Bab 5 : Gaza,Palestina

40 4 0
                                    


Ku takkan pernah berhenti untuk terus maju bertempur walaupun nyawaku sebagai taruhanku sebagai tentara. Karena itulah tugas utama para tentara, rela berkorban demi keamanan suatu bangsa dan negara serta tanah air tercinta.

Siang ini menjadi hari terakhir Affan dan Zahira di Indonesia.Ya,hari ini mereka akan kembali melaksanakan tugas negaranya.Lah bukannya mereka baru sehari menikah?Masa udah mau tugas lagi? Mungkin itu kira-kira pandangan orang-orang tapi ya itulah kenyataannya.

Setelah berpamitan dengan keluarga mereka,akhirnya mereka pun berangkat.Mereka berangkat secara terpisah,Affan bersama rombongan tim khususnya dan Zahira bersama rekan-rekan medis dan beberapa tentara medis lainnya.

Zahira POV

Rombongan Zahira dkk menaiki tangga pesawat Singapore Airlines yang akan transit di Singapura terlebih dahulu lalu terbang ke Dubai. Dari bandara Dubai langsung mengambil penerbangan menuju bandara internasional Kairo, Mesir. Begitu tiba di luar bandara, rombongan disambut oleh staf KBRI dan langsung menuju KBRI dengan minibus. Dari bandara, rombongan langsung menuju penginapan yang dekat dengan KBRI. Besok jika tak ada halangan pasti, semua akan masuk ke Gaza, dijemput oleh mobil palang merah yang bertugas di Rumah Sakit Indonesia.Ya itu adalah salah satu rumah sakit hasil sumbangan masyarakat Indonesia oleh karena itu RS tersebut diberi nama demikian.

Malam di bawah langit Gaza yang hitam pekat, dokter Zahira berdiri sendirian di luar penginapan, menyaksikan pemandangan langit Mesir, di mana sang penguasa lalim pernah berkuasa, Fir'aun. Dan sekarang di sini berdiri pusat peradaban ilmu yang terkenal, Universitas al-Azhar, berbeda 180 derajat dari zaman terdahulu.

Tiba-tiba ada yang menepuk pelan pundaknya.

"Assalamualaikum"ujarnya tersenyum ramah.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"balasku dengan tersenyum

"Za, kamu yakin? Lihat! Kita di sini bukan untuk sehari ataupun dua hari." Seorang wanita muda berbadan tinggi nan langsing serta jilbab yang menutupi rambut indahnya itu menatap horor tempat di sekelilingnya, ia tak percaya akan ada kota seluas ini menjadi abu serta banyaknya binatang laba-laba yang bersarang di reruntuhan bangunan itu.

"Hasbunallah wani'mal waqil," cicit Zahira itu menggeleng lemah mengusap wajahnya kasar.
"Za!"

"Hm." Gumamnya. Tariska mendengkus jengah

"Eit, mau ke mana Ca?" cegat Zahira itu menarik syal merah muda milik Kansa.

"Pulang!"

"Mau pulang ke mana? Kita sudah sepakat untuk melaksanakan tugas di sini, bukan?"

"Tapi, aku enggak mau Za! Ini tidak baik untuk kesehatan jika terus berada di sini," putus Tariska Taqiya, wanita berusia dua puluh empat tahun berkebangsaan Turki-Indonesia itu menatap tajam gadis di sampingnya.

"Di coba dulu nanti aku sendirian gimana dong?" rayunya mengedipkan sebelah matanya.Memang perwakilan tentara medis wanita dari Indonesia hanya dirinya dan Tariska.Jadi,kalau dia pulang bagaimana dengan dirinya?.

"Ya bunaya , kalian nanti akan di kawal oleh tentara sipil menuju Perbatasan," sela pria berusia empat puluh delapan tahun itu menginterupsi aksi debat kedua anak muda di hadapannya.

"Baik Abi"ujar mereka kompak.

Affan POV

Berbeda dengan Zahira,Affan sudah sampai di Perbatasan Jalur Gaza terlebih dahulu.Ia dan rekan-rekannya menunggu tim relawan medis terlebih dahulu,karna mereka tau bahwa kedatangan relawan medis bisa saja dipersulit apalagi untuk para wanita yang belum menikah.

"Kapten Affan"panggil Sersan Mayor Muhammad Adam Abdullah.

"Kenapa?"ujarnya dingin.

"Apa kau tidak mengkhawatirkan Zaujaty mu?"goda Adam yang sontak dihadiahi tatapan tajam Affan.

"Kenapa menatapku seperti itu?Lagipula tujuan kalian dijodohkan kan untuk menjaga satu sama lain.Letnan Zahira mengobati anta saat terluka dan anta melindungi Letnan saat mengobati korban.Benar kan?Kau ini tidak perhatian sekali"Goda Adam lagi.

"astaghfirullah , 'ayn wajadatu hdha alrajul almuzeaj mathlah?"( Astagfirullah,dari mana aku menemukan pria menyebalkan seperti dia ini?)"eluh Affan.

"Hahaha,selow my kapten"ujar Adam menaikkan dua jarinya membentuk huruf 'V'.Ia paham jika Affan sudah menggunakan bahasa Arabnya saat berbincang dengan teman-temannya itu artinya dia sedang kesal dan banyak pikiran."Lu kenapa sih Fan?Ada masalah cerita aja kali"lanjutnya.

"Ga papa"ujar Affan datar.

"Are you special forces assigned to Gaza?( Apa kalian adalah pasukan khusus yang ditugaskan di Gaza?)"ujar seorang anak menghampiri mereka.

Tak ada jawaban.

"Aah,my name is Ahmed Thariq.You can call me Ahmed"lanjutnya. "We have heard about your arrival here. I represent my brothers and sisters in the refugee camp, thank you(Kami sudah mendengar kabar tentang kedatangan kalian kemari.Aku mewakili saudara-saudaraku di pengungsian mengucapkan terimakasih)"lanjutnya kembali.

"'anaha laysat mushkilatuna (bukan masalah itu sudah menjadi tugas kami)"balas Affan ramah.

Author POV

Tak lama mobil yang berisi tim medis dan relawan kemanusiaan lainnya termasuk Zahira sampai di perbatasan.

Lagi-lagi semua dimudahkan oleh-Nya hingga rombongan tak harus menanti lama dengan penantian panjang. Rombongan mulus masuk perbatasan Gaza yang disambut antusias oleh relawan yang lebih dulu masuk ke sana beserta rombongan relawan dari negara lain yang terpanggil menjadi tamu di Gaza.

"Letnan Zahira"panggil seorang lelaki yang menggunakan seragam tentara sipil dari Indonesia dan berlari menghampiri Zahira di sela waktu istirahat mereka.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"balas Zahira mengambil tangan lelaki itu dan menciumnya.

"Bagaimana perjalananmu?"ucap lelaki itu yang tak lain adalah Kapten Kopasus yang dikirim ke unit Gaza.

"Alhamdulillah,banyak pelajaran yang bisa Zea ambil dari perjalanan tadi mas"balasnya tersenyum hangat."Mas sudah makan?"lanjutnya.

"Alhamdulillah sudah,kamu sendiri sudah makan?"

"Alhamdulillah sudah mas"

"Mohon perhatiannya sebentar teman-teman.Begini kita akan melanjutkan perjalanan ke Unit Gaza pusat sekitar 10 menit dari sekarang jadi mohon mempersiapkannya ya"jelas Toni selaku Mayor utama.

***

My Heart in Palestine

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote and kommen ya

biar semangat ngetik next part nya

Love You

.

.

By : Irva Mawati

My Heart in PalestineWhere stories live. Discover now