C H A P T E R 33

287 59 11
                                    

Guys, mohon maaf nih ya ada perubahan kata sedikit. Di Chapter 28 ada kata 'arloji perak' yang ternyata salah dan sudah aku ubah jadi 'jam saku perak' benda kesayangan Kipps yang dia kasih ke Lou sebagai tanda perpisahan.

Okey, itu aja. Enjoy~

***

Aku hanya bisa mendengarkan bunyi detak jantungku sendiri yang terdengar sangat berantakan. Deru napasku, suara-suara yang memanggilku, namun terdengar seperti menggema di dalam kepala. Terus berputar, dan berputar. Ketika aku membuka kedua mata, serangan suhu yang mulai membuat tubuhku hangat secara perlahan adalah sesuatu yang menyambutku. Itu menandakan kalau aku sudah tiba di duniaku sendiri. Sementara itu, kesedihan menyelimuti perasaanku dan tak akan pernah luput meski otakku memaksa agar segera bergerak cepat menyelesaikan kasus ini.

Aku bahkan tidak sadar ketika berdiri mematung tepat setelah kami keluar dari portal. Sementara Evans, Ocean, dan Leo sudah menuju ke arah pintu dan sepertinya mereka melupakan keberadaanku untuk sesaat.

Evans menyadari keberadaanku yang tidak mengikuti langkahnya keluar dari ruangan tempat portal berada. Aku diam. Mematung. Menatap lurus ke depan--ke arah mereka bertiga dengan tatapan kosong. Evans bergerak ke arahku dan spontan menyita kembali kesadaranku. Tangan kanannya menggenggam lengan kiriku, kemudian menarik diriku agar terus berjalan ke luar dan tidak membuang-buang waktu.

Aku melihat raut wajah Evans yang terlihat sangat kesal. Ditambah lagi bibirnya berkomat-kamit menyebutkan kata-kata yang menyiratkan sebuah omelan. Aku hanya bisa diam dan enggan mendengarkan itu semua dengan seksama. Jeritan Marianne tak terdengar lagi setelah Ocean menutup rapat pintu ruangan tempat portal berada. Aku bergeming.

"LOU!"

Aku hanya melirik Evans yang baru saja menunjukkan wajah aslinya yang sangat-sangat menyeramkan tepat di depan wajahku dengan ekspresi datar. Hanya berjarak beberapa centi tepat di depan wajahku. Mungkin jika dia memperlihatkan wajah semengerikan itu di hadapan agen-agen baru yang jauh lebih muda dan belum terlatih, bisa saja mereka semua terkena serangan jantung atau mungkin pingsan di tempat. Ya, separah itulah wajah seorang tipe tiga yang irit kekuatan seperti Evans. Mengerikan sekaligus menggelikan bagiku yang sudah terbiasa hidup dengannya berdampingan dalam satu rumah.

Jujur. Wujud menyeramkan seperti itu dulu sangat menghibur, tetapi saat ini rasanya tidak ada hiburan yang layak bagiku.

Meskipun aku sadar kalau Evans tidak sedang menghiburku melainkan benar-benar mengamuk.

"SADAR! KITA HARUS SEGERA MENEMUKAN SUMBERNYA, BODOH!"

Aku sampai meringis ketika Evans berteriak di depan wajahku, namun sudah merubah wajahnya menjadi seperti semula. Terlihat pucat layaknya manusia biasa yang kekurangan banyak darah.

"Kipps..." lirihku tanpa memutus tatapanku dari mata Evans. "Bagaimana dengannya?"

"Jangan banyak bertanya! Kau sudah tahu apa yang akan terjadi kepada Kipps. Seharusnya kau bisa lebih kuat untuk membalas wanita sialan itu, Dungu! Bukannya malah meratapi nasib seperti ini." Evans menggeram, "kau benar-benar kacau, Lou! Kacau!"

Itu adalah pertama kalinya aku melihat Evans marah. Sangat marah kepadaku. Atau marah melihatku seperti ini.

Kembali hancur berkeping-keping. Setiap kali sedang ingin membangun kembali sesuatu yang ada di dalam diriku--dalam sekejap semua itu hancur lagi ketika serangan datang dan menembak tepat di sasaran.

Aku menatap jam saku perak milik Kipps yang beberapa saat lalu dia berikan kepadaku. Aku mengusap permukaan benda antik itu seraya berpikir, apakah aku layak memegang benda berharga milik Kipps dalam keadaan seperti ini? Aku sendiri tidak yakin kalau Kipps akan menyukai diriku yang lemah seperti ini.

Lou Length: The White WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang