar kakak mau ke mana?" Tanya Rizka.

Dalam hati Genta merutuki ke-kepo-an Rizka yang sangat tidak tahu waktu. Bagaimana mungkin Rizka menanyakan pacar Genta di dalam forum seperti ini.

"Hah? Saya ngga pacaran!" Jawab Genta tegas.

"Halah, kakak malu-malu, terus yang sering becanda-becanda di bawah pohon sekolah itu siapa?" Tampaknya Rizka semakin menggoda Genta.

Rizka memang akrab dengan Genta karena Rizka juga sering bertanya pada Genta apa yang harus dilakukan sebagai koordinator.

"Itu teman saya," Genta menjawab.

"Ohh, teman ya kak? Tapi kok beda gitu kelihatannya?" Rizka semakin menggoda Genta. Genta mematikan laptopnya kemudian berdiri.

"HITUNGAN KE SEPULUH HARUS SUDAH BERBARIS DI HADAPAN SAYA! SATU! DUA! TIGA!"

Para peserta yang habis menikmati istirahatnya langsung berlarian untuk baris.

"EMPAT! LIMA! ENAM! TUJUH! DELAPAN! SEMBILAN! SEPULUH!" Genta melihat satu anggota laki-laki yang tampak berjalan santai.

"Berhenti. Saya suruh baris hitungan ke berapa?"

Anak laki-laki itu tampak santai menjawab Genta, "sepuluh."

"Kamu lihat teman-teman kamu udah baris?"

"Lihat," dengan santai anak laki-laki itu menjawab Genta tanpa rasa bersalah.

"Ambil posisi!" Genta mengintruksi, namun anak laki-laki itu malah menantang Genta.

Gentania [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang