3. Hari Terakhir Ujian

1.4K 50 0
                                    

Hari ujian nasional telah terlampaui. Kania merasa bebas telah melewati hari terakhir ujian ini. Teman-teman yang anggota ganknya berkumpul di depan lab. kimia seperti biasa.

"Hei...hei... Finally ya guys yeah..." Kania berseru dengan semangat.

" FREE..." Jerit serempak kelima anak SMA yang baru selesai menyelesaikan mata ujian terakhirnya sambil mengacungkan kepalan kedua tangan ke udara.
" Yeah..."
" Hei, cabut yukk!" Edo berkata kemudian.

" Kemana ?" Seru Andara, Kania, Marini dan Zulfikar.

" Kemana gitu kek... Pokoknya nggak di sekolah deh. Sumpek banget gue, kebanyakan belajar. " Lanjut Alfredo kemudian.

" Eh, ada kafe bagus di Kemang, dan suasananya asyik. Kesana yuk! Kalo dah bosen kita bisa geser ke Kemvil (Kemang Village) atau pindah ke lokasi lain ." Marini memberi usul.

" Setuju"
" Oke"
" Ayo"
" Let's go!"

" Pakai mobil gue yah?" Usul Andara kemudian.

" Gue bawa motor Non." Seru Zulfikar .

" Sama. Gue juga. Kania mau boncengan sama Babang Edo?"

"Makasih ya Bang, aye ame Neng Dara aje. Lebih nyaman naik mobil sembari ngerumpi kali"

" Ah, yayang Nia mah gitu. Sama Babang Edo kan juga bisa ngerumpi sembari pelukan naik motor." Alfredo pura pura merajuk.

" Bibir lu tuh Do, merangsang banget." Marini berkata sembari mencibir.

" Serius, lu langsung horny liat bibir gue, Rin?"

" Iih najis gue. Orang gue belum selesai ngomong lu langsung main nyamber aje. Maksud gue tuh ngerangsang pengen nampol bibir lo  pake sepatu kalo lagi pose monyong gitu." Jawab Marini sengit sembari mengekspresikan seakan hendak muntah.

Ucapan terakhir Marini disambut tawa yang lain. Alfredo berpura-pura pura sebal dan ngambek. Tingkahnya itu semakin membuat yang lain ikut menanggapi dengan celotehan iseng dan lucu. Kebiasaan mereka ketika berkumpul bersama saling mengejek dan bercanda, walau salah seorang diantara mereka ada yang jatuh hati dan melakukan pendekatan. Semua itu tidak menghalangi mereka untuk terus bersama, bercanda, belajar bersama juga saling berbagi cerita, curhat dan kongkow-kongkow bareng. Ada kesepakatan tidak tertulis di antara mereka untuk tidak "baper" terhadap semua candaan.

Mereka saling paham dan peka terhadap bahasa tubuh teman-teman yang lain. Tatkala ada anggota yang bermasalah dan tidak enak hati, maka mereka dengan mudah membacanya. Seketika itu juga maka tidak ada candaan dan mereka akan berbicara serius, memberikan pandangan juga saran, menghibur juga saling menguatkan.

Mereka berjalan beriringan. Kania dan Andara yang diantar jemput ke sekolah ikut bersama mobil Marini. Sedangkan Edo dan Zulfikar mengendarai motornya masing-masing.

Setibanya di kafe berlantai dua dengan langit-langit yang tinggi yang dindingnya didominasi kaca itu, mereka berkeliling mencari tempat yang aman dan nyaman. Pada kafe yang bernuansa asri itu, mereka memilih di salah satu sudut paling sepi dan terhalang tembok satu meter yang ditaruh pot berisi tanaman hias sepanjang tembok. Pilihan yang tepat supaya keributan dan kehebohan yang biasanya akan mereka timbulkan nantinya tidak mengganggu pengunjung lainnya. Seperangkat set sofa hijau botol tersedia di sana seolah melambaikan tangan menjanjikan kenyamanan pada mereka untuk segera merebahkannya diri di atasnya.

" Gue pernah sekali ke tempat ini, diajak kak Mira. Tempatnya bagus kan? Kita lama-lama di sini juga nggak bakalan diusir. Yang punya temennya kakak gue."

"Bisa dapat diskon nggak Rin?" Tanya Kania kemudian.

" Itu yang gue nggak bisa jamin. Tapi yang pasti sih selama apapun kita nongkrong di sini nggak bakalan aman gak disuruh pulang. Itu aja."

Kemilau Cinta Kania (Complete)Where stories live. Discover now