2 ㅡ taehyung.

1.6K 104 2
                                    

,。・:*:・゚☆☁ 。・:*:・゚★

No one I knew stood
Half as bright as you

Pemuda itu menatap kosong tembok di depannya. Surai kelamnya yang basah jatuh pada dahinya. Tak lama, sebuah ketukan pada pintu menyita atensinya.

"Taehyung?" Jimin memanggilnya dari luar.

Taehyung tidak menjawab. Ia tetap terdiam. Lidahnya begitu kelu. "Kau sudah bangun?" pemuda yang lebih tua itu berjalan ke arahnya, mengecek keadaannya. Taehyung mengangguk.

"Aku akan pergi bekerja, kau boleh membuat makanan, memesan delivery, atau menonton TV sesukamu." Jimin tersenyum kemudian menyampirkan jasnya pada bahunya, "kau boleh berjalan-jalan juga. Kau dapat melihat Sungai Han dari jendela jika kau mau. Tetapi kembalilah sebelum senja."

Melihat Taehyung yang kembali tidak berekspresi, pemuda itu menghela napas kemudian beranjak pergi.

"Jimin," panggilan itu menghentikan langkahnya. "Hati-hati,"

Jimin kembali tersenyum kemudian menutup pintu kamar Taehyung. Tak lama, keheningan kembali menyelimuti.


But now you shine on
The perfect avenue

Taehyung POV.

Setelah langkah kakinya tak lagi terdengar, aku mengambil mantel yang tergantung di balik pintu, kemudian memakainya. Jimin bilang dulu mantel ini milik mendiang ayahnya, ia juga bilang jika aku menyukai mantel ini aku boleh memilikinya.

Aku berjalan keluar apartemen. Udara dingin kembali menyambutku, menusuk rusukku. Bibirku bergetar, namun aku tetap berjalan. Aku tidak peduli akan orang-orang yang memandangku anehㅡhaha, memang tidak lazim melihat seseorang memakai setelan piyama tidur bermotif beruang, sepasang sendal, dan mantel oversize di tengah musim dingin.


And the light that you left it helps me to see
A way through all the bitterness

Asap kuah ramen pedasku mengepul di udara. Perlahan tapi pasti, aku meniupnya. Aku menyadari ada pemuda lain duduk di sebelahku. Surainya gelap, matanya bulat, namun tampaknya ia tidak sedang baik-baik saja. Parahnya, di musim yang seperti ini ia hanya memakai sweater biru langit tipis. Kedua matanya kemudian terpejam, ia seolah menikmati hawa dingin yang perlahan membunuhnya.

"Hey," aku meletakkan cup ramenku, "kau baik-baik saja?"

Ia kemudian menoleh, dan tersenyum untuk meyakinkanku, "aku tidak apa-apa,"

"Maaf aku lancang, tapi aku sedang sangat bosan. Jika kau ingin cerita, sepanjang dan sebanyak apapun itu aku akan mendengarkan," ujarku, "aku Taehyung,"

"Aku Jungkook.."

Away to who I really want to be
Oh, lights up the streets, oh

Mataku membola. "Jungkook?"

"Iya. Aku kabur dari rumah beberapa tahun lalu. Aku memang bodoh sekali."

"Tidak apa-apa, semua yang telah terjadi biarlah menjadi bagian dari masa lalumu saja. Kau masih memiliki banyak kesempatan untuk memperbaikinya," aku kembali menikmati ramenku.

Ia kemudian menatapku heran, "Kau seolah tahu, kau ini sebenarnya ... siapa?"

Aku kemudian menepuk bahunya, "pulanglah, kakakmu mencarimu,"

"Siapa?"

"Park Jimin."

Please just tell you're alright
Are you way up in the sky

Jungkook berjalan di belakangku. Aku memutuskan untuk kembali ke apartemen Jimin. Pemuda blonde itu pasti akan senang sekali. Aku menekan sebuah kombinasi beberapa digit angka yang diberitahu Jimin kemudian mempersilahkan Jungkook masuk.

Aku membuatkannya secangkir teh chamomille hangat dan memberinya sweater tebal milik Jimin. Tanganku terulur, kemudian mengacak surai legamnya. Ia tersenyum kemudian.

"Jimin akan pulang sebentar lagi, ia pasti akan sangat senang melihatmu,"

"Ia tidak ada, Taehyung."

"Hah?"

Please just tell me you're alright
Are you way up in the sky

Jungkook kemudian beranjak berdiri, menarik diriku yang masih begitu kebingungan kedalam dekapannya. Aku tidak balas memeluk, namun perlahan aku merasakan atasan yang kupakai basah, kemudian aku mendengar isakan. Bahunya bergetar, aku memutuskan untuk balas memeluk.

"Kau tidak perlu menahannya, kau boleh menangis, Jungkook. Kau juga manusia, kau punya perasaan." aku berusaha menenangkannya.

"Jimin sudah lama tiada, Taehyung." Ia kemudian menatapku, masih dengan air mata yang senantiasa menuruni tulang pipinya, "siapa yang kau temui?"

Laughing, smiling, looking down
Saying "one day we'll meet in the clouds"
Up in the clouds

Aku terdiam. Aku berusaha mati-matian merangkai berbagai memori yang seolah terpecah-pecah, seperti kepingan puzzle.

"Orang tua kami berpisah, kemudian Jimin ..." Jungkook berusaha menjelaskan, namun lidahnya kelu, ia tercekat, tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Aku memandangnya khawatir, namun tatapannya meyakinkanku, "Jimin meninggalkanku lebih dulu, selamanya. Lalu aku pergi, aku tidak punya siapa-siapa lagi, Taehyung."


CLOUDS ☁ VMINKOOKWhere stories live. Discover now