[20]

1.4K 268 22
                                    

Laju kendaraan beroda empat berhenti sempurna ketika pedal dan tuas rem dimainkan perannya. Melepas sabuk pengaman, membuka pintu, menurunkan kaki hingga alas sepatu mencium lantai dingin, manik kelam Yoongi mengedar sejenak. Tidak ada bedanya, masih sebuah pemandangan yang membosankan selayaknya tempat parkiran di lantai dasar; mobil tersusun bersama beberapa pihak keamanan yang berpatroli.

Berbarengan seringai, dengkusan terembus seketika. Harapan agar mengantongi udara segar selama perjalanan tadi juga tidak tersedia di sini, atau Yoongi saja yang terlalu cepat melayangkan deduksi? Entahlah, ia pun tidak bisa menentukan jawaban.

Sebelum benar-benar membawa tungkai melenggang pergi, Yoongi merogoh ponsel yang sedari tadi ia acuhkan entitasnya. Tidak dengan melamati langsung pun, Yoongi dapat tahu nama siapa yang menyemaki layar ponselnya. Langkah Yoongi tercipta tatkala senyum simpul di bibirnya terlukis.

Jung Hoseok dan tingkahnya yang terkadang membikin Yoongi gemas. Menyampahi kontak pesan Yoongi dengan inti sari yang tak lain, mengingatkan Yoongi bahwa mereka punya jadwal diskusi sebagai seorang pemimpin dua perusahaan yang sedang simbiosis mutualisme. Barangkali ia bisa hasilkan keringanan dari pertemuannya kali ini. Secara tidak langsung, Hoseok memiliki banyak cara menenangkan asanya, walau kini sudah tidak begitu intens. Sebab terkadang Hoseok jadi menjengkelkan baginya, dan Yoongi tidak pernah bosan menyalahkan transisi tersebut akibat menikah dengan Jeon Yumi.

Yoongi menyimpan kembali ponsel di tempat semula. Memfokuskan pandangan pada jalur tempuh, dan segera ambil jalur kiri guna temui lift yang bakal menghantarnya menuju lantai di mana Bos Besar gedung ini berada. Pintu lift telah menyapa irisnya, tapi hanya sekilas. Pasalnya, di sekon lanjut, prensensi yang terlampau familiar merampasnya hingga labium Yoongi pun tidak tahan mencetus, "Jeon Yumi?"

Wanita yang belum genap lima menit digunjing oleh otak Yoongi tersebut lantas terperanjat. Mata bulatnya semakin melebar, menggoda Yoongi untuk menadah supaya tidak jatuh andaikan keluar. "Yoongi-oppa?" celetuknya.

"Yeay! Paman Yoongi, halo!"

"Selamat siang, Paman Yoongi!"

Namun, Yumi tidak sendiri. Ia membawa pasukan, si kembar dan pria kecil dalam kereta dorong. Melihat kenyataan tersebut, Yoongi tidak tahu bagaimana bilangnya, tetapi dia merasa aneh sendiri. Lekas Yoongi sisihkan sebentar guna menyambut sapaan Yoohee dan Yooho dengan memberikan tepukan lembut di masing-masing kepala mereka.

"Ya. Halo, selamat siang, Heenie, Honie."

"Jimin mana? Tidak bersama Paman?"

Genetika tiada mati. Si kembar selalu kompak menanyakan hal tersebut bila bersitatap bersama Yoongi. Biarpun kali ini, Yoohee dan Yooho tidak berlaku aneh semacam mencari sekeliling Yoongi atau di dalam saku seperti yang lalu-lalu.

"Tidak. Jimin di Aurora," Dengan umbaran senyum maklum, Yoongi menjawab kenyataan yang ada sekenanya.

"Yumi! Oh, Yoongi-oppa juga?"

Oh, suara lain yang tidak kalah akrabnya, membahana di belakang Yoongi. Dalam gerak tidak terburu, Yoongi menarik diri ke samping kemudian memenyensori sosok itu kendati ia telah hafal.

"Roa!" Ini sahutan Jung Yumi.

"Lily!" Dan ini sahutan bocah kembar Jung. Mereka memantul suka cita lantaran menemukan kroni baru, dan mendadak teringat dengan Jimin.

Roane dan Lilian Kim, dua perempuan yang Kim Namjoon miliki di sisi.

"Ayo, Lily, beri salam sama Bibi Yumi dan Paman Yoongi," titah Roane memegang sesekali mengelus punggung putri kecilnya.

"Selamat siang, Bibi Yumi, Paman Yoongi," salam Lilian, ia menunduk sopan dan tersenyum sampai lubang di kedua pipinya terpampang. Kecuali mata tajam dan lesung pipit, semua wujud fisik Lilian di adopsi dari Roane. Otak dan kepribadian benar-benar dari Kim Namjoon.

Lantas Yumi berdecak kagum, "Aigoo, cantiknya Lilian."

Sedangkan Yoongi, sama seperti si kembar Jung, ia menepuk lembut kepala Lilian. Sudah menjadi kebiasaan. Setelah Lilian ditarik kabur oleh Yoohe dan Yooho guna mengelilingi serta mengajak bermain si kecil Jungkook, Yoongi lekas bertanya, "Ada acara apa sampai kalian kompak ke sini?"

"Mengantar makan siang. Biasanya memang begitu, kok. Oppa saja yang tidak tahu," jawab Yumi seraya mengangkat tas mini jinjingannya.

"Kalau aku, ya, karena sedang ambil cuti, dan Lily yang kebetulan sudah kangen dengan Daddy-nya." Roane mengedik kecil. Seyogiyanya dia datang dengan tujuan yang sama; mengantar bekal sekaligus membasuh rindu Lilian.

"Oppa sendiri juga mengapa di sini?"

Refleks Yoongi mengernyit, menatap Yumi dengan sirat mengejek. Namun, Yumi tidak mudah terintimidasi, ia malah melipat bibirnya ke bawah seakan sedang menantang. Membikin bibir kering Yoongi gatal untuk meningkatkan gelora menyemburnya saja. "Lupa kalau aku dan Hoseok adalah mitra?" Kendati hanya kalimat itu yang keluar, reaksi terkesiap Yumi yang agaknya betulan lupa cukup memuaskan. Tanpa Yoongi bilang bodoh pun, cengiran ibu tiga anak tersebut sudah mewakilkan kalau dia merasa demikian.

"Ayo naik," ajak Yoongi selepas memindah tangankan kereta dorong Jungkook agar dibawa olehnya. Di lain sisi, Roane segera menggamit Lilian, dan begitu pun Yumi. Kelima persona tersebut lekas menyusul Yoongi memasuki lift.

"Ngomong-ngomong, acara kita nanti di rumah siapa?" Roane buka suara.

"Yoongi-oppa." Jempol Yumi mengacung tepat ke Yoongi, lalu menoleh. "Ya, 'kan, Oppa?"

"Hm," gumam Yoongi mengedip satu kali.

"Ah!" Yumi mengangkat sebelah sudut labiumnya kemudian menyikut pelan Yoongi dengan sengaja. Kilat mata menggoda yang menjengkelkan itu kontan membisiki Yoongi agar siapkan diri.

Dagu Yoongi menengada pongah. Bibirnya melengkung ke bawah. "Apa? Apa?"

Masih dengan senyum miring, Yumi menandas, "Gadis yang selalu terselip namanya dalam ceritamu dan Jimin ketika mampir ke rumah, jangan lupa diundang. Kenalkan pada kami."[]

sérendipitéWhere stories live. Discover now