Part 1 - A Story

3.8K 219 4
                                    

Renard Dustin, anak yang sengaja menjauh dari kehidupan bergelimang harta ayahnya. Berusaha menemukan sendiri ketenangan yang hilang sejak ibunya meninggal.

Mimpi indah kembali terulang, menyenangkan tapi sekaligus menyiksa. Lagi-lagi anak Javier muncul dalam tidurnya. Ia datang dengan gaun tidur yang transparan dan duduk begitu saja di atas ranjangnya. Memposisikan dirinya di atas pangkuan Dustin, lalu menyerbunya dengan ciuman-ciuman membakar gairah.

Entah kenapa mimpi itu terasa begitu nyata, masih terasa di telapak tangan Dustin bagaimana halus dan lembutnya kulit wanita cantik itu. Seolah sudah terbiasa, Dustin langsung membalikkan posisinya agar berada di bawah kuasa. Melucuti satu persatu kain penutup yang sangat tipis untuk digunakan di malam hari.

Bahkan terakhir kali dia ingat sebelum terbangun adalah, desahan suara wanita itu yang memanggilnya begitu halus. Dy, nama yang disebutkan oleh wanita itu ketika mencapai klimaks.

Saat ini, seluruh badan Dustin panas berkeringat. Buliran air membasahi seluruh tubuhnya yang tidak tertutup kain. Menyibak selimut kasar, sesuatu di bawah sana juga tidak membohongi. Dia sama-sama merasakan klimaks yang mendera hingga basah. Sialan, seperti anak muda saja.

Sudah tiga kali Dustin selalu memimpikan hal ini. Apakah sebegitu besarnya pesona wanita itu?

***

Disebuah kamar bernuansa putih dan ungu, nampak seorang gadis sedang asik duduk di balkon sambil membaca buku tebalnya. Matanya menajam mencerna kata demi kata. Dia suka membaca, apapun itu. Baginya buku itu magic, bisa membuat orang yang awalnya tak tahu menjadi tahu. Orang yang sedih bisa menjadi senang, begitupun sebaliknya. Sastra umum, novel, ensiklopedi banyak ia koleksi di rak perpustakaan di rumah ini.

Larut dalam bacaan membuatnya kadang dilanda tuli mendadak. Seperti saat ini, sedari tadi seorang lelaki paruh baya sudah mengetuk berkali-kali pintu kamarnya. Pria penuh kasih sayang itu datang menghampiri.

"Sibuk?"

"Hi ayah,"

Wanita cantik itu mengalihkan pandangannya sejenak namun kemudian kembali lagi ke dunia buku.

"Sudah makan?"

"Hem" jawabnya sambil membalik halaman buku yang dibaca. Kacamata minusnya ia betulkan. Jika di dalam rumah pastilah tak banyak yang tahu, jika gadis yang baru saja wisuda ini seperti anak kecil. Berbeda cerita jika ia keluar dari rumah, penampilannya sedikit mewah dengan sikap anggun.

"Mau mendengar cerita, ia lebih menarik dari pada buku tebalmu itu" ucapnya mengambil paksa buku tebal yang dibaca anak tercintanya.

"Ayaaaah," rajuknya.

"Dengarkan sebentar, aku menginginkan anakku memberikan tanggapan pada cerita ini. Ada seorang laki-laki biasa, dia tidak terlalu menonjol di antara teman-teman. Pergaulan dengan anak-anak normal lain dan jarang mengikuti kegiatan pesta ataupun hangout. Pria itu bekerja di sebuah perusahaan. Setiap hari yg dilakukan sangatlah membosankan, "

"What he was doing?"

"Dengarkan dulu,"

"Ok"

"Hidupnya membosankan, sampai suatu ketika ia bertemu wanita cantik. Wanita itu selalu memberikan senyuman setiap hari. Membuat hari-hari yang dilalui laki-laki ini menjadi berbeda, ada semangat baru dalam hidupnya, setiap harinya selalu berwarna.

Ia mulai mendekati wanita itu, menjadi teman dan sahabat yang siap mendengarkan keluh kesahnya. Dia wanita yang baik, tapi ternyata ia tahu bahwa kebaikan wanita itu bukan hanya pada dirinya, tapi pada semua orang yang ada didekatnya."

"She is a good girl, lalu apa selanjutnya"

"Berhari-hari ia berpikir, mengamati serta menikmati kebersamaan dengan wanita itu. Tumbuhlah sisi egois, ia menginginkan senyuman dan tawa wanita itu hanya untuk dirinya. Ia menginginkan perhatian wanita itu hanya untuknya,"

"then?"

"Kau tahu, ia dengan berani mendatangi keluarganya. Keluarganya sangat kaya, itu membuatnya sedikit kurang percaya diri dan takut. Ia hanya orang biasa yang sudah terlanjur jatuh cinta. Dengan bekal keberanian, di depan semua anggota keluarga wanita itu, dia melamar"

Anak Javier nampak makin hanyut dalam ceritanya. Ia memusatkan seluruh perhatian pada Ayah.

"Semua yang mendengar kaget, ayah wanita itu bingung dan tidak yakin akan kesungguhan dari pria itu, hingga akhirnya ia ditolak. Ia mengusir laki-laki itu dan menyakiti harga dirinya. Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya?"

"What?"

"Dia berusaha keras hingga naik jabatan, membuat bisnis sendiri hingga sekarang berkembang pesat. And last, ia berhasil mendapatkan wanita itu,"

"Waaah that's cool,"

"Kau terlihat berkaca-kaca, what's going on?"

Ya, Anak Javier mengusap sedikit air mata yang keluar lalu tersenyum.

"Aku akan sangat bahagia jika menjadi wanita itu, diperjuangkan. Jika bukan lelaki itu, bisa saja laki-laki lain membawanya kabur untuk menjalani hidup bersama. Tapi ia memintanya langsung pada orang tua, itu gentle"

"Kau benar, dan aku menanti saat-saat seperti itu sayaang. Menunggu seorang pria yang dengan gagah datang kepada ayah untuk memintamu"

Gadis itu duduk menghadap ayahnya, menegakkan badan.

"Kenapa harus seperti itu?"

"Bagi ayah, wanita baik harus diminta secara baik-baik kepada orang tuanya."

"Aku setuju"

"Percayalah hanya laki-laki baik yang berani mendatangi ayahmu ini untuk memintamu. Tanpa paksaan, tanpa permintaan, ia akan datang sendiri"

Anaknya terlihat memikirkan ucapan sang ayah. Dimana secara tersirat ayahnya menginginkan seseorang untuk melamar dan menikahinya. Hingga akhirnya ia berkata,"sepertinya Carlos akan melakukannya".

"Akan ayah tunggu"

Javier memandang lekat putrinya dan berdoa, semoga doa putrinya tidak akan terkabul. Ia tidak menginginkan seorang Carlos untuk putrinya. Dia menginginkan pria lain yang paling baik untuknya, dan itu bukan Carlos. Gadisnya kembali membuka buku dan larut dalam hobi.

Pria tua itu bisa saja menunjukkan bukti seberapa brengseknya seorang Carlos. Tapi tak akan dia lakukan, selama putrinya masih baik-baik saja.

Dia teringat pria lain yang begitu dekat dengannya beberapa tahun ini. Pria kesepian yang memusatkan seluruh hidupnya untuk pekerjaan, sama sepertinya dulu. Hanya bedanya dia terasingkan dari keluarga. Memisahkan diri dari keluarga, mencoba bertahan hidup dan berjuang untuk dirinya sendiri.

Tapi Javier tahu, dia punya prinsip dan tentunya baik untuk anak gadisnya. Javier mengingat dengan pasti arah tatapan lelaki itu ketika bertemu anaknya. Fokus dan tajam.

Jangan lupa vote dan coment guys. Tinggalkan jejak untuk sang penulis yaa, thank.
17032020

Revisi 05042020

Jasmine For Dustin [End]Where stories live. Discover now