𝒮𝒸𝑒𝓃𝑒𝓇𝓎 𝒷𝓎 𝒯𝒶𝑒𝒽𝓎𝓊𝓃𝑔

2K 130 8
                                    

hers.

"Aku bisa sulap."

Kamu menaikkan kedua alismu saat menatapku, seakan tidak percaya. "Beneran, lho. Aku bisa sulap." Aku meyakininya.

"Contohnya?" kamu bertanya. Sedangkan aku tersenyum. Salah satu hal yang membuat aku suka pada kamu adalah itu. Membuat apapun yang aku bicarakan atau aku lakukan jadi terkesan penting buat kamu. Dan kamu akan mengamatinya dengan sebaik-baiknya seolah tidak boleh ada yang terlewat sedikitpun.

"Aku bisa mengubah benda mati jadi hidup!" jawabku, masih dengan senyuman.

Kulihat, dahimu mulai berkerut bingung. Mungkin sedang menerka-nerka lelucon apa yang sedang kubuat kali ini.

Aku memotret langit yang cerah hari ini. Awan putih menggumpal sehingga membuat langit biru muda tidak merasa kosong. "Nih, sudah kukirim ke kamu. Nanti dicetak ya. Lalu kamu pajang. Nanti dia berubah jadi hidup. Tapi butuh agak lama. Kurang lebih setahun," ujarku. "Eh? Tapi itu tergantung cara kamu menghidupkannya kok. Mungkin bisa dalam waktu dekat."

Senyumku mengembang kala melihat raut bingung dari wajahmu, tapi seolah meyakini aku untuk percaya pada ucapanku, kamu mengangguk pelan.

"Nanti aku buatkan lebih banyak. Aku punya banyak cara buat menghidupkan benda mati lho!" ucapku lagi. "Tapi lain kali aja aku kasih taunya."

Kamu tersenyum sambil mengangguk. Aku juga ikut tersenyum sambil menatap mata kamu yang menyipit.

Taehyung, semoga kamu bisa menghidupkan benda mati jika aku sudah tidak lagi bisa hidup dengan kamu.

—————•••—————

his.

Aku lagi-lagi menatap cetakan foto-foto yang terpajang di dinding kamar. Helaan napas terdengar dari mulutku. Dan lagi-lagi, aku kembali merindukan kamu.

Susah tanpa kamu di sini. Aku tidak terbiasa. Masih belum terbiasa dengan ketidakhadiran kamu. Aku harus membuat benda mati jadi hidup dulu untuk membuat kamu ada.

Tidak ada lagi kamu yang selalu tiba-tiba memotret hal-hal yang kamu anggap menarik. Pernah suatu kali saat kita sedang berjalan kaki sepulangnya dari kantor lalu menunggu lampu hijau menjadi merah untuk menyebrang, kamu mengeluarkan ponsel kamu untuk memotret jalan raya.

Aku tanya, "Motret apa?"

"Jalan raya," jawabmu.

"Kenapa dipotret?"

Kamu tersenyum. "Soalnya ada kamunya."

Aku jelas bingung dengan jawaban kamu. Yang dipotret kan, jalanan, akunya ada di samping kamu, tidak masuk ke dalam jepretan. Lantas di mana ada akunya?

"Nanti kapan-kapan, kamu liat lagi aja fotonya. Pasti ada kamu di situ. Atau kalau kamu mampu liatnya lebih jauh, pasti ada aku." Kamu menjelaskan.

Dan benar saja. Saat aku kembali melihat foto jalan raya ini, aku melihat kita sedang menunggu lampu merah. Aku melihat kita dalam bayangan yang aku buat. Aku mampu.

Akupun mampu menghidupkan benda mati menjadi hidup. Kalung yang tergantung di paku itu menjadi hidup. Karena aku ingat betul bagaimana senyum kamu mengembang saat melihat kalung yang aku bawa untuk kamu.

Untuk menjadi hidup ternyata hanya membutuhkan sebuah cerita.

Aku mulai menghidupi benda-benda mati ketika aku sedang merindukan kamu. Kadang aku menangis, kadang aku tersenyum. Atau bahkan, terkadang aku ingin marah.

Tapi kita akan tetap terus hidup kan? Karena kita punya cerita, walaupun tidak berkelanjutan, tapi aku bisa mengulangnya kembali dalam ingatanku.

Gara-gara kamu, aku jadi suka memotret. Tapi sayangnya, hasil potret kamu pasti akan berwarna. Sedangkan aku, hitam-putih. Itu karena apa yang aku potret tidak memiliki cerita. Tidak ada kamu di dalamnya.

Because, baby, the best scenery is still you.

k o n s t e l a s iWhere stories live. Discover now