10. Ungkapan Cinta

3.7K 216 8
                                    

"Mencintai dalam diam, tak membuatku takut kehilanganmu.
Karena Allah telah menyiapkan yang terbaik, bagi hambanya yang sabar dalam menanti cintanya ..."

🍁🍁🍁

Akhirnya aku dan Habibi berpamitan pada Mba Rani untuk survey calon kreditur baru. Kami mengendarai kendaraan masing-masing, dengan Habibi di belakangku.
Katanya agar bisa menjaga dan mengawasiku dari belakang ... Entah kenapa koq aku senang ya.

🍃

Setelah survey dari rumah calon kreditur, tak terasa waktu telah menunjukan pukul satu siang. Kamipun memilih mencari masjid terdekat untuk menunaikan shalat dzuhur.

Masjid yang kami datangi telah sepi, hanya ada pengurus dan seorang ibu yang sedang membersihkan area masjid.

Berhubung tak ada jamaah lain, aku akhirnya menuruti perintah Habibi untuk menjadi makmumnya. Ya karena hanya kami berdua di dalam masjid itu, jujur aku kikuk. Tapi semua kulakukan semata karena Allah tak lebih.

Setelah Selesai melaksanakan shalat berjamaah dengan Habibi, aku terlebih dahulu melipat Mukena dan meletakan kembali pada tempatnya. Kulihat Habibi begitu khusyuk saat membaca doa, entah mengapa menunggunya sambil menatap dari kejauhan adalah hal yang menenangkan hatiku.

Ada kejadian yang membuatku tertawa sendiri, mungkin Habibi mengira aku masih berada di belakangnya. Saat doanya usai, ia membalikan tubuhnya ke arah belakang seraya mengulurkan tangannya (mungkin maksudnya dia mau mengajak salaman). Kulihat ia terkejut, saat menyadari aku tak berada di belakangnya.

Pandangannya berpencar ke setiap sudut masjid seakan mencari keberadaanku, ia tersipu malu saat tatapannya menemukan aku sedang tertawa di sudut tempat meletakan alat shalat.

Karena sudah selesai kamipun keluar dari masjid bersama.

"Mas saya mau menjemput Hafidz, sudah sangat telat. Kasihan ia di sekolah pasti menunggu."

"Lho, hari ini kan anak kelas dua sedang ada ekstrakulikuler sampai jam tiga sore."

"Oh iya, ya, aku lupa."

"Kamu grogi ya?"

"Ah enggak, Mas Habibi terlalu terang-terangan kalau bicara."

"Hehehe ..."

"Masih dua jam lagi, apa saya pulang aja dahulu ya, Mas?"

"Tadinya aku mau ajak kamu beli es kelapa, terik begini enaknya minum es kelapa muda. Yuk!"

"Tak usah, Mas."

"Kamu tenang saja, kalau takut ada fitnah. Kita beli ke tempat yang ramai pengunjungnya. Lagipula kita mengendarai motor masing-masing, sambil menunggu jam pulang Hafidz dan Amira. Kalau tidak keberatan sambil minum es kelapa, saya mau minta dibantu isi formulir calon kreditur."

"Oh begitu, baiklah Ayo!"

"Oke ..."

Kali ini Bergantian Habibi mengendarai sepeda motornya di depanku. Ternyata tempatnya tidak jauh dari sekolah Hafidz, kebetulan, jadi saat Hafidz pulang aku tidak khawatir telat menjemputnya.

Halal Kah? (Tamat) Poligami SeriesWhere stories live. Discover now