episode 6

2.8K 305 3
                                    

Jangan lupa vote!!! Follow sebelum terlalu jauh baca, takutnya kalian akan kehilangan chapter saat udah seneng-senengnya bacaa, aku nggak tanggung jawab ya.

Enjoyyy

Tok tok tok

Bukan suara pintu rumah diketok, namun suara pedagang kaki lima yang tengah mengetokkan sendoknya ke wadah mangkok.

Pagi ini, Andovi telah berada di jalan Veteran, melihat ke dalam pagar yang tingginya semeter itu, seperti tidak ada kehidupan.

"Beneran ini nggak ya rumah Jingga?" Tanya Andovi lebih kepada dirinya sendiri.

Entah mengapa ia menjadi sangat penasaran dengan Jingga, waktu Jingga dekat dengan Digo waktu itu, Andovi langsung menemui Digo dan menanyai apa statusnya dengan Jingga, Digo mengatakan jika ia sepupu jauh Jingga, Digo bilang rumah Jingga di jalan Veteran depan geprek bensu yang ada pohon mangganya.

Hari itu juga Andovi menjadi peramal dadakan di kehidupan Jingga, ia bilang ia tahu apapun tentang Jingga, namun kemarin Andovi mulai bingung harus mempercayai Digo atau tidak, karena itu ia menanyakan kepada Alan apakah Alan tahu dimana rumah Jingga, dan Alan malah menjawab ngawur.

"Mas, beli baksonya?"

Andovi menggeleng sopan, si penjual bakso keliling itu mengangguk saja lalu menjalankan gerobaknya.

"Eh, mas. Mau, tiga bungkus ya."

Si penjual mengangguk, mengambilkan pesanan Andovi dengan sigap dan wajah berseri-seri.

Andovi merasakan ponsel di kantong celananya berbunyi, cowok itu mengeluarkan ponselnya lalu mengangkat telepon dari Alan.

"Apa?"

"Kemana lo? Buset dah! Bolos nggak ngajak-ngajak."

"Gue lagi ada urusan, tolong absen gue ya bro, ntar gue kasih rokok sebungkus, mau nggak."

"Siap-siap, eh Digo nyariin lo tadi."

"Ngapain dia?"

"Nggak tahu gue, abis nyariin lo dia balik ke kelasnya, kangen kali sama lo."

"Tayik lo, gue normal anying."

"Lo normal, eh Digonya malah gay, dia suka sama lu, dan lu? Akhirnya terjebak."

"Temen goblok! Udah! Bye!"

Tut tut tut

Andovi bergidik memikirkan apa yang diucapkan Alan lewat telepon tadi, jika benar? Ah, lupakan! Tidak mungkin pikiran absurd Alan terjadi.

"Kenapa masnya geleng-geleng gitu?"

Andovi terkekeh malu, tidak menyangka jika dirinya malah mengundang perhatian Mas Bakso.

"Nggak kenapa-kenapa Mas, udah? Berapa semua?"

"Dua puluh satu ribu, dua puluh aja bayar mas."

Andovi mengrluarkan uang lembaran berwarna biru, diberikannya kepada Mas Bakso. "Karna mas kasih saya diskon, saya juga kasih mas diskon, nggak usah dikembaliin."

"Banyak banget ini mas, nggak enak saya."

"Seenak mas nya aja."

Andovi berlarian saat melihat ada seorang wanita tua keluar dari rumah putih yang dibikang Digo adalah rumah Jingga.

"Assalamualaikum, mau nanya nek." Ujar Andovi sopan mengesampingkan sikap nakalnya di sekolahan.

"Eh iya, kenapa?" Tanya wanita itu melihat Andovi dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Ini rumahnya Jingga Brovi bukan nek?"

Nenek itu tersenyum ramah, "iya, temen Jingga ya?"

"Iya nek, ada tugas sekolah, Jingga nya ada nek?"

Nenek mengangguk, diajaknya Andovi masuk dan mempersilahkan Andovi duduk di ruang tamu.

Nenek pergi sebentar katanya memanggilkan Jingga, tak lama nenek kembali lagi.

"Nek, ini tadi Andovi bawa makanan sedikit."

"Ya Allah, repot-repot kali."

"Nggak kok nek."

Nenek mengambil bakso dari tangan Andovi, membawanya ke atas meja di ruang tamu.

"Heran Oma sama Jingga itu, mirip banget sikapnya sama Viona, mamanya. Keras kepala dan penuh rahasia, kemarin Oma lihat dia punya memar di punggung, untung Oma bisa urut, terus dia bilang dia nggak mau sekolah, udah tiga hari nggak sekola dia."

"Oma! Jangan bilang-bilang." Tegur gadis kuncir kuda yang baru datang dihadapan Andovi dan Siti—nenek Jingga.

"Udah, Oma kebelakang dulu ya Nak Do—?"

"Andovi nek."

"Ah iya, Andovi."

Setelah Siti pergi dari hadapan mereka, Jingga duduk dihadapan Andovi, menatap tajam cowok itu, namun Andovi malah terkekeh sambil tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Jingga singkat.

"Lo lucu tahu, itu lihat buah baju lo aja nggak rapi gitu, frustasi ditinggal pacar? Sini kalau butuh pelukan."

Jingga melirik kancing bajunya, memang tidak sejajar, ia malas semalam mengganti baju tidur, jadi mengancibginya sembarangan.

"Ngapain?"

"Hah?"

"Ngapain kesini?"

Andovi terkekeh lagi, "ooh, kalau nanya panjang-panjang dong, dingin amat. Gue mau ajak jalan."

"Nggak mau!"

"Yaudah, gue tunggu disini aja sampe lo mau, sampai malampun bakalan gue tunggu."

"Terserah!"

Jingga beranjak dari ruang tamu, gadis itu meninggalkan Andovi sendirian di ruang tamu.

Andovi menggeleng, "lo nantang gue? Gue terima Jingga."

***

Udah klik Bintang di pojok kiri bawah belom? Kalau belom lebih baik di klik, karena jika kamu meninggalkan jejak, kalian akan menjadi bagian dari keluarga besar Caoktrsa

Wassalam,

Salam,
Caoktrsa.

Jingga dan Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang