Syahirah 2 || BAB 13

198 10 0
                                    

Azki memang orang yang dingin. Terlebih lagi dengan orang-orang yang belum ia kenal. Bicara seperlunya dan menjawab pertanyaan seperlunya. Terkadang saat ditanya ia akan bertanya balik, terkadang lagi tidak. Banyak yang bilang seperti itu. Tapi, Azki adalah orang yang lembut. Meskipun tampangnya terlihat dingin dan sifatnya agak dingin.

Setelah sekian lama sibuk dengan pekerjaannya dirumah sakit dan sibuk mengurus rumah Anak Pelangi. Azki shalat dzuhur lagi di Masjid Nurul Iman. Rencananya setelah shalat dzuhur, ia akan menemui Syahirah. Karena perempuan itu sudah tiga hari tidak bisa dihubungi dan banyak anak-anak yang menanyai perempuan itu.

Baru saja Azki melangkah masuk ke dalam masjid. Suara dentingan handphone berbunyi. Suara itu berasal dari handphone miliknya. Azki mengambil handphone-nya disaku celananya. Ia mendapatkan pesan whatsapp dari Dino.

Mamanya Sya meninggal. Ba'da dzuhur gw, Nisya, sm Viko mau krmh mamanya. Mau takziah. Lo ikut gk? Terus, btw lo tau rmh mamanya?

Enggak.

Skrg lo lg dmna?

Masjid Nurul Iman.

Yaudh nnti gw ke masjid nurul iman dlu. Biar barengan.

Ok.

Azki mematikan layar handphone-nya lalu memasukkannya kembali ke dalam saku celananya. Ia melanjutkan lagi melangkahkan kakinya masuk ke dalam masjid karena saat ini ia tengah berdiri di ambang pintu. Azki duduk bersila ditempat biasa. Dibarisan depan tapi bukan di tempat imam, melainkan di belakang imam.

Tak lama kemudian iqomah dikumandangkan. Azki berdiri dari duduknya. Ia bersiap-siap untuk melakukan gerakan shalat yang dipimpin sang imam. Sebelumnya, dia sudah wudhu dari rumah.

Usai shalat, Azki keluar dari dalam masjid dan terkejut melihat seorang perempuan yang waktu itu berdiri di depan pintu masuk untuk laki-laki.

"Kamu perempuan yang waktu itu diam-diam memerhatikan saya, kan?" kata Azki, membuat perempuan itu mengangkat wajahnya. Yang tadinya sedang menatap layar handphone-nya beralih menatap Azki.

"Saya hanya ingin mendengar suara mas. Saya sering ke sini untuk mendengar suara merdu mas. Tapi saya tidak pernah melihat mas." kata perempuan itu. "Saya tau kalau saya lancang. Tapi, apa boleh saya tau nama mas?"

Azki terkejut bukan main. Bagaimana bisa seorang perempuan berani bertanya soal nama. Apa ini yang namanya pendekatan? Tapi, seharusnya laki-laki yang melakukan pendekatan terhadap perempuan.

"Untuk apa kamu menanyakan nama saya?"

"Seperti Zulaika yang menaksir Yusuf, saya naksir sama mas. Terlebih lagi dengan suara mas," kata perempuan itu mengungkapkan perasaannya. Azki tercenung untuk sesaat, setelah itu Azki langsung menormalkan mimik wajahnya.

Perempuan itu mengenakan baju lengan panjang berwarna cokelat tua dengan celana jeans berwarna navy dan memakai hijab berwarna cokelat milo bermotif segitiga dibagian bawahnya.

Dino, Nisya, dan Viko sudah sampai dimasjid. Ia melihat Azki sedang berbicara dengan seorang perempuan. Hanya saja mereka hanya melihat punggung perempuan itu saja, tidak melihat wajahnya.

"Itu Azki lagi ngobrol sama siapa? Kok, dari belakang kayak Syahirah ya?" Nisya berujar dan disetujui oleh Dino yang merupakan suaminya dan juga disetujui oleh Viko.

Mereka bertiga menghampiri Azki yang terlihat serius berbincang-bincang dengan seorang perempuan. Dino memberi salam. Azki tersentak begitu juga dengan perempuan itu. Sedetik kemudian, Azki menjawab salam Dino.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang