Part 22

4.6K 404 40
                                    

Mery


Aku mengangkat wajahku ke permukaan dan mengusapnya dengan telapakku. Matahari sudah mulai turun, dan bibik baru saja menyalakan lampu belakang. Aku sudah berenang sejak satu jam yang lalu, dan mulai merasa kedinginan. Aku naik dan menuju bangku di dekat kolam, mengambil handuk yang kuletakkan diatasnya dan menutupi tubuhku agar merasa sedikit hangat.

Aku baru saja pulang dari kunjungan terakhirku di pusat rehabilitasi yang dulu pernah menjadi tempat aku menghabiskan hari-hariku selama SMA, dan terulang lagi saat aku meninggalkan Surabaya.

Sudah satu tahun sejak aku menelpon papa dari bilik kamar mandi. Aku tidak ingat persis apa yang terjadi setelah itu, karena saat aku membuka mata, aku sudah ada di tempat tidur di ruang kerja papa di RS. Tapi bang Ello menceritakan semuanya padaku, dan aku sangat bersyukur masih memiliki keluarga yang bisa dengan cepat menyelamatkanku, untuk kedua kalinya.

Bang Ello dan Papa langsung ke Surabaya malam itu juga, dan Kak Sita memilih untuk tinggal di rumah dan mempersiapkan semuanya saat aku dibawa ke Jakarta. Yap, sama seperti saat aku lulus SMP, keluargaku tahu aku harus meninggalkan kehidupan kelamku lagi.

Walau bang Ello dan papa dua-duanya adalah dokter, tapi mereka memiliki intuisi ala detektif yang sangat kuat untuk menemukan dimana keberadaanku. Bang Ello langsung menelpon Bella, dan mencoba mencari informasi yang mungkin bisa membantu untuk menemukanku. Dan benar saja, tidak berapa lama, papa dan Bang Ello sudah mengangkatku ke dalam Ambulance ditemani beberapa aparat. Sebenarnya ini yang membingungkanku. Sampai sekarang aku belum masuk penjara, walau dengan semua obat-obatan yang mengalir di darahku, tapi mungkin hal itu terjadi karena papa pintar dalam hal memilih pasien prioritas. Papa adalah dokter keluarga Kapolri yang saat ini menjabat.

Aku masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar. Kak sita sedang asyik video call pacarnya yang sedang dinas di Ternate.


"Ko, nih Mery mau ngomong." Kata Kak Sita sambil menyodorkan layar hp nya ke wajahku tiba-tiba.


"Halo kak. Kak Miko apa kabar?" Aku melambaikan tanganku sambil menggigil. Mataku memberi kode kepada kak Sita kalau aku kedinginan dan tidak mood untuk ngobrol dengan pacarnya dalam pakaian renang.


"Eh, ntar aja deh, dia baru selesai renang. Kamu kapan beli kainnya? Jangan lupa beliin buat Papa sama Ello juga." Kata kak Sita sambil mengambil alih video call.


Aku mengambil pakaian ganti dan masuk ke kamar mandi. Sejak balik ke Jakarta, aku meminta kak Sita untuk pindah sekamar denganku. Kak Sita dengan senang hati menyetujuinya. Mungkin dia terlalu takut aku melakukan hal bodoh lagi di kamarku. Alasan sebenarnya adalah aku agar aku bisa menghilangkan rasa kesepianku. Papa pindah ke kamar bang Ello, dan bang Ello pindah ke kamar utama. Semua perpindahan kamar ini kami lakukan supaya semua kenangan buruk tidak kembali menghantui keluarga kami.

~~~

Aku agak gugup untuk makan malam hari ini. Setelah setahun kembali bersama keluargaku, aku akan minta ke papa untuk membiarkanku melanjutkan kuliah disini. Kuharap papa masih percaya padaku kali ini.


"Gimana tadi sesinya nakku? Siapa yang jemput pas pulang?" Tanya papa membuka pembicaraan malam ini.


"Lancar pa, semuanya udah rampung dan udah tes lagi tadi. Tadi Mery naik grab, beli McD bentar tadi. Hehehe."


"Pa, Mery pengen lanjut kuliah lagi." Sambungku cepat. Untuk sejenak kami semua diam.


"Kamu yakin mau balik lagi Surabaya?" Tanya papa yang tentunya membingungkanku. Papa sadar bahwa aku bingung dengan apa yang dia katakan.


She Likes Girl ✓Where stories live. Discover now