Part 23

5.3K 433 98
                                    

Mery

Kak Sita dan aku baru saja menemukan kampus yang akan menjadi tempat aku melanjutkan sisa SKSku. Kak Sita juga sudah mentransfer mata kuliah yang sudah aku ambil sebelumnya. Minggu lalu kak Sita dan bang Ello terbang ke Surabaya untuk mengurus semua keperluanku untuk melanjutkan kuliahku di tempat lain. Mereka juga sudah mengosongkan apartemenku dan membawa beberapa hal yang bisa dibawa kembali ke Jakarta.

Well.. This is it. I'm finally moving on and leaving everything behind.

"Masa ya, tadi pas kakak lagi ngobrol-ngobrol di lobby, ada yang nanya kalau kakak dari fakultas apa... Kan kakak jadi malu." Kata Kak Sita yang sedang berjalan disebelahku. Kami berada di wilayah parkiran dan akan makan siang di restoran tempat kami biasa makan. Papa dan Bang Ello menyusul, karena RS Papa tepat berada di sebelah restoran.

"Halah, dikira dosen paling." Selaku. Kak Sita memang selalu merasa dirinya muda.

Ya memang dia terlihat muda jika dibandingkan dengan usianya. Tapi aku tidak akan membiarkan kak Sita menyombong. Walau sejujurnya aku agak iri. Dengan usiaku yang baru 22 aku terlihat sangat tua. Tidak bisa dibohongi, sangat susah menghilangkan lingkaran hitam di bawah mataku. Selain itu, aku masih berusaha keras menaikkan berat badanku.

"Gini ya, kalau Miko ada di sebelah kakak sekarang, taruhan deh, pasti ada aja yang ngira Miko supirnya kakak."

"Demi apa kak, kok supir sih?" Kataku sambil memutar mataku.

"Lagian ya pasti bakalan ada yang kira kak Miko oom nya kakak. Kalian beda 13 tahun kak. Kakak lahir, kak Miko lagi pacaran di kantin sekolah." Lanjutku yang disambut dengan pukulan yang cukup keras di bahuku.

"Ouuuuh. Emang bener kan kaaaaak?" Kataku sambil berusaha menjauhi kak Sita.

"Gini ya bocah. Cinta itu ga kenal usia, rupa, dan penampilan."

"Iya, kenalnya harta dan tahta." Selaku dan lagi-lagi kak Sita memukul lenganku. Kali ini sedikit lebih keras.

But seriously guys, Miko is so much nicer guy than you thought. Aku bisa lihat kalau kak Miko benar-benar serius. Jadi aku tidak masalah dengan perbedaan usia mereka. Besides, kak Miko juga akan kembali ke Jakarta dan kali ini akan menetap secara permanen. Saat dia datang, kami sudah siap melepaskan kak Sita untuk memulai keluarga baru. Sulit membayangkannya. But i'm so happy for them.

Kami masuk ke dalam restoran dan duduk di meja yang sudah di reservasi sebelumnya.

"Tapi kakak serius, cinta itu ga mandang apa-apa. Hati kecil kita yang nentuin kita cinta sama siapa. Ga bisa di kontrol. Ga bisa diatur-atur. Ga bisa disuruh-suruh. Ga bisa dibohongi. Waktu Mery sayang sama seseorang, Mery ga bisa lakukan apa-apa selain terima perasaan itu. Mungkin bukan hal baik yang selalu terjadi ketika Mery sayang sama seseorang. Kakak juga dapet banyak tantangan selama pacaran sama Miko. Banyak banget perbedaan, apalagi usia kami beda jauh. Kadang kakak kesel gimana dia ngomong ke kakak seakan-akan kakak masih anak-anak. Kakak juga kesel gimana Miko ga pernah tau cara bersenang-senang. Dia juga ga romantis. But we always try to make it work." Kak Sita berbicara panjang lebar saat kami baru saja duduk.

Mendengar perkataan kak Sita membuatku tersenyum. Mereka berdua adalah pasangan yang selalu membuatku kagum. Aku sangat setuju dengan poin yang kak Sita coba tekankan.

"Maksud kakak, kakak sama sekali ga peduli kamu suka sama siapa, sayang sama siapa, berhubungan sama siapa. Yang kakak tahu, Mery pasti sayang sama orang yang tepat. Dan kakak bakal selalu dukung kamu. Asal kamu janji jangan aneh-aneh lagi."

"Makasih kak." Aku memeluk kak Sita.

"Napa nih? Kok udah sesi curhat-curhatan aja?" Bang Ello muncul bersama papa. Keduanya masih memakai jas putih mereka. Tidak bisa dipungkiri, mereka berdua terlihat sangat ganteng.

She Likes Girl ✓Where stories live. Discover now