Ketabahan Hati Aisyah - Prolog

23.1K 531 8
                                    

KHA. Prolog

Qabiltu nikahaha wa tazwijaha akal mahril madzkur wa radhiitu bihi, Wallahu waliyu taufiq.
—Muhammad Isvan Bachtiar

🍁🍁🍁

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha akal mahril madzkur wa radhiitu bihi, Wallahu waliyu taufiq."

(Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah).

Kalimat sakral tersebut terucap dalam satu tarikan napas. Menyentak perempuan cantik di sisi ranjang. Senyumnya tercipta ketika rasa lega menyeruak dalam dada. Aisyah tidak pernah menyangka akan secepat ini disatukan dengan cintanya oleh Allah.

"Alhamdulillah," lirih perempuan itu pelan. Setetes air mata jatuh mengenai niqabnya.

"Alhamdulillah." Suara hamdalah ikut tercipta dari sang ibu yang mendampingi.

Aisyah memeluk ibunya. "Aku sudah sah menjadi seorang istri, Umi," ujar Aisyah penuh bahagia.

Sang ibu yang bernama Maryam itu tersenyum teduh, mengusap pipi Aisyah. "Dengarkan Umi, Nadira." Nadira—nama panggilan yang digunakan keluarganya. "Aisyah Nadira Ahmad, putri kebanggaan Umi dan Abah, kamu sudah menjadi seorang istri. Tanggung jawab kamu bukan lagi pada kami, tapi pada suami kamu. Hidup kamu akan berubah setelah ini. Tanggung jawab semakin besar. Jangan lupakan badai yang bisa kapan saja menerjang kapal kalian. Kalian harus benar-benar menjaga kapal kalian agar tetap berlayar. Tetapi jika Isvan benar-benar menyakiti kamu, pulanglah ke rumah. Rumah kita. Abah kamu tidak akan pernah membiarkan Isvan bisa menemui kamu lagi."

Aisyah menganggukan kepalanya pelan. "Aku akan ingat pesan, Umi." Tepat setelah itu, suara ketukan pintu terdengar. Aisyah tersipu saat mampu menebak jika di balik sana adalah suaminya.

Aisyah bangkit dan mendekati pintu kamar. Maryam mengikuti di belakangnya. Aisyah merasa gugup—gemetar, dengan pelan lengannya memutar kenop pintu. Aisyah segera menunduk saat pintu kamar terbuka, sehingga yang dia lihat hanya sepasang sepatu pria.

"Nadira, Umi keluar dulu, ya," pamit sang ibu diangguki Aisyah dengan pelan.

Aisyah merasakan dia menutup pintu. Jantungnya berdegup kencang. Ia lupa bagaimana caranya untuk bernapas. Sementara udara di sekitarnya seolah lenyap begitu saja.

"Assalamualaikum, Aisyah."

Suara itu mengenyahkan lamunan Aisyah. Namun, tidak menghilangkan kegugupan Aisyah. Ia mengalihkan perhatian untuk meredakan detak jantungnya. Sampai kemudian ....

Dia terkekeh kecil. Lalu, tanpa pernah Aisyah duga, dia menyentuh dagunya. Bermaksud agar Aisyah menatapnya.

Aisyah menatapnya lekat. Pria tampan dan berwibawa di hadapannya adalah suaminya. Muhammad Isvan Bachtiar adalah suaminya. Aisyah masih merasa ini mimpi.

Isvan menelengkan kepala menatap Aisyah. "Kalau ada salam wajib dijawab, istriku." Istriku. Mimpi itu membawa Aisyah semakin jauh.

"Wa—waalaikumsallam, M—mas." Aisyah tersenyum tipis.

Isvan menahan senyumnya. Aisyah dengan gemetar meraih lengan Isvan untuk dicium, memejamkan mata rapat saat melakukannya.

Ketabahan Hati Aisyah [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang