16

11 3 0
                                    

...

Sepuluh menit berlalu setelah keduanya keluar dari pintu teater dua. Baik Elmar mau pun Rawnie masih diam meskipun beberapa kali lengan mereka bersentuhan tak sengaja, keduanya masih diam sampai akhirnya Elmar mengatakan ingin pergi makan sushi.

Rawnie manut, menurut saja dan mengekor dibelakang Elmar. Diam-diam ia menutupi wajahnya yang kian memanas begitu tatapannya bertubrukan dengan manik hitam Elmar, dan pikirannya kembali diingatkan dengan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu saat ia dan Elmar masih duduk diam menonton film.

"Gue mau ke toilet dulu, lo cari meja ya?" Tanya Elmar meminta izin.

Rawnie mengangguk dan tanpa mengatakan apapun Rawnie segera berlalu ke meja pertama yang ia lihat.

Suasana rumah makan sushi tidak begitu ramai, hanya beberapa orang yang masuk memenuhi beberapa meja, mungkin karna hari ini bukan weekend jadi tidak banyak pengunjung yang datang.

"Udah pesan?" Tanya Elmar seraya mendudukan dirinya dikursi yang ada disebrang kursi Rawnie.

Rawnie mengangguk. "Hm, lo suka semua jenis sushi, kan?"

"Suka." Jawab Elmar singkat. Merundukan kepalanya untuk mengecek ponsel yang tidak ia cek semenjak Elmar pergi bersama Rawnie.

Ada banyak pesan dan panggilan telepon dari Tiara. Elmar melewatinya tanpa berniat untuk membaca pesan apa lagi untuk membalasnya. Elmar membuka grup chat yang berisikan; Dirinya, Ragnar, Elsalsa dan Delano. Grup chat yang tidak memiliki faedah sama sekali tapi entah kenapa penggalan pesan yang ditulis oleh Ragnar membuat Elmar penasaran dan akhirnya membuka grup chat itu.

Ragnar: Elmar absen hari ini tapi dia enggak ada di rumah, kemana?

Delano: Biasalah! Cari cwe baru yg lebih bohay

Elsalsa: Biasanya Elmar kalo kabur sama dia, kan? Coba tanya Tiara.

Ragnar: Gue nyariin Elmar karna sekarang cwenya udah hangover, tepar dia padahal masih sore.

Delano: Kalo lo boring sama Tiara, bilang ya. Delano tidak akan gengsi untuk menampung bekasan teman. HHH

Elmar menscroll kebawah karna ia yakin pesan-pesan lainnya hanya berisikan kesampahan seorang Delano yang tidak bisa di daur ulang, sudah terlalu rusak hingga tak bisa mendapat pertolong. Cih, Elmar hampir melupakan dirinya yang sama saja seperti Delano.

Ragnar: Gue gak tanggung jawab kalo akhirnya Tiara main sama cwo lain ya, ELMAR!!

Ragnar: Gue disini bukan buat jagain Tiara, YA!!

Ragnar: au ah! Mau cari tante tajir!

Elmar mengumpat. Rahangnya mengetat membaca tiga pesan terakhir dari Ragnar. Ia lalu berdiri membuat kaget perempuan yang duduk didepannya.

Rawnie mendongak menatap Elmar yang berdiri. "Kenapa?"

"Sori, tiba-tiba gue ada urusan." Jawab Elmar.

"Oh, kalo gitu gue minta dibungkus aja ya sushinya?" Ujar Rawnie, ia berdiri dan siap berlalu untuk meminta membungkus pesanannya dan Elmar agar dibungkus pada pelayan.

Namun sebuah tangan menahan lengan gadis itu. Elmar menggeleng, membuat Rawnie terdiam.

"Gak usah. Lo makan atau bawa aja semua sushinya." Ujar Elmar.

Elmar berdeham dan memperlihatkan gelagat tak enak. "Lo bisa pulang sendiri, kan?"

Rawnie menggigit bibirnya, melepaskan lengannya dari cekalan Elmar. Lalu menjawab dengan suara seraknya. "Hn. Kayanya urusan lo penting banget," Rawnie menjeda beberapa detik lalu mengulas senyumnya, lebar. "Gue bisa pulang sendiri, nanti--"

"Bagus!" Potong Elmar lalu mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang pada Rawnie. "Gue pergi. Daah!" Pamit Elmar tanpa menunggu jawaban Rawnie dengan benar dan langsung berlalu pergi meninggalkan gadis itu yang berdiri mematung.

Rawnie tertegun, ia mematung. Baru beberapa jam yang lalu Rawnie dibuat terbang lalu ia dijatuhkan--ah, ditinggalkan begitu saja.

"Gue kirim sushinya ke rumah lo." Gumam Rawnie, lirih melanjutkan kalimatnya yang belum sempat terselesaikan.

Rawnie kembali menjatuhkan tubuh kakunya diatas kursi. Tingkah dan perlakuan Elmar hari ini membuat Rawnie hampir menerjun bebaskan perasaannya pada makhluk fatamorgana seperti Elmar. Hampir, hampir saja. Tapi meski begitu kenapa rasa yang diterima oleh dadanya begitu sesak ... padahal Rawnie belum benar-benar yakin pada Elmar.

Tanpa terasa kaca tipis dikedua mata Rawnie meleleh.

***

Sudah tak terhitung berapa kali jarinya menari-nari di tuts yang sama. Menekan-nekan lembut tombol putih dan hitam itu dengan senyum sendu.

| Si • Mi • Mi | Do • La • Do | Sol • Re • Do • Mi • Si |

Nada yang selamanya tidak akan ada dalam buku note manapun karna dia sendirilah yang menciptkan nada pendek yang terdengar aneh namun ia menyukainya karna tersemat doa yang selalu ia rapalkan setiap kali ia memainkan nada itu.

Suara derit pintu yang terbuka membuat dia mengangkat wajah dan mengalihkan perhatiannya untuk menatap siapa yang datang.

"Dokter sudah dibawah."

Dia mengangguk dan dengan berat hati bangkit dari duduknya lalu berlalu keluar mengikuti perempuan yang tadi menganggunya.

***

"... maksud gue, gue tuh nggak bisa egois Ra, lo pahamkan? Ini bukan hanya tentang gue dan Arsen tapi--"

"Rara!"

Sebuah suara yang familiar ditelinga kedua gadis itu, membuat mereka menoleh ke sumber suara.

Elmar berjalan mendekat dan berdiri disisi meja Rawnie. "Kenapa lo gak bales pesan gue? Gue pikir lo--"

"Oh, gue lumayan pinter nginget jalan pulang." Potong Rawnie. Gadis itu tersenyum, memamerkan deretan giginya.

Elmar menghela napas berat. Entah kenapa ia merasa tersindir dengan kalimat yang diucapkan oleh Rawnie. "Maksud gue--"

"Gue gak papa kok!"

Elmar berdecak keras. Ini masih pagi untuk memulai sebuah perdebatan yang panjang dengan Rawnie dan Elmar tidak memiliki tenaga untuk itu. Kemudian sebuah senyuman terulas oleh bibir Elmar.

"Baguslah, kemarin gue khawatir banget, gue pikir lo kenapa-napa." Ujar Elmar seraya mengusap rambut Rawnie lembut.

Rawnie tercenung mendengar kalimat yang diucapkan oleh Elmar namun mulutnya malah memberontak ingin mengumpat kasar pada pemuda itu, untungnya masih bisa ia tahan.

"Besok jangan pergi bareng Louise, biar gue yang jemput elo."

Elmar berlalu setelah mengatakan kalimat yang sukses membuat Rawnie merasakan sesuatu yang aneh, sebuah getaran tak biasa itu datang lagi, seperti yang ia rasakan saat dalam bioskop. Dan pipinya terasa panas dengan rasa geli yang kini menggelitik isi perutnya.

Singkatnya, Rawnie ambyar!

***

Evanescent ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang