21. Bimbang

997 36 0
                                    

Rinai rintik hujan masih jatuh mengenai atap lalu turun masuk ke dalam talang menyerupai sungai lalu turun di bagian ujung seperti air terjun kecil. Sempalan air hujan jatuh mengalir pada dinding kaca yang mendominasi bangunan itu. Kania masih duduk menatap hujan di salah satu kursi lantai tiga kampusnya.

Gedung itu merupakan contoh bangunan yang ramah lingkungan atau green building. Tidak ada pendingin ruangan di dalam gedung. Mereka memanfaatkan udara sekitar bangunan yang dikelilingi banyak pepohonan dengan ventilasi yang sangat baik serta kipas angin di langit-langit tiap ruangan. Untuk penerangan dinding bangunan sebagian besar tersusun atas kaca tebal. Sistem listrik menggunakan solar panel yang terdapat pada atap gedung.

Suara hujan membuatnya rindu akan rumah. Aroma tanah basah yang terhindu penciumannya membuatnya selalu terkenang kampung halaman.

" Ngelamun" suara Lilian dan tepukan di bahu kanannya membuat Kania tersentak.

" Ngagetin aja Li."

" Pulang yuk, bareng." Ucap Lilian yang berdiri di depan Kania.

" Entar dulu deh. Gue belum sholat ashar nih. Lu udah?"

" Lagi libur bulanan gue. Lu kalo mau sholat ya cepetan deh sana ntar keburu abis lu waktunya."

" Eh iya, gue titip tas ini dulu ya. Sama entar kalo Abang Dateng bilang suruh tunggu bentar aja." Lanjut Kania langsung berdiri mengambil mukenah dan sejadahnya. Lilian berdehem dan memberikan kerling menggoda.

"Abang siape nih?"

" Bang Zack lah."

" Cie...cie yang dijemput pak dokter ganteng, calon tunangan. "

" Iih... Apaan sih lu, kalo ngomong tuh volume suara kecilin dulu napa. Lu mo buat pengumuman apa?"

" Iya, biar yang pada ngejar lu sadar diri dan mundur teratur. Bentar lagi lu kan udah taken." Lilian terkekeh, senang rasanya menggoda Kania.

" Dah buruan Sono sholat. " Ucap Lilian lagi melambaikan tangannya ke depan menyuruh Kania cepat pergi.
Kania bergegas meninggalkan tempat itu.

" Abang belum Dateng ya, Lu?" Tanya Kania setelah kembali menunaikan sholat. Lilian yang asyik dengan hapenya segera mendongak melihat gadis cantik yang wajahnya segar habis terkena air wudhu walau dia tidak menambah make up-nya.

"Belum. Lu nggak nambah lipstick, bedak apa blush on sama eyeshadow gitu. Kan mau ketemu sama pacar."

"Apaan sih lu, orang gue nggak pacaran juga. "

" Nggak pacaran tapi mau kawin." Lilian menjawab sambil mencebik.

" Yah pacarannya ntar aja kalau udah nikah lah. Nikah Li bukan kawin "

"Sama aja keles, nikah dulu baru kawin." Jawab Lilian cuek.

" Eh, lu nggak benerin make up tuh? Cepetan gih mumpung dia belom Dateng."

" Santuy Li. Lagi males gue. Pengen cepet pulang mandi dan leyeh-leyeh sebentar sebelum lanjut ngerjain proyek nanti malam."

"Nggak kepengen tampil cantik di depan calon suami, Kania?"

"Masih calon Kan? Biar aja dia tahu jeleknya gue kalau lagi nggak make up tuh begini, daripada ntar kalo udah nikah kaget dan nyesel. Sekarang setelah dia tahu jeleknya gue, dia mau lanjutin ke pernikahan dan terima gue apa adanya nggak?" Kania menjawab dengan cuek sembari duduk dan meminum jeruk dan madu hangat yang dibawanya dalam termos kecil tadi pagi.

"Trus, kalau dia nggak mau terima gimana? Tapi gue sangsi sih dia mau ninggalin elu."

" Ya udah, berarti gue bukan untuk dia alias nggak jodoh. Cari yang lain lah, gampang kan?"

Kemilau Cinta Kania (Complete)Where stories live. Discover now