10 - Dua Hati

2.5K 337 10
                                    

"Selamat, Bu. Ibu sekarang sedang hamil. Usia kandungan ibu sudah dua minggu," ucap Dokter tersebut membuat Arlene dan Wildan mengembangkan senyum mereka.

Keduanya sangat bahagia akhirnya mereka akan memiliki seorang anak.

"Tapi ... kanndungan ibu sangat lemah dan rentan mengalami keguguran. Maka dari itu, ibu sebaiknya beristirahat yang cukup."

Ucapan dokter barusam membuat Arlene merasa lemas. Ia tak ingin kehilangan anak yang sudah lama mereka nanti.

Mereka berdua pun keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan yang campur aduk.

"Aku yakin kamu kuat," ujar Wildan seraya meremas pelan bahu istrinya.

Arlene hanya mengangguk dan menyandarkan kepalanya pada pundak Wildan. Ia bersyukur mempunyai Wildan yang selalu ada di sisinya.

"Kamu berhenti kerja ya," pinta Wildan membuat Arlene terdiam sebentar memikirkan permintaannya.

"Apa pun akan aku lakuin buat anak kita, Mas," ujar Arlene membuat Wildan tersenyum seraya mencium puncak kepala istrinya.

"Makasih, Sayang."

Wildan merasakan kebahagiaan yang berlipat ganda karna mendengar kabar baik ini berturut-turut.

Arlene tersenyum bahagia. Sekarang keluarga mereka akan semakin lengkap dengan kehadiran malaikat kecil yang berada di dalam perutnya.

-----

Arlene baru saja pulang dari berbelanja sekaligus memanjakan matanya.

Ia tersenyum saat mengelus pelan perutnya yang sudah sangat besar. Tinggal hitungan hari lagi ia akan segera menggendong buah hatinya.

"Ansyarii," panggil Arlene.

Kemudian ia memilih untuk duduk di sofa ruang tamu. Ia merasa lelah setelah berjalan-jalan sebentar di pusat perbelanjaan.

"Yaa, Maa," sahut Ansyari dari arah halaman belakang.

Ansyari berlari kecil dengan senyuman manis di wajahnya.

Arlene tersenyum gemas saat melihat putra lucunya itu berlari menghampirinya.

"Liat, mama bawa apa?"

Arlene mengangkat bungkusan makanan kesukaan Ansyari.

"AYAMM!!" pekiknya lucu. Arlene tertawa seraya mengacak gemas rambut Ansyari.

"Ayo, Ma, kita makan!"

"Kita makan di sini aja, ya, Sayang. Mama capek," ucap Arlene membuat Ansyari menganggukkan kepalanya menggemaskan.

"Aan ambil piring dulu ya, Ma."

Ansyari berlari kecil ke arah dapur setelah mendapatkan anggukan dari Arlene.

Ansyari kembali dengan salah satu pembantu rumah di sebelahnya. Dia yang membawakan piring beserta minuman.

"Mama, Aan gak bisa bawa sendiri. Jadinya minta tolong Bibi ini."

Arlene tertawa melihat anaknya yang selalu saja bertingkah menggemaskan.

"Mari kita makann!"

Ansyari dengan lahap memakan ayam kesukaannya. Sementara Arlene hanya mengamati putranya yang makan dengan baik.

"Mama ga makan?" tanya Ansyari membuat Arlene menggeleng.

"Mama makannya nanti," jawab Arlene membuat Ansyari memiringkan kepalanya.

"Kenapa?" tanyanya lagi dengan ekspresi yang sangat imut.

Arlene tersenyum hangat sambil mengusap perutnya. "Mama masih kenyang."

[✓] Brother Where stories live. Discover now