13. Tindakan Kejam Mona

2.1K 106 3
                                    

Matahari terbit dari ufuk timur, Maya mengeliat gelisah di ranjangnya sendiri karena merasa sesak dalam ranjangnya yang luas. Begitu kedua mata sapphire-nya terbuka, dia terpaku melihat Zayn berada di sampingnya.

Terlebih lagi, wajah pemuda itu sangat dekat. "Aaaaa!!!" teriak Maya tiba-tiba. Zayn terkejut dan belum sempat kesadarannya pulih tubuhnya terlempar karena tendangan Maya yang kuat.

"Aduh," ringis Zayn. Dia merubah posisinya menjadi duduk lalu memandang kesal Maya yang menutup tubuhnya dengan selimut sementara raut wajahnya terlihat syok layaknya gadis yang direbut mahkotanya.

"Apa yang kau lakukan dikamarku?! Dan kenapa kau tidur satu ranjang denganku?!" tanya Maya panik.

"Hei tenanglah! Aku tak mengapa-apakanmu!" kata Zayn kesal.

"Tapi kenapa kau ..."

"Apa kau tak ingat apa yang terjadi semalam?" potong Zayn tiba-tiba. Maya menampakkan raut wajah bingung, menandakan dia tak ingat sama sekali.

"Kau mabuk dan mengira aku adalah Ayahmu. Harusnya kau berterima kasih padaku tahu karena aku meladenimu. Tadi malam kau bahkan tak ingin aku meninggalkanmu dan memaksaku untuk tidur denganmu."

Maya membelalakan matanya tak percaya. "A-aku yang.." Zayn mengangguk.

"Ba-bagaimana bisa aku mabuk?" Dia masih kelihatan syok dengan fakta yang ada.

"Kau minum minumanku." jawab Zayn tenang. Dia berdiri dan keluar dari kamar Maya, menuju kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.

❤❤❤❤

Maya menggigit jarinya, dia masih gelisah dengan perkataan Zayn. Semoga saja hanya itu kejadian yang terjadi, memanggil Zayn Ayah dan mengajaknya tidur bersama adalah hal yang paling memalukan.

Maya merasa, dia harus bertanya sekali lagi pada Zayn agar memastikan bahwa Maya hanya melakukan dua hal memalukan tersebut. Ngomong-ngomong, di mana kedua sahabatnya itu?

Biasanya mereka datang lebih awal dibanding Maya tapi entah kenapa mereka belum datang. Dia lalu menghubungi Vera dan Desi, "Halo." ucap Maya.

"Halo, Maya." ucap Desi.

"Kenapa kalian belum datang? Aku sudah menunggu kalian ini di sekolah." omel Maya.

"Oh benarkah, wah kapan kau serajin ini?" tanya Desi penasaran. Maya terdiam, dia kembali teringat dengan kejadian tadi pagi dan menyebabkan dia tersipu malu.

"Me-memangnya kenapa kalau aku datang pagi?! Terserah aku dong!" hardik Maya dengan sedikit gugup.

"Ok, ok sabar dong. Aku dan Vera lagi otw ya!" ujar Desi cengengesan dari balik telepon.

"Ya sudah aku tunggu ya." balas Maya sebal. Telepon ditutup, Maya menghembuskan napas lega dan meletakkan ponselnya.

Tiba-tiba saja salah seorang teman Mona bernama Lola datang dengan terburu-buru menghampiri Maya. "Maya!" Dari suaranya dia kedengarannya panik.

Maya menoleh pada Lola, "Kamu kenapa kok panik begitu?" tanya Maya.

"Ini soal Mona, d-dia terkunci di toilet pria!" Maya terkejut dan berdiri.

"Apa dia masih ada di sana?" tanya Maya panik.

"Iya, aku tak bisa membuka pintu toiletnya." jawab Lola. Maya tanpa menunggu lama dia segera berjalan cepat menuju toilet pria hendak menolong Mona.

Biar bagaimana pun Mona adalah sepupunya. Dia tak akan membiarkan Mona terjebak dalam masalah. "Di mana dia?" tanya Maya pada Lola. Keduanya sudah tiba di toilet pria dan masuk di dalamnya.

"Di sana," sahut Lola dengan menunjuk sebuah kamar kecil yang tertutup. Maya buru-buru membukanya, dia mengkerutkan dahi melihat Mona tak ada. "Lola, di mana..."

Belum melanjutkan kata-katanya, Maya tiba-tiba didorong dan dikunci di kamar kecil tersebut. Maya meminta tolong pada Lola tapi malah mendengar suara tawa sinis dari beberapa orang.

"Nikmati harimu di situ, gadis naif." Maya membulatkan matanya mendengar suara yang dia kenal. Siapa lagi kalau bukan Mona, Maya akhirnya tersadar dia sudah terjebak dalam rencana jahat Mona.

Derapan langkah kaki beberapa orang didengarnya makin jauh. Maya panik dan berteriak minta tolong. Maya juga berusaha mengendor pintu kamar kecil tersebut namun usahanya tak membuahkan hasil.

Sudut kedua mata Maya mulai berkaca-kaca, dia lalu duduk di lantai dan melipat kedua kakinya sehingga wajahnya tertutup ditambah dengan kedua lengannya yang memeluk kedua kakinya.

Suara tawa beberapa lelaki yang baru saja masuk ke toilet pria membuat Maya menahan napas. Maya mendengar mereka sedang berbicara dan seseorang mengendor pintunya yang terkunci. "Sialan terkunci," umpat pemuda itu.

"Woy! Siapa di dalam?! Keluar!" perintahnya dengan nada setengah berteriak. Tak ada respon dia menyuruh salah seorang temannya melihat dari atas dengan berdiri di toilet.

Maya yang merasa was-was terkejut dengan suara berat dari atas dan mengadah. Dia melihat seorang remaja laki-laki memandang kearahnya. "Cewek, bro!" ucapnya.

"Benarkah? Wow ini pasti keberuntungan! Ceweknya cantik nggak?" tanya pemuda itu pada temannya.

"Cantik, bro!" Mereka tertawa renyah. Maya terkejut saat sebuah tangan menyentuh punggungnya. Buru-buru dia menepis tangan tersebut dan beranjak dari tempatnya duduk menuju toilet duduk.

Mereka menggoda Maya sambil berusaha menggapainya. Tapi Maya cekatan duduk sambil mengangkat kedua kakinya. Dia menjerit minta tolong dari dalam tapi mereka hanya tertawa.

Tiba-tiba saja suara hantaman keras terdengar dari luar. Umpatan dan cacian terdengar lalu dilanjutkan dengan suara pukulan, ringisan ketiga remaja yang menganggunya terdengar juga di telinga Maya.

Maya terpaku begitu pintu terbuka menampakkan Vera yang sedang mengatur napasnya. Maya segera saja memeluk Vera dan tangisnya pecah. "Tenang Maya, kau sudah aman sekarang." kata Vera sambil mengusap punggung temannya itu.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Zayn dan Maya (THE END)Where stories live. Discover now