20. Wishes

16 5 0
                                    

"People changed, and so does him

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"People changed, and so does him. Yes, I know that. But there is always one thing that never changed, our friendship."

🍁🍁🍁

Engsel pintu putih itu mengeluarkan suara saat daun pintunya didorong supaya terbuka. Lantai yang dibalut kayu itu berdecit begitu sepasang kaki menginjaknya. Keheningan di dalam sana begitu kentara. Sinar mentari sore berebut masuk melalui celah tirai yang tidak sepenuhnya tertutup. Tangan Felix terulur untuk membuka tirai putih didepannya. Kamar bernuansa putih dan cokelat muda itu seperti ruangan pribadinya saat sang pemilik asli ruangan tengah bekerja.

Kaki laki-laki itu membawanya ke sebuah meja yang ada di dekat kasur. Banyak alat kecantikan yang terletak disana. Disampingnya ada sebuah rak berbentuk persegi empat tingkat yang masing-masing tingkatannya berisi barang. Di tingkat kedua dari atas berjejer buku-buku. Ada beberapa novel dan buku tulis. Felix sangat mengenali buku-buku tulis yang ada disana, tipikal buku untuk membuat jurnal. Semua buku jurnal disana tidak ada yang berasal dari kotak yang dibawanya kemarin, berarti buku-buku itu baru. Setidaknya cukup untuk dikatakan baru bagi Felix. Diambilnya salah satu buku yang bersampul warna cokelat.

"apa dia selalu membeli buku berwarna cokelat?" kekeh laki-laki itu.

Didudukkannya dirinya di kursi yang ada di dekat meja. Diletakkannya buku itu di meja untuk dibukanya. Halaman pertama bertuliskan, the journey of Jihyun's life. Tulisan itu tentu saja membuatnya terkikik geli. Halaman kedua bertuliskan tentang hal-hal yang ingin dicapai oleh sang pemilik buku. Tulisan itu sampai berlanjut ke lembar ke tiga.

"astaga dia menginginkan banyak hal" Felix tertawa lagi. Matanya lalu terfokus pada keinginan yang tertulis di nomor terakhir,

Last, hmm really last? Aku harap aku benar-benar bisa menjadi seorang penulis. Aku tidak tahu sudah menyebutkan keinginan ini berapa kali, but I really want it to be true. Karena itu aku selalu menyebutnya. Tolong, biarkan aku mewujudkannya sekali saja.

Senyuman di wajah Felix perlahan pudar. Ditatapnya halaman itu cukup lama. Jihyun memang selalu membicarakan mimpinya itu dengan Felix. Bahkan dia berjanji akan memberikan novel karyanya. Tapi Felix baru menyadari sesuatu, Jihyun tidak pernah lagi membicarakan tentang mimpinya itu sejak kepindahannya ke Korea.

Felix membuka halaman selanjutnya. Jihyun menulis tentang Korea disana, terutama Seoul. Felix selalu suka melihat jurnal karyanya yang terlihat estetik.

Halaman-halaman selanjutnya bertuliskan tentang hal-hal random. Tentang lagu-lagu yang disukainya, mood nya saat menulis jurnal, barang-barang kesukaan, hal-hal yang dilakukannya saat bosan, bahkan sampai ke daftar makanan yang ingin dimakannya. Hebatnya, daftar itu hampir sama panjangnya dengan keinginannya di bagian depan tadi.

Once Upon an Autumn Day [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora