Little Feel to Catch

4.4K 499 103
                                    

“Lisa-ssi?!” Tunggu, tunggu sebentar. Ia tahan dada Lisa yang bergetar, serta ciuman panas yang membuat dirinya gemetar. Ada apa dengan gerangan?

“Jennie bilang setiap orang punya cara-cara masing-masing dalam bercinta. Karena aku belum pernah bercinta, maafkan aku jika masih banyak kekurangan. Aku hanya amatiran.” Jennie juga berkata ia harus mengikuti hati, lakukan yang diingini, mengalir bagai air beriak mengiringi. Jadi ia kembali meraih bibir Rosie yang paling ia sukai, melumat basah hingga memasukkan lidah. Ia suka, apalagi balasan yang tak kalah hanya buat ia semakin tak berdaya. Ia tak kuasa, eratkan dekapan untuk mencumbu lebih dalam.

“Ehm.” Tidak. Lisa membuatnya mendesah hanya karena sebuah ciuman, seperti hari kemarin, Lisa melakukannya lagi dan ia kesal bercampur senang. Bagaimana bisa Si Keren ini melumerkan suasana dalam sekejap saja.

Meski enggan, Rosie harus melepas ciuman, menahan gemuruh dada Lisa yang buat dirinya jadi makin tak sabar.

“Lisa-ssi,” lebih baik ia berkata, tak diam saja dan membiarkan gerakan salah karena Lisa ini selalu membuat segalanya ‘lama’. Jadi ia harus beritahu padanya, “karena kau yang menjadi ‘jantan’ dalam hal ini, jadi aku lebih suka kau berada di atasku.” Rosie mengerling manis, tubuh menjauh sejenak hanya untuk melepas rok serta bra berenda yang silaukan mata. Ia melempar ke arah Lisa yang tebar senyum menggoda, ah, lucu juga dia.

Love me, come and get it baby,” jangan meremehkan Rosie, wanita bayaran ini bukan hanya pintar makan dan hitung uang. Tapi ia juga pandai berbahasa inggris, terima kasih karena pelanggan bule yang selalu menyewanya.

Menyanggupi undangan penuh goda, Lisa melepas kaus dengan percaya diri, merasa bersyukur karena Rosie pandai membawa suasana tak pernah jadi canggung. Ia bahkan berani melakukan ini karena kegigihan wanita itu menggodanya. Jadi ia akan membuat langkah, melempar tongkat yang jadi penyangganya, mendekat untuk menangkap Rosie yang telah melompat ke tempat tidur dengan gaya lincah.

“Lepas celanamu, sayang.” Rosie baru saja ingin membantu Lisa meraih celana, namun tubuh segera tertindih ke bawah, dan tahu-tahu mata harus tertutup berkat ciuman basah. Hingga yang dilakukan hanya ikuti permainan, tangan kanan meraih rahang, sementara kiri ke belakang. Mengelus punggung Lisa yang bergerak tegang.

Lisa tak bisa diam, mungkin mulut telah kerasukan roh jahanam. Ia melumat bibir Rosie hingga membuat napas hampir habis. Tubuhnya terbakar layaknya tengah ada api berkobar. Ciuman pindah ke leher demi memuaskan hasrat tak tertahankan, juga tangan bergerak tergesa untuk melepas celana panjang yang telah buat sesak pemiliknya. Perasaan apa ini, ia diiringi rasa suka dan keinginan yang membabi buta, Lisa terus mendekap tubuh Rosie sambil menebarkan ciuman. Tangan kini bergerak liar. Mengikuti Rosie yang kini meraba pantatnya dengan sengaja.

“Aku boleh melepasnya?” Lisa tak habis lari-lari dari luar rumah, namun napas serasa habis hampir tak ada. Tenggorokan serak seakan haus tak reda. Meski sedikit menyiksa, ia merasa suka, perasaan debar ini membuat warna.

“Melepas apa, sayang?” Rosie mengecupi rahang Lisa, enak saja! Memang hanya Lisa saja yang bisa buat dirinya tak berdaya, ia juga bisa!

“Yang di bawah sana,” Lisa menyembunyikan wajah pada perpotongan bahu Rosie, mengecup permukaan menciumi segala aroma manis.

“Apanya sih, sayang?” Rosie tahu maksud keinginan wanita itu, tapi ia ingin mendengar mulut berbibir tebal yang membuatnya kewalahan membalas ciuman itu agar langsung terus terang saja.

“Celana dalammu,” sebab celana dalam miliknya sudah sesak, ingin segera bebas. Jadi ia akan meminta Rosie untuk lebih dulu melepas kain terakhir sebelum miliknya ditiadakan.

“Lepas saja.” Rosie tersenyum penuh makna, membiarkan Lisa menurunkan celana dalam sementara tangannya telah merambat masuk ke dalam sana. Hampir membuat Lisa tertahan napas, tapi tak membuat mengurungkan niat.

With this skinny body, how can you get this not so tiny tail?” Rosie tersenyum melihat reaksi Lisa, ototnya keluar menahan erangan. Tapi tangannya takkan berhenti pada satu gerakan, membuat Lisa semakin gelisah.

This is not for our discussion right now,” karena Lisa akan sibuk oleh tangan melepas celana dalamnya sendiri, menindih Rosie sambil kembali ciumi, pada permukaan kulit halus yang ia sukai.

Lisa memang tak berpengalaman, namun entah mulut bisa bergerak kemana saja, hingga buat wanita yang di bawah mendesah. Serta tangan meraba-raba ke bawah, mengikuti bagaimana Rosie membuat dirinya ingin ledakkan diri. Mungkin juga karena Jennie, kelakuannya yang selalu umbar kemesraan di depan mata sontak buat ia tak sengaja ikuti. Apalagi ia pernah pergoki live-action si kecil-kecil mesum Jennie-Jisoo bercinta di atas sofa miliknya. Minta dihajar kadangkala.

“Rosie,” Lisa tak tahan, sebab Rosie membuat gerakan ahli, dan ia terperdaya oleh ulahnya. Jadi mohon pahami, ia ingin buru-buru memasuki.

“Kenapa, sayang?” Rosie tahu maksud dari tatapan memohon dan napas berat Lisa menerpa wajah, sudah jelas kemana-mana. Otot dahi yang terlihat, cengkeraman tangan tak sabar, serta bibir mengatup terlalu rapat.

“Bolehkah?” Lisa mengecup bibir Rosie pelan, menggoda sedikit, pasang tampang rupawan agar wanita itu tertelan dalam godaan.

“Lakukan saja, sayang.” Rosie melepas tangan yang di bawah, untuk merambat naik kepunggung, bersiap mencari pegangan, sementara Lisa bergerak memulai permainan. Memasuki kekosongan, sontak keluar erangan, ia menahan napas mencoba bertahan. Bagaimana bisa rasanya berbeda, Lisa-ssi, aku penasaran bagaimana kau mendapatkan kemaluan lelaki dalam dirimu.

“Rosie,” Lisa menatap si Cantik yang menutup mata, mulut menganga sementara ia bergerak perlahan. Menikmati sakit namun nikmat yang tak terbantahkan, ia memeluk dia, menghunus Rosie dengan dekapan hangat tubuh, gerakan mundur-maju, serta ciuman satu-satu. Pada matanya, hidung, bibir serta leher hingga perpotongan bahu. Lisa suka dengan aroma manisnya, membuat ia mabuk hampir sakit kepala, namun ia takkan pernah berhenti bertingkah.

“Lisa-ssi,” sepertinya Lisa berbohong jika dia amatiran dan perawan. Sebab caranya bergerak indah dengan jelas buat dia tak menyangka. Apalagi bibir bebas menjelajah, tak perlu berkata, Lisa bisa bergerak dalam hingga buat napas hampir tenggelam, lantas ia biarkan diri menyelam, mendekap punggung, menggapai tubuh keduanya yang tengah menyatu. Ia merasa ... utuh.

“Rosie,” Lisa meraih bahu sang Wanita, untuk bergerak tergesa, mendekap hingga keringat menyatu basah. Perutnya menggelitik namun yang di bawah sana dengan tak sabar ingin meledakkan segala isi, jadi dengan alami tubuhnya mendorong lebih, menghujam tajam hingga desah kuasai ruang gema. Lisa memejam mata dengan tangan lain meraih dashboard tempat tidur, menggoyangkan bukan hanya tubuh namun juga tempat mereka saling menyatu.

“Rosie!” Lisa menerjang tajam, mengerang keras dengan ganas. Mengeluarkan segala kekuatan, hingga yang tersisa hanya peluk kelemahan, senyum hiasi detak dekapan.





















Ada yg mau bilang makasih?😌😌😌 udah gak pada frustasi kan elu2 pada😬😬

Be With Me (END)Where stories live. Discover now