Jungkook menyesap Frappuccino nya perlahan sambil memejamkan mata. Berusaha menikmatinya dalam keadaan tenang agar tidak tersangkut di kerongkongan, nyatanya sulit. Kepala Jungkook serasa ingin pecah hingga menikmati minuman pun serasa menelan beberapa kerikil kecil di halaman depan rumah Taehyung. Itu terdengar mengerikan. Berusaha membuat ekspresi santai kendati itu sulit sekali untuk dilakukan entah kenapa—ini bukan dirinya. Sama sekali bukan.
"Aku tidak menuduh mu demikian, Jeon. Tapi, aku hanya bertanya. Ingat, bertanya. Bukan menuduh." Taehyung berdecak, meneguk minumannya kasar hingga terbatuk-batuk hebat karena tersedak—rasakan, "Uhuk-uhuk,—sial! Aku mati!"
Dasar berlebihan.
Sementara itu Jungkook yang melihat adegan konyolnya hanya bisa merotasikan bola mata malas tanpa berniat membantu Taehyung. Lagipula, pria itu tidak akan mati hanya karena tersedak, pikir Jungkook.
"Tch! Kau berlebihan sekali, Tae. Dan—apa tadi, bukan menuduh? Hei! Jelas-jelas kau menuduh ku, dasar alien tersesat." Jungkook tidak dapat menyembunyikan rasa jengkelnya saat mendengar kalimat Taehyung barusan.
Dasar penipu ulung.
Taehyung terlihat mencoba memukul dadanya sekuat tenaga karena tersedak hebat, belum reda sama sekali. Sialnya lagi si Jeon itu hanya diam menonton pertunjukan itu kelewat membosankan, menghancurkan pandangan. Taehyung bersumpah demi cangkir dan minuman mengerikan yang ia teguk tadi, bahwa Jungkook akan merasakan hal yang setimpal dengan dirinya.
Selang beberapa menit menunggu Taehyung agar terlepas dari ambang kematian yang menghampirinya, Jungkook mencoba mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan cafe. Banyak orang yang berkunjung di hari libur seperti ini, bahkan pelayan cafe sempat kewalahan melayani para pelanggan yang berdatangan tiada henti. Hingga sepersekian detik kemudian Jungkook mengalihkan pandangannya menatap Frappuccino yang tinggal sedikit dalam cangkir.
Taehyung berdehem, membuat Jungkook menatap penuh keseriusan eksistensi Taehyung yang saat ini tengah mengembalikan imagenya yang sempat turun tadi. Diam-diam Jungkook mengulum senyuman menatapnya,—Taehyung kelihatan konyol sekali. Sepertinya ia sudah tidak tersedak lagi.
"Ehem! Begini, Jeon. Aku harap kau dapat mengontrol emosimu saat aku bercerita,—maksudku, aku berharap bahwa kau tidak mengamuk nantinya dan menghancurkan seluruh isi cafe," Taehyung menyeringai nakal, kemudian melanjutkan, "Aku tidak dapat menebak apa yang akan terjadi nanti jika aku menceritakannya padamu, Jeon."
Jungkook berdecak muak, semakin memajukan wajahnya dan menumpu dagu menggunakan kedua tangan yang terkatup di atas meja. "Katakan saja, jangan banyak basa-basi," desak Jungkook tak habis pikir, "Memangnya kau pikir aku ini hewan liar yang akan mengamuk sembarangan tempat, huh?!"
Taehyung tergelak cukup keras dan mampu membuat orang-orang sekitar menatap keduanya dengan pandangan heran. Cukup membuat Jungkook menunduk malu karena mempunyai sahabat kelewat konyol seperti Taehyung. Tidak punya urat malu sama sekali. Tawanya bahkan terdengar menggelegar sekali mengalahkan suara petir yang menyambar ketika hujan lebat. Sebenarnya, itu terdengar berlebihan.
Sepersekon kemudian Taehyung dapat meredakan tawanya dengan susah, "Baiklah, Jeon. Kau cukup membuatku terhibur tadinya, sumpah."
"Tch! Ayolah, Kim Konyol Taehyung! Kau terlalu banyak menghabiskan waktu. Asal kau tahu, aku meninggalkan Jiyeon di rumah sendirian hari ini." Jungkook kembali teringat adiknya yang merengek minta ikut. Kendati berusaha membujuk Jiyeon agar tidak mengikutinya karena urusan penting, alhasil gadis itu menekuk wajahnya begitu menggemaskan dan masuk ke kamar dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Labyrinth Pt. 1 [M] ✓
Fanfiction[DIBUKUKAN; Discontinue] [SEBAGIAN PART DI HAPUS!] [E-BOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Menentang aturan, hukum alam. Bertolak belakang, melawan arus, mengabaikan konsekuensi yang akan di terima. Jeon Jung Kook melakukan semua itu. Singkatnya, Jungkook m...