C H A P T E R 8

387 63 4
                                    

Di bawah nanti ada pengumuman yap. Jangan lupa dibaca biar tau, oke.

~~~¤~~~

Di bawah sinar matahari sore, aku dan Leo berjalan beriringan di jalan setapak yang kanan kirinya hanya terdapat sebuah hutan. Jauh dari pemukiman. Di sini kami hanya bisa mendengar bunyi serangga-serangga yang pada dasarnya tinggal di hutan, kemudian suara kresek-kresek yang munculnya akibat pergesekan antara langkah kaki kami dengan dedaunan kering yang berjatuhan.

Seandainya taksi bisa menurunkan kami tepat di depan rumah Mrs. Canavan, aku pasti akan sangat senang. Berhubung sopir taksi tadi terlihat ketakutan ketika melihat suasana tempat tinggal ini, membuatnya enggan mengantar kami masuk lewat gerbang utama yang cukup jauh dari pekarangan rumah Mr. Canavan. Padahal aku sudah menyogoknya dengan mengatakan kalau aku akan membayar lebih, tapi tetap saja pria paruh baya itu tak mau mengantarkan aku dan Leo masuk. Alhasil, aku dan Leo harus berjalan sedikit menelusuri jalan setapak ini. Sebenarnya cahaya agak minim di sini. Pancaran sinar matahari pun hanya sebatas garis-gari jingga karena lebatnya pohon yang terdapat di tempat tersebut. Di sisi jalan setapak aku bisa menemukan lampu taman yang berjajar dengan jarak agak jauh. Lampu taman yang tak biasa, karena di dalamnya terdapat bubuk lavendel sebagai pencegah datangnya hantu. Di tambah lagi terdapat pagar besi berwarna hitam di kedua sisi sepanjang jalur jalan setapak yang lumayan lebar ini. Cukup untuk satu mobil melintas.

Aku tidak heran sopir taksi tadi terlihat ketakutan. Rupanya daerah ini memang benar-benar mengerikan. Padahal hari belum gelap. Matahari masih ada di atas sana. Tetapi, suasana di tempat ini begitu sunyi dan menyeramkan. Membuat bulu kudukku merinding. Hening dan dingin. Kombinasi yang sangat pas. Hantu suka berada di tempat-tempat seperti ini. Tetapi, Mr. Canavan cukup cerdas dengan memasang pertahanan sebanyak ini. Pagar besi, lampu taman berisikan bubuk lavendel, dan gerbang besi utama di depan tadi benar-benar pertahanan yang sangat luar biasa. Aku yakin tanah ini di kelilingi oleh pagar besi.

Tetapi, sayang sekali di dalam rumahnya harus ada pengunjung yang bergentayangan di malam hari.

"Bagaimana menurutmu perbedaan di sini dengan Amerika?" Tanya ku basa-basi kepada Leo yang sedaritadi hanya merenung sambil menatap kosong lurus ke depan. Aku sampai ragu apakah dia sadar atau sedang melamun sepanjang jalan.

"Jauh berbeda," jawab Leo yang langsung menoleh menatapku. "Tapi, aku suka di sini. Udaranya masih terjaga."

Aku tersenyum mengiyakan, lalu kami kembali diliputi oleh keheningan. Tidak ada percakapan di antara kami. Sampai akhirnya dari kejauhan terlihat sebuah bangunan kuno yang semakin dekat semakin terlihat luar biasa elegannya. Kalian tahu rumah yang mirip seperti kastil di film Crimson Peak milik Sir Thomas Sharpe? Nah, rumah Mr. Canavan semacam itu. Hampir mirip, karena pintu ganda sebagai pintu utamanya terlihat menjulang tinggi. Kini, setelah aku dan Leo melewati gapura hitam, jalan setapak lebar yang kami lewati di tengah hutan sudah menyempit dan cukup hanya untuk tiga orang pejalan kaki. Bisa kutebak kendaraan hanya bisa sampai di depan gapura, tetapi ada jalanan khusus di samping gapura yang mengantarkan kita ke sebuah garasi. Mungkin.

Jalan setapak yang cukup untuk tiga orang pejalan kaki ini di kelilingi rumput hijau yang tak terawat. Sebagian ada yang memanjang dan belum di pangkas. Sungguh lingkungan yang tidak cocok untuk anak-anak. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling pekarangan depan rumah. Terdapat mesin pemotong rumput yang terbengkalai, kemudian ada beberapa rongsokan yang tertumpuk di dekat gapura. Membuatku nyaris mengedikkan kedua bahu merasa jijik.

Aku tidak menyangka, dibalik kekayaan dan keeleganan seseorang ternyata terdapat sisi buruknya juga. Aku yakin saat ini Leo ikut meniti setiap jengkal pemandangan tidak terurus yang tersaji di sekeliling kami. Sampai akhirnya aku dan Leo menaiki satu-persatu undakan tangga yang ada.

Lou Length: The White WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang