CHAPTER 54

117 7 0
                                    

LOSE AGAIN : DASI ILHDA

Min Yeong berjalan tergesa-gesa melewati sebuah lorong-lorong penjara yang sebelumnya telah berusaha untuk membujuk pengawal yang berjaga di depan penjara. Alhasil, ia pun diperbolehkan masuk dengan hanya di beri waktu sebentar. Di carinya setiap sudut penjara yang begitu gelap dan mengerikan itu. Setelah beberapa saat mencari akhirnya ia pun menemukannya. Terlihat seorang gadis yang tengah berjongkok sembari memegang tangan kakaknya itu. Nampaknya ia sedang menangis. Perlahan-lahan Min Yeong pun mendekatinya, matanya pun beralih kearah kakaknya yang terlihat begitu menyedihkan. Tubuhnya penuh dengan luka dan tangan yang di ikat menggunakan borgol besi. Sungguh membuatnya tak tega.

Ia pun segera mendekat dan memegang tiang-tiang pembatas penjara itu. "Orabeoni! Kenapa kau harus melakukan ini orabeoni, kenapa?" Tanya Min Yeong yang merasa sedih.

Seorang gadis yang sedari tadi berjongkok di depannya pun segera menarik tangan Min Yeong dari genggaman tiang itu. "Ini semua karena dirimu! Kau yang telah membuatnya seperti ini!" Ujarnya kesal. Tangannya pun hendak menampar pipi Min Yeong namun segera di hentikan oleh Min Seo.

"Hentikan! Dia adikku gongju!" Aku Min Seo kemudian. "Kau tak pantas cemburu padanya!" Ujarnya kemudian.

Mendengar hal itu Jun Ah terkejut tak percaya. Kembali di tatapnya wanita cantik yang tengah menunduk sembari meneteskan air matanya itu. "Apa yang baru saja kau ucapkan itu Min Seo-ssi? Mengapa kau mengatakan bahwa dia adalah adikmu?" Tanyanya mengulang mencoba mencerna kata-kata yang baru saja di lontarkan oleh Min Seo.

"Benar Jun Ah, dia adalah adikku Min Yeong, Min Yeong yang sebenarnya" Jelas Min Seo lagi.

"Min Seo-ssi, bukankah putri..putri mahkota itu adalah adikmu?" Ujarnya terbata-bata karena masih meragukan penjelasannya.

"Tidak! Bukan! Dia bukan adikku, dia adalah penipu yang tega menyingkirkan adikku demi mendapatkan kakakmu, Jun Ki!" Jelasnya lagi membuat Jun Ah ingin terjatuh namun Min Yeong berhasil menarik tangannya sehingga dirinya tegak kembali meskipun sebelah tangan kirinya harus memegang tiang penjara.

Min Yeong pun menatapnya lembut. "Kau sekarang sudah mengerti mengapa kakakku begitu memperdulikanku?" Tanyanya sembari meneteskan buliran air mata yang sedari tadi di tahannya.

Jun Ah yang merasa bersalah pun segera memeluknya. "Maaf..maafkan aku kak, aku sungguh tidak tahu jika kau itu Min Yeong yang sebenarnya, kenapa kau tak pernah mengatakan sejujurnya kepadaku. Selama ini aku sudah memperlakukanmu dengan kasar!" Sesalnya seraya terisak-isak.

Min Yeong pun membelai rambut panjang adik iparnya itu dengan lembut. "Sudah tidak ada yang perlu di sesali lagi gongju, semuanya telah berlalu" Ujarnya memaafkan. Ia pun melepas pelukannya dari tubuh Jun Ah dan memalingkan pandangannya kearah kakaknya itu. Ia pun menjongkokkan tubuhnya kembali.

"Orabeoni, kenapa kau harus bertindak sejauh ini? apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Min Yeong dengan nada mengintimidasi.

"Maafkan aku Min Yeong-a, aku terpaksa melakukannya. Jika tidak.." Ia terlihat menangis terisak-isak. Ia masih memikirkan keselamatan ibunya yang tanpa di sadarinya ibunya sudah selamat.

"Kenapa orabeni?" Tanya Min Yeong semakin penasaran. Apa yang sebenarnya ingin di katakan kakaknya itu. "Jelaskan padaku orabeoni" Pintanya dengan tatapan mata sayuh.

"Jika tidak nyawa eomma adalah taruhannya, wanita penipu itu telah menyandra eomma. Aku melakukan semua ini karena aku tak tega dengan dirimu Min Yeong-a, selama kau kehilangan ingatanmu, kau belum pernah menemuinya bahkan hanya sekedar menyapanya. Biarkan aku yang mengorbankan diriku sebagai tebusan atas kesalahanku selama ini terhadapmu Min Yeong-a, kau tak boleh menyesalinya, inilah keputusanku. Keputusan yang akhirnya mungkin akan membuatmu semakin menyalahkan dirimu sendiri" Tangannya pun mencoba untuk meraih tangan adiknya. Min Yeong pun mendekatkan tangannya itu sembari menangis terisak-isak. "Ku mohon jangan salahkan dirimu sendiri ataupun putra mahkota" Pintanya.

"Tidak..tidak orabeoni, kau tak boleh mengatakan hal seperti itu..aku takkan membiarkanmu pergi seperti ini, ku mohon orabeoni.." Pintanya semakin terisak-isak. "Aku akan memohon...memohon kepada jeoha untuk melepaskanmu, aku tak ingin kehilangan orang-orang yang aku cintai lagi orabeoni, cukup ayah dan Cheo-ya, aku tak mengijinkanmu meninggalkanku orabeoni!" Ujarnya menahan.

Namun sepertinya semuanya sudah terlambat, darah segar dengan derasnya keluar dari mulut Min Seo membuat Min Yeong begitu cemas melihatnya.

Jun Ah yang melihatnya pun terlihat begitu mencemaskannya. "Min Seo-ssi!"

"Orabeoni..ada apa denganmu orabeoni? Kenapa kau seperti ini?" Tanyanya semakin panik.

Min Seo pun segera membaringkan tubuhnya, sepertinya racun yang ia minum sebelumnya sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. "Ku mo..ho..n, ja..ja..ng..an sa..salah.." Samar-samar dari mulutnya itu terdengar kalimat yang terbata-bata di ucapkan olehnya. "...salahkan putra mahkota, jangan..me..nyalahkannya" Ujarnya menahan kesakitan. Ternyata itulah ucapan yang dikatakan Min Seo sebelum akhirnya ia menghembuskan nyawa terakhirnya.

"Orabeoni! Orabeoni! " Teriaknya begitu histeris. Tanpa mereka sadari ternyata Jun Ki melihat percakapan menyedihkan keduanya. Pintu penjara pun segera di bukannya. Min Yeong yang melihat hal itu pun langsung segera masuk menemui kakaknya yang mungkin sudah berbaring tak bernyawa. Ia berhenti sejenak menatap Jun Ki yang menatapnya nanar. Ingin rasanya pria itu memegang tangan Min Yeong saat ini, bahkan ia sangat ingin memeluknya untuk menenangkan hatinya. Namun apalah daya ia tak mampu melakukannya, hatinya begitu terpukul mungkin sama seperti apa yang di rasakan oleh wanita yang sudah mengalihkan diri dan pandangannya menuju kakaknya berada saat itu bahkan ia merasa begitu berdosa terhadapnya. Jun Ki pun segera beranjak pergi meninggalkan keduanya dengan penuh penyesalan tanpa mengatakan sepatah katapun.

Min Yeong dengan tangisan yang meraung-raung tak henti-hentinya ia membelai pipi kakaknya yang sudah memucat serta memeluk tubuhnya yang hampir dingin. "Orabeoni, kenapa kau harus melakukannya? Kenapa kau tak memikirkan perasaanku bagaimana aku nantinya, orabeoni!" Ujarnya semakin terisak-isak. "Bangun orabeoni, ku mohon bangunlah.." Pintanya yang tak mungkin akan terjadi. "Aku tak mengijinkanmu meninggalkanku! Orabeoni!" Sungguh drama yang begitu menyayat hati. Min Yeong semakin menyesali kehidupannya sendiri, ternyata dialah penyebab kematian orang-orang tercintanya. "Orabeoni, jika aku tahu hal ini akan terjadi aku takkan memintanya untuk menolong hidupku" Sesalnya yang mungkin saat ini tak ada gunanya untuk di sesali.

***

Brak!

Terdengar sebuah pintu ruangan di dobrak oleh seseorang. Terlihat seorang pria tampan berdiri dengan raut wajah yang begitu marah dan juga sedih. "Abamama! Apakah aku pantas memanggilmu abamama? Kenapa kau melakukan semuanya? Kenapa kau harus membohongiku? Kau sudah mengetahuinya sedari dulu bukan? Lantas kenapa kau menyembunyikannya dariku?!" Ujarnya dengan nada tinggi ia tak peduli jika yang di hadapinya saat ini adalah ayahnya sendiri bahkan jika ia adalah seorang raja.

Geongjo hanya mampu menghela nafasnya mendengar kemurkaan yang di ucapkan putranya itu kepadanya. "Maaf..maafkan aku putraku, ayah melakukan semua ini demi melindungimu dirimu dan istana ini" Sesalnya.

Jun Ki tertawa terbahak-bahak setelah mendengarnya namun disela-sela tawanya masih terdengar seperti menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Kau bilang demi melindungiku dan juga..istana ini dengan mengorbankan hidupnya?" Sebisa mungkin Jun Ki mencoba menahan air matanya yang hampir jatuh. "Apa kau sadar jika semua yang kau lakukan membuatnya hampir kehilangan dirinya bahkan keluarganya sendiri? Kenapa? Kenapa kau tega melakukannya abamama! Jika aku tahu sejak awal akulah penyebab kehancuran dirinya, aku takkan membiarkannya menikahiku!" Ia pun mengepal erat kedua tangannya menahan semua luka di hatinya. "Kau tahu abamama, dari dulu aku tak pernah menginginkan tahta ini, bahkan aku tak pernah bermimpi menjadi putra mahkota, itulah kenapa aku selalu membantah perintahmu yang selalu memberikanku seorang guru" Ujarnya lagi yang semakin menohok hati Geongjo.

Ayahnya itu tak mampu berkata apa-apa lagi di hadapannya karena ia tahu kekecewaan yang tertanam di hati putranya itu begitu dalam. Sehingga bahkan kematiannya pun tak mampu mengobati semua luka yang di torehkan kepada putra kesayangannya itu.

"Kau membuatku sebagai seorang pembunuh abamama, kau berhasil melakukannya dan kau berhasil membuatku semakin membencimu!" Ujar Jun Ki yang terdengar berat. Ia pun beranjak keluar tanpa menghormati ayahnya sama sekali.

Geongjo hanya bisa menundukkan kepalanya dan menyesali semua perbuatan yang ia lakukan selama ini. "Maafkan aku Jun Ki-ya, maafkan ayahmu yang tidak berguna ini" Sesalnya lagi sembari mengeluarkan air matanya.

Sun & Star JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang