06 - Memori yang Menyakitkan

260 27 0
                                    

Ilana terduduk di kamarnya. Ia sedang mencoba untuk belajar Fisika karena besoknya ia ulangan. Biasanya, ia lebih fokus belajar di rumah karena teman-teman hantunya menjaganya penuh, tidak seperti di sekolah yang terlalu terbatas karena sekolah merupakan wilayah di luar jangkauan mereka. Maksudnya, hantu disana tidak bisa ditebak. Sedangkan hantu-hantu penunggu di rumahnya tidak pernah ada yang berani mengganggunya. Jadi ia bisa tenang belajar di rumah.

Tapi masalahnya, gadis itu dari tadi terus saja menghela nafas dengan gusar karena satu hal.

"Kamu fans ku ya?"

"Heh, nge fans sih boleh, tapi jangan begitu juga dong. Kamu meluk sembarangan, narik tanganku sembarangan, terus.."

"Darimana kamu tahu nama kecilku? Kamu menguntit ya?"

"Nama kecil? Sebenarnya apa sih yang dikatakan hantu itu sampai aku di sebut penguntit?" gumamnya merasa dongkol.

Ia lalu melirik 'teman-teman'nya.

"Kalian juga, kemana sih waktu aku kesurupan?" Tanyanya.

Jisung dan yang lainnya saling pandang.

"Ma..maaf Ilana. Kekuatan hantu itu lebih besar dari kami. Terus, dia cepat banget masuk ke kamunya, dia nya juga langsung lari pas udah masuk ke kamu" jelas Jisung panjang lebar.

"Iya, kurang lebih dia mirip... arwah yang waktu itu ganggu Oma kamu... ya gak sih?" ucap Eunbi yang kemudian menutup mulutnya karena merasa salah bicara. Benar saja, ekspresi Ilana langsung berubah. Gadis itu diam dengan raut yang tak dapat dibaca.

Teman-temannya mulai menyalahkan Eunbi karena mengatakan sesuatu yang membangkitkan memori yang menyakitkan bagi Ilana.

"Em... Ilana, kamu baik-baik saja?" Tanya Yuju berhati-hati.

Ilana menelan salivanya. Kejadian saat omanya di terjang oleh sosok arwah hitam dan besar itu kembali terputar di kepalanya. Membangkitkan kembali rasa sakit dan sesak itu. Ketika kedua orang tua nya terpaksa berpisah karena dirinya. Karena kemampuannya. Semua salahnya.

"Ilana!" Suara menggelegar teman-temannya membuat ia terbuyar dari nostalgia. Ia menatap teman-temannya tanpa ekspresi.

Teman-temannya tentu tahu apa yang dia rasakan. Mereka bisa membaca pikiran Ilana begitu juga sebaliknya. Mereka pun menunduk.

"Maaf Ilana..." ucap Eunbi penuh rasa bersalah.

Ilana hanya menggeleng dengan senyum terpaksa kemudian berpindah ke tempat tidurnya dan menyelimuti dirinya sampai kepala. Gadis itu tidak lagi bersuara dan menutup matanya, berharap ia bisa melupakan kejadian menyakitkan itu.

Jisung, Felix, Umji, dan Yuju memandang Eunbi dengan tatapan menyalahkan, sementara Eunbi menunduk dengan raut bersalah.

***


Ilana terbangun ketika jam menunjukan pukul 7.45. Ya ampun, dia terlambat.

Gadis itu segera menyabet handuk yang menggantung di lemarinya lalu segera masuk ke kamar mandi. Sepuluh menit cukup untuknya mandi, memakai seragam, dan memasukkan buku-buku pelajaran hari ini.

Sambil memakai sepatu, di sela-sela ia melakukan itu, ia melirik jam tangannya.

"Jam 8 aku harus sudah sampai. Perjalanan dari sini ke sekolah adalah 10 menit kalau berjalan, sedangkan aku hanya punya 5 menit!" ujarnya gusar.

Ia kemudian menyelesaikan ikatan sepatunya lalu segera berlari keluar rumah. Ia terkejut melihat sepeda putihnya yang sudah terparkir di depan rumah. Ia tersenyum simpul, lalu melirik ke belakang. Terlihat Eunbi tersenyum dengan raut bersalah menatapnya. Ia mengangkat kedua sudut bibirnya.

Tanpa pikir panjang, gadis itu segera naik dan mulai mengayuh pedal sepeda menerjang angin. Ia merasakan laju sepedanya terasa semakin cepat, padahal ia hanya mengayuh sebisanya. Ia kembali tersenyum.

Pasti teman-temannya. Baguslah ia marah semalam, teman-temannya jadi mau mengeluarkan kekuatan mereka cuma-cuma.

Ilana pun sampai di sekolah tepat sesaat sebelum gerbang ditutup. Gadis itu menghela napas lega lalu berjalan cepat menuju kelasnya. Tentu saja diikuti teman-temannya.

***


TBC

VOMMENT JANGAN LUPA!

Yes, I Can See Them | Stray Kids Horror-fictionHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin