1. Belajar

133 8 0
                                    

Terkadang seseorang dengan masalalu yang paling kelam, mampu menciptakan masa depan yang paling cemerlang.

~Umar Bin Khatab~

****

Nadhifah Lailatul Izzah, biasa dipanggil Nadhifah. Dengan perawakan tubuh mungil, bibir tipis yang senantiasa mengembangkan senyuman serta segala tingkahnya yang selalu membuat siapapun takjub menjadikannya sosok yang disenangi banyak siswa-siswi dan para guru.

"Kak Daffa, aku mau jujur, tapi sebelumnya janji dulu." Nadhifah berbicara dengan pelan dan melembutkan setiap katanya.

Daffa yang sedang mencatat menghentikan kegiatannya sejenak, memandang wajah sahabatnya curiga. "Kamu gak buat aneh-aneh lagikan?"

"Kak Daffa, Kerjaannya sudzon mulu deh." Bibir Nadhifah maju beberapa centi tak terima dengan tuduhan Daffa, sahabatnya.

"Terus apa?" Daffa mencubit pipi gadis yang dihadapannya dengan gemas

"Gak boleh sentuh" Nadhifah menepis tangan Daffa, lelaki itu tertegun sejenak lantaran kaget dengan reaksi Nadhifah yang tak biasanya. "Kita bukan mahram! Kata pak ustadz, haram menyentuh yang bukan mahram dan lebih baik bagi kamu ditusuknya kepala dengan pasak besi daripada menyentuh yang bukan mahram."

"Apa?" Daffa kembali kaget mendengar tausiyah singkat Nadhifah

"Apa?" Nadhifah membeo

"Kepala kamu sepanjang perjalanan ke kelas aku gak kebentur apa-apakan? Maksud aku kepala kamu gak kenapa-napakan?" Daffa hendak kembali menyentuh gadis didepannya, tapi lagi-lagi dengan secepat kilat tangannya berhasil ditepis dengan kasar.

"Ihh, kan tadi udah bilang. Kita bukan mahram!"

Daffa tidak merespon, hanya mendengarkan ucapan Nadhifah yang menurutnya aneh karena tak seperti biasanya.

"Kak? Aku mau jujur tapi janji dulu." Nadhifah kembali ketopik semula, memandang wajah sahabatnya dengan serius. "Janji, kalau nanti turutin semua permintaan Aku?"

Daffa mengangguk patah patah, semakin bingung setelah menyadari penampilan Nadhifah yang juga tak seperti biasanya. "Mukena musholla mana yang dipakai Nadhifah? Ya Allah, semoga semua berakhir dengan damai dan indah." Batin Daffa sendu

"Kak Daffa sudah janji jadi gak boleh ingkar! Salah satu ciri orang munafiq adalah jika berjanji dia ingkar." Nadhifah tersenyum penuh kemenangan

"Iya, terus kamu mau bilang apa?" Tanya Daffa pensaran tanpa melepas pandangannya dari jilbab yang dikenakan oleh Nadhifah.

Nadhifah menimang kembali bagaimana cara mengutarakan beban pikirannya. "emm.. sebenarnya aku ikut pengajian islam di simpang Jl.K17" Nadhifah merogoh isi tasnya, mengeluarkan selembar kain hitam. "Aku juga kalau kajian pakai ini"

"Ini apa Fah?" Sorot mata Daffa menajam menatap secarik kain hitam yang kini ada dihadapannya. "Kajian apa? Kamu jangan aneh-aneh!."

Nafas Nadhifah tercekat, padahal Daffa sedang tidak membentak ataupun meninggi kan suaranya. "Ini cadar bandana." Tangan lentik Nadhifah dengan gesit memasukkan kembali cadar tersebut kedalam tas.

"Kenapa dimasukkan lagi?" Daffa menghela nafas sejenak merasa bersalah telah menbuat gadis didepannya ketakutan. "Coba ceritakan sedikit tentang kajian yang kamu maksud tadi" Pinta Daffa lembut, setidaknya dia harus mengetahui terlebih dahulu tentang kajian yang dimaksud oleh Nadhifah sebelum akhirnya memutuskan pilihan.

Kedua sudut bibir Nadhifah tertarik keatas membentuk sebuah lengkungan indah menampilkan lesung pipinya, Mata nya sedikit berair menahan haru. "Iya, aku akan cerita." Ucap Nadhifah senang, Nadhifah mulai memeras otaknya mencari kata kata yang tepat untuk mendeskripsikan kajian.

NADHIFAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang