Penjelasan

32 0 0
                                    

"Aku tahu kalian saling bergantung sama lain, sudah terbiasa sedari kecil dengan pribadi masing-masing. Tapi, Bisakah kamu menepi sejenak? Aku ingin mengenal calon istriku lebih jauh lagi."

-Abrar-
***

Daffa menghela nafas berat, "Sejak kapan anda mengenal Nadhifah?"

Abrar tersenyum simpul

Nadhifah memilin-milin ujung jilbabnya, canggung.

"Jika dilihat dari penampilan, anda jauh lebih dewasa dari kami berdua." Daffa menelisik dari ujung rambut Abrar sampai ujung kakinya.

"Iya, kamu benar" Abrar tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi, "saya mengenal Nadhifah sekitar 3 bulan yang lalu." Abrar melirik kearah Nadhifah "Kami tidak sengaja bertemu diteras mesjid, saat itu dia sedang asik berselfi ria sampai-sampai tak sadar jika didepannya ada selokan."

Nadhifah bingung, darimana Abrar tau cerita memalukan itu?

"Dia terjatuh lalu menangis, seragamnya kotor dan bau. Saya berusaha untuk tidak tertawa saat itu dan memanggil beberapa perempuan untuk menolong Nadhifah." Abrar diam sejanak "Kebetulan didalam mesjid akan diberlangsungkan kajian rutin setiap ba'da magrib tapi karena Nadhifah kajian diundur sampai ba'da isya."

"Lalu dari pertemuan itu, anda mulai suka Nadhifah?" Todong Daffa

Abrar menggeleng, "Tidak, saya bertemu kembali dengan Nadhifah dipersidangan. Saat itu Nadhifah meraung-raung memukul seseorang yang baru saya tahu adalah ayahnya." Abrar menghela nafas "Tangisnya lebih memilukan daripada saat jatuh diselokan. Tak berapa lama datang seorang wanita lalu menampar keras Nadhifah. Saudara tiri Nadhifah, hanya selisih 2 tahun."

Abrar menengadahkan kepalanya

"Setelah pulang dari persidangan, bayangan Nadhifah menghantui fikiran saya. Ucapan terima kasihnya, senyumnya, dan tingkah lakunya saat dimesjid. Berbanding terbalik dengan kenyataan." Abrar melirik Nadhifah "Luka yang tersenyum." Batin Abrar

"Akhirnya setelah istikharah dan melihat Nadhifah yang rajin bertholabul ilmi, serta aktif bertanya. Saya memutuskan melamarnya." Jelas Abrar

"Kak Abrar, satu kajian denganku?" Nadhifah akhirnya bersuara

Abrar mengangguk

"Tapi, saat kejadian memalukan itu aku tidak melihat Kak Abrar. Hanya ada beberapa wanita yang keluar dari mesjid lalu membantuku."

"Mungkin kamu tidak bisa melihatnya karena saya berdiri diantara tiang mesjid." Jelas Abrar

"Lalu, bagaimana bisa kakak meminta bantuan kepada para akhwat sedangkan kalian dipisah?" Tanya Nadhifah

"Salah satu diantara yang menolongmu adalah sepupuku, aku meminta bantuannya." Jelas Abrar lagi

"Lalu, maksud anda memberikan cadar kepada Nadhifah apa?" Daffa menyela

"Kami akan menikah. Aku hanya ingin kecantikan Nadhifah untukku saja."

Rahang Daffa mengeras, ada marah yang mencuat didalam dada. "Itu adalah alasan yang klasik! Bagaimana bisa saya mempercayai itu?! Bisa jadi anda ingin menjebak Nadhifah! Bukankah sekarang sedang gencar-gencarnya bom bunuh diri dengan alasan jihad? Dan semua pelakunya..." Daffa menatap Abrar "Berjenggot, bercelana cingkrang dan bercadar? Saya tidak bisa mempercayai anda!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NADHIFAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang