Part Lima - Selisih Sangka

566 62 16
                                    

Hai bunga
Indahmu buatku bangga
Pesonamu tak sebatas raga
Selalu ingin kujaga
Oh bunga, kau buatku terus terjaga

-Diari Biru-

*********

Sore itu Bandung gerimis, dan disinilah Nina kini berada, didepan pintu berwarna hitam pekat dengan nomor 36 K. Setelah tadi sepanjang harinya sudah penuh dengan emosi, disinilah Nina berharap semua akan baik saja.

Pintu itu terbuka, sebuah senyuman yang sudah lama tidak Nina dapatkan menyambutnya. Ingin rasanya Nina berlari dan menyambut senyum itu, namun karena ragu Nina mengurungkannya, dia segera memasuki apartemen itu sembari membalas senyuman Prabu yang lama tidak dia lihat itu dengan senyumnya.

Ternyata tidak hanya senyuman itu yang membuat Nina terkejut sore itu. Dimeja makan Prabu sudah menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Prabu membuat aglio olio yang merupakan salah satu favorite Nina. Kali ini Nina tidak bisa menahan buncahan perasaannya lagi. Dia segera menepis jarak diantara dirinya dan Prabu.

Prabu menyambut pelukan itu dengan tawa kecilnya, lengkap sudah kejutan untuk Nina, Prabu dan tawanya adalah langka, dan Nina suka.

"Sorry ya By, aku sering jadi orang nyebelin" bisik Prabu.

Nina hanya mengangguk dipelukan Prabu.

"Kamu tau kan aku ga bisa tanpa kamu, aku yakin kita akan bisa terus jaga janji kita by" Prabu mencium puncak kepala Nina, mendengar pernyataan terakhir Prabu, sedesir rasa yang tidak sehangat perasaan tadi hadir. Membuat Nina akhirnya memutuskan pelukan itu, dan keduanya pun makan malam berasama.

Malam itu adalah malam yang mahal bagi Nina, banyak hal yang tidak biasa terjadi dan malam ini itu terjadi. Nina seperti tidak ingin beranjak pergi, biar saja malam ini sedikit lebih lama untuknya.

****

Terdengar beberapa kali ketukan di pintu depan, membuat Nina yang tadinya akan tidur lagi mau tidak mau meninggalkan kasurnya. Dengan rambut yang dicepol seadanya dan masih dengan baju tidur bermotif disney tsumtsum Nina melangkah malas-malasan.

"Biru" kalimat yang muncul begitu Nina membuka pintunya.

"Laper gw Na" ucapnya lemas, Nina buru-buru membuka pintunya lebar dan menyuruh Biru masuk. Diam-diam Nina tersenyum saat berjalan dibelakang Biru, Nina lupa bahwa Biru memang tak akan pernah bisa lama menjauhi atau menghilang darinya.

"Maunya dimasakin apa Semesta Biru?" Goda Nina dengan manjanya, membuat Biru yang tadinya bermuka datar, tersenyum dan meraupkan tangannya di wajah Nina.

"Ga usah sok baik, ga mempan"

Nina tertawa, ada kelegaan bahwa semuanya baik-baik saja. Dia segera mengambil celemek dan mulai membuat menu sarapan dipagi buta.

Keduanya kemudian menyantap sarapan berupa nasi mentega dan omellet dan menonton vidio lucu tentang kucing dan anjing. Pagi yang hangat di apartemen Nina, keduanya membagi tawa dan canda berdua, seolah-olah menebus beberapa hari yang mereka lewati dengan kebekuan.

***

Perjalanan keJakarta kali ini ditemani hujan yang begitu deras. Hujan di luar mobil tidak mempengaruhi atmosfir hangat yang ada di dalam mobil Biru, disana hanya ada kata hangat.

Nina menyelimuti dirinya dengan selimut tipis yang memang selalu ada di mobil Biru, dia memasang play list kesukaannya, dan sedari tadi sudah asyik bernyanyi dengan suaranya yang enak didengar. Biru disebelahnya hanya diam menikmati sambil kadang kala ikut bersenandung. Selera musik mereka sebenarnya berbeda, Nina selera lagunya pop dan agak jadul, sementara Biru, dia favoritenya lagu-lagu yang sedikit ngerock. Tapi karena sering bersama, apalah jadinya Biru jika dia jadi mulai nyaman mendengarkan lagu-lagu pop selera Nina.

"Oma sama tante Shiela suka makanan apa?" Begitu keluar tol Jakarta Biru bertanya pada Nina yang kini sibuk main game di handphonenya, game menyusun permen.

"Hmm" Nina menaruh jarinya di pelipisnya seolah berpikir. "Seafood suka, steak juga suka, spagetti juga oke, ooh makanan jepang suka banget tu"

"Itu mah kedoyanan kamu smua" Biru meraup muka Nina, sadar bahwa cewek itu malah asyik menyebutkan makanan kesukaannya.

Nina hanya nyengir.

"Itu aja sop ayam pak min, oma bisa abis dua mangkok"

"Oke. Kalo Nina habis berapa mangkok?" Goda Biru.

"Haha hmm ya sama lah ama Oma, kan anak berbakti"

"Otak kamu kan mostly isinya makanan" goda Biru.

***

"Waaah Oma kesenenengan nih" goda Nisa pada Oma Ellia yang tampak berbinar melihat oleh-oleh yang dibawa Biru dan Nina.

"Makasih ya Biru, Oma nostalgia kalo makan sop ini. Dulu Opanya Nina ngajak kencan disana" Oma Ellia sambil mengenang masa-masa mudanya dulu di Jogja.

Biru menjawab dengan senyumnya. "Oma, Nina kan juga ikut beliin kok Biru doang yang di puji" Nina merengek, si bungsu itu memang selalu begitu dengn Omanya.

"Oiya Oma lupa, makasih ya pacarnya Biru yang udah mau temenin Biru beli makanan kesukaan Oma" goda Oma Ellia, Nina awalnya tersenyum akhirnya manyun karena tetap saja Biru yang mendapatkan pujian dari Omanya.

Mama dan Oma Nina sepertinya begitu menerima Biru dengan baik, Nina antara seneng tapi juga gelisah. Karena Biru hanyalah bayangan, bukan pacar Nina yang sebenarnya. Nina tidak tahu kedepannya akan ada konsekuensi apa dari tindakannya itu.

Selepas makan merekapun berkumpul di halaman belakang rumah. Mama Sheila dan Biru jadi bertanding pingpong bersama. Nina, Nisa, dan Oma menunggu mereka di pinggir kolam renang.

"Nisa Nina, Oma tidak keberatan dengan Noval dan Biru. Kalo bisa harus sering diajak kesini ya. Biar makin awet hubungan kalian" tiba-tiba Oma Ellia memulai pembicaraan yang tidak diperkirakan oleh Nisa dan Nisa.

Nisa meremas sedikit tangan Nina yang ada didekatnya. Nisa tahu semua tentang Biru. Nisa diam karena Nisa adalah tim Biru, Nisa seperti Oma dan Mamanya, sudah nyaman dengan Biru. Terlebih Nisa sudah menenal Biru terlebih dahulu, karena dia  lah yang dulu sering mengantar Nina, tapi memang tak pernah sampai rumah mereka.

Nina mengambil handphonenya yang bergetar, ada nama Teh Shinanisa disana.

From: Teh Shinanisa
Dek, gimana sama Prabu? Oma sudah suka sama Biru tuh

Nina memandang ponselnya dengan tatapan pasrah. Nina sendiri juga jika ditanya tak akan bisa menjawabnya. Nina hanya memikirkan dirinya, Nina kembali teringat perkataan Biru, kemarahan Biru soal kebohongan ini.

Dan saat ini Nina malah membawa Biru terjun lebih jauh. Semakin dalam pada pekatnya kebohongan demi kebahagiaan yang bisa jadi semu ini, atau demi kenyamanan yang Nina ingini.

***

Holaaaa..

Hayoloo pada kepo ga sama Nina Prabu??

Ada juga ga nih yg ngeship Nina Biru??

Ditunggu vomentnya ya genk.

Selamat malam.
Love love.

Selaksa RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang