Episode 12

2.7K 202 2
                                    

Mulai minggu besok Jingga dan Semesta update setiap SENIN-KAMIS

ENJOY READING PEOPLE

KLIK TOMBOL BINTANG DI KIRI BAWAH AGAR MENDAPATKAN HARTA BERLIMPAH

***

"seneng amat kayaknya abis digodain Putra."

Jingga menoleh, ia mendengus mendapati Gilly yang berada satu meter di depannya. Gadis itu adalah gadis yang sangat membingungkan, bahkan banyak teman sekelas Jingga yang terang-terangan mengatakan tidak menyukainya.

Jingga berdiri, kelas sunyi mungkin karena Buk Lely tidak masuk jadi teman sekelas Jingga memilih untuk ke lapangan meninton basket.

"Lo jangan cintai dua orang dalam satu masa dong, kalau Andovi ya Andovi aja, Putra itu Prince gue."

Jingga tidak merasakan langkah Gilly yang mendekat, namun Gilly sudah berada di sebelah Jingga membisikkan kalimat itu di telinga Jingga. Jingga meremang mendengarnya, gadis itu berusaha jauh-jauh dari Gilly, sekarang ia yakin jika Gilly memang wanita yang patut untuk dijauhi, Gilly itu—bukan manusia yang baik.

Jingga tersenyum sinis kepada Gilly, "lo nggak perlu khawatir, bahkan gue nggak punya rasa sama kedua cowok tampan di mata rakyat Gradisa itu," gadis itu kembali berjalab namun saat sudah dua langkah kembali berbalik kebelakng menatap Gilly yang tersulut emosi, "atau mereka yang punya rasa sama gue, gue nggak tahu."

***

Dulu Marquel pikir, ia akan merasa kesepian di sekolah, ia tidak pernah punya teman dekat selain Alan dan Andovi, tapi Marquel juga bisa berpikir jika kedua orang itu bukan teman malah sudah dianggap keluarga oleh Marquel.

Andovi selalu membela Marquel, ia tidak segan-segan untuk mencecar siapapun yang berani membuat Marquel menangis, hari itu saat Marquel dibully oleh Jolly, Andovi sangat geram, cowok itu sadar ia beda gender dengan gadis itu, dan ia tidak akan pernah melawan perempuan.

Sebagai bahan untuk melawan dan membela Marquel, Andovi mengakui jika Marquel sepupunya, dan sejak saat itu Jolly jadi baik kepada Marquel meski Marquel masih terlilit trauma terhadap gadis itu.

Andovi tak hanya melakukan itu terhadap Jolly, ia juga membuat Jolly sayang sesayang-sayangnya kepada Andovi, membuat Jolly baper, melakukan Jolly dengan sayang, penuh kelembutan dan membuat perasaan Jolly kepadanya lebih dari sekedar suka, meskipun sebelumnya rasa suka itu telah ada dan menjadi acuan untuk membully Marquel, lalu ia dengan entengnya mengatakan.

"Lo hebat, gue salut sama pengorbanan lo demi gue, tapi sayangnya gue hanya memainkan perasaan lo, mulai dari sekarang jangan deket-deket gue lagi, gue terlalu jijik sama tubuh murahan lo."

Jolly geram, sejak saat itu ia berjanji akan mendapatkan Andovi bagaimanapun caranya, ia bahkan rela membayarkan uang SPP Gina dan Cesi agar selalu bersamanya dan membantunya membully siapapun yang mendekati Andovi.

"Jolly pindah." Lirih Alan.

"Bagus dong." Balas Andovi memetikkan rokoknya ke sebuah batu, entah kenapa selera merokoknya kini kian menjelek, baru setengah batang ia telah membuangnya.

Alan mendengus, Andovi benar-benar cuek terhadap lingkungannya, yang ia pikirkan hanya Marquel, Alan dan yang baru-baru ini Jingga.

Alan juga heran saat Andovi malah menempatkan hati kepada Jingga, Jingga lebih sederhana dan tidak semolek Jolly, Jingga lebih natural, sedangkan setahu Alan, Andovi lebih suka yang molek dan memiliki wajah berseri.

"Jatuh cinta itu nggak bisa kita yang milih, Lan. Namanya juga jatuh, pasti tanpa keadaan sadar kan? Lo harus tahu itu, kalau lo jatuh cinta sama yang bukan tipe lo, lo nggak bakalan bisa apa-apa." Ujar Andovi seperti tahu apa yang dipikirkan Alan.

Alan yang melihat Andovi berdiri dan mengoleskan hand and body ke tangannya ikut memetikkan rokoknya, cowok itu juga mengambil HAB yang sama.

Bagaikan ekor, Alan mengikuti kemanapun Andovi pergi, tadi setelah beberapa menit Alan diusir dari kelas, Andovi juga meminta izin keluar, tanpa sengaja melihat Jolly dan Jingga berbincang di taman, takut Jingga diapa-apakan oleh Jolly, Andovi segera mengejar mendekati mereka, namun yang Andovi dengar membuat ia bersembunyi di balok rerumputan, ia yakin jika Jolly tidak akan berani berbuat lebih nekat, entah mengapa Andovi seyakin itu, jikapun Jolly berbuat sesuatu yang membuat Jingga berada dalam bahaya, Andovi pasti mencecar Jolly, mungkin dengan menyekapknya di gudang untuk beberapa hari.

"Jingga bro."

Andovi mengikuti arah tunjukan dagu Alan, ia melihat Jingga yang seperti sedang berbicara dengan teman Marquel, kalau tidam salah namanya Gilly.

Bukan, itu bukan berbicara, tapi lebih seperti adu mulut dengan keadaan perang dingin. Andovi hanya memperhatikan saja, saat Jingga sepertinya melawan perkataan Gilly, Andovi menjadi senang, ia merasa Jingga sekarang lebih berani, meski mentalnya masih tetap trauma atas bullying yang dilakukan Jolly.

"Kayaknya cinta gue butuh sandaran," setelah mengatakan itu Andovi segera berlari mendekati Jingga.

Jingga tidak sadar jika dibelakangnya sudah ada Andovi yang mengikutinya, sampai Andovi berbicara pelan, "berani cewek itu ganggu lo, gue pastiin dia bakalan masuk rumah sakit."

Jingga memegang dadanya, ia berbalik menatap Andovi jenaka, "lo ngagetin!"

Andovi terkekeh, "jadi gue ngahetin lo? Jantungan nggak?"

Jingga kembali berjalan, beriringan dengan Andovi, "lo doa-in?"

"Berprisangka buruk aje lo."

Jingga diam, ia tidak tahu mau membalas apa lagi atas ucapan Andovi, dan yang terpenting sekarang ia juga tidak tah harus kemana, karena tadi ia pergi dari kelasnkarena tidak nyaman ada Gilly, gadis yang akhir-akhir ini sering membuat masalah dengan Jingga.

"Lo mau kemana sih? Kita udah lewatin jalan ini tadi." Kesal Andovi yang mengikuti Jingga.

Jingga melirik Andovi tajam, "kalau lo nggak mau, kenapa maksa banget buat ngikutin gue?"

"Gue takut lo diapain sama siapa-siapa." Balas Andovi tak mau kalah, emang itu alasannya, ia tidak mau Gilly yang cerdik dan memiliki sakit jiwa untuk membunuh orang atau disebut psikopat itu meluncurkan aksinya kepada Jingga, bagaimanapun Andovi lebih tahu tentang Gilly dari pada Jingga.

"Selama lo nggak deketin gue, nggak bakalan ada yang ngapa-ngapain gue." Jingga menatap Andovi dalam, ia sudah lelah karena Andovi terus-terusan mendekatinya tanpa lelah, padahal Jingga sangat tahu didekati cowok yang diinginkan wanita sesekolah itu akan membuat suasana menjadi tambah rumit saja.

Andovi terkekeh, membuat Jingga heran ada apa dengan cowok itu, "lo yakin gegara gue?"

Jingga mengangguk mantap, siapa lagi yang bakalan jahat kepadanya dan melakukan hal kriminal jika bukan fans fanatiknya Andovi?

"Gue nggak yakin kalau Gilly suka sama gue, ampe dia ngelihatin lo kayak monster gitu, lo berbahaya sayang."

***

JANGAN LUPA KLIK BINTANG BAWAH KIRI AGAR APA?

AGAR MEMILIKI HARTA BERLIMPAH, ENJOYYYYY

Jingga dan Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang