Sial! sial! sial!
Jarum menunjukkan pukul tujuh tepat ketika aku baru saja membuka mata, hari ini sidang skripsi akan diakan pukul tujuh lewat tigapuluh menit yang mana aku hanya memiliki waktu 20 menit untuk bersiap siap dan 10 menit untuk sekedar perjalanan.
Setelah membasuh tubuh secepat yang kubisa, kemeja kotak kotak dan celana kain adalah pilihan yang tepat untuk hari sepenting ini. Semua ini tidak akan terjadi jika kemarin aku menuruti Sarah untuk menemui Profesor Andrew dan mengurusi segala permasalahan mengenai penelitianku.
"Mah Demy berangkat." Teriakku sambil buru buru menuruni tangga demi tangga, dari arah dapur seorang wanita cantik yang telah dimakan usia itu muncul.
Senyum hangat itu menyapaku seketika, "Sarapan?" Tawarnya sambil menunjuk potongan roti yang tampak menggiurkan diatas piring bewarna putih itu.
"Demy sudah telat, hari ini adalah sidang mama." Ibu menatapku dengan raut wajah yang kelewat senang. Tentu berbahagialah anakmu akan lulus ma.
"Benarkah? anak mama satu satunya ini akan lulus?" iapun mendekapku dengan cukup erat, "Kalau begitu pulanglah cepat hari ini kemudian kita akan merayakanya."
"Bukankah seharusnya mama pergi bekerja?"
"Mama akan mengambil libur sehari untuk merayakanya bersama putri kecilku."
Ucapan Mama seketika membuat senyumku melebar, setidaknya kini aku memiliki kepercayaan diri untuk menghadapi seperti apa kedepanya. "Kalau begitu tunggu aku pulang ma."
.
.
.
Aku tahu ini bukanlah saatnya untuk mengeluh tapi sejauh apapun aku berlari di trotoar waktu telah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh lima menit, ini benar benar mustahil. Ponsel yang berada di saku celana milkkupun bergetar terus menerus sepanjang perjalanan, geez! aku bahkan tidak memiliki waktu untuk hanya sekedar mengangkatnya.
Pada akhirnya aku telah berada di dalam MRT yang kini tengah melaju kencang dan membawaku ketempat tujuan. Baiklah Dementieva bernafaslah! semua akan baik baik saja oke.
Peluh mulai membasahi dahi serta punggungku ditambah saat ini tiba tiba saja perutku terasa melilit, oh benar benar hari yang sempurna.
TING!
Pintu kereta terbuka secara otomatis pada stasiun yang akan kuturuni, oke tidak peduli sekarang pukul berapa setidaknya kamu telah berusaha Dementieva. Hanya tinggal menyebrang dan aku akan sampai di gedung utama kampus.
Kini aku benar benar berlari segila mungkin, tidak memedulikan tatapan orang orang sekitar. Getaran ponsel kembali terasa, terpaksa aku mengangkatnya karena itu benar benar menggangguku.
"Ya?!"
"Dementieva diamana kau!" Aku menjauhkan ponselku dari telinga ketika mendengar pertanyaan Sarah yang seperti teriakan itu.
"Diamlah, aku sudah sampai." Ucapku sambil menoleh kekanan dan kekiri untuk menyebrang.
Sarah terdiam beberapa detik seakan ia ragu untuk mengucapkan kalimatnya, "Demy, Profesor Andrew tidak bermain main dengan ucapanya."
"Apa maksutmu."
"Sudah kukatakan berkali kali padamu Demy jangan meremehkan pria tua itu, terlebih kau belom juga tiba-"
"Aku hanya terlambat 10 menit Sar!" Ucapku menyela ucapanya.
"Bahkan satu menitpun tidak diizinkan untuk masuk Demy! Profesor Andrew telah mencoret namamu dan dia terlihat sangat kecewa." Langkahku seketika terhenti mendengar teriakan Sarah, gadis itu dia benar benar marah padaku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress Choice's
Fantasy'Only one can take the emperor heart' Aku hanyalah seorang mahasiswi tingkat akhir biasa, keseharianku benar benar membosankan. Namun semua itu berubah ketika aku secara tidak sengaja tertabrak truk yang sedang melaju begitu kencang tepat di hari uj...