2. I Didn't Lose

1.6K 150 59
                                    

"Saya tidak akan menunduk, nanti mahkota saya jatuh."

Andara sudah menghabiskan sebungkus keripik sejak duduk lima belas menit yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Andara sudah menghabiskan sebungkus keripik sejak duduk lima belas menit yang lalu. Hari terasa berjalan lambat dan dia kebosanan. Padahal dia sudah siaran selama dua jam dari jam lima sampai jam tujuh malam.

Suasana sekitar stasiun radio Best FM sepi, hanya ada dua penyiar prime time yang bertugas dari jam tujuh sampai sembilan malam di studio. Penyiar lainnya sudah pulang, anak-anak Best EO -lini lain dari anak perusahaan Best FM yang berlokasi di tempat yang sama juga sudah berpulangan.

Andara bersandar di pagar lantai dua, di luar pintu studio, memandangi taman yang dapat dilihatnya dari atas. Plastik bungkus keripik diremasnya dan dibuang ke dalam tong sampah. Dia berharap kekesalan yang ada juga ikut terbuang tetapi apa daya, rasa itu seperti duri dalam daging. Menusuk dan melukai hatinya diam-diam.

Dari pagi tadi, Andara belum melihat Natha, teman serumah dan juga sesama penyiar di Best FM. Hari ini, jadwal Natha siaran dari jam dua sampai jam empat sore, tepat saat Andara menjalankan misinya. Dan ketika Andara diantar Kin ke Best FM, Natha tidak terlihat. Sudah dijemput Putra mungkin.

Seringaian Andara kembali ketika teringat peristiwa penyiraman di parkiran mal. Kira-kira apa ya yang bisa dia bikin lagi agar permainan semakin menarik?

Ponsel abu-abu yang sedang diisi daya berbunyi, Andara meraih dengan sebelah tangan. Rupanya Natha seperti mendapat panggilan jiwa dari jauh, cewek itu lebih dahulu menghubunginya.

"Halo," jawab Andara, "masih di Best. Di mana lo?"

"Di Starbucks Diponegoro sama Kin!" Suara Natha terdengar ceria. Cewek blasteran Jerman itu memang memiliki kelebihan energi dari setiap suku katanya.

Begitu mendengar kalau Natha sedang bersama Kin, seketika Andara berdengkus. Dia tahu Putra, pacarnya Natha, sering kali cemburu dengan Kin meski dijelaskan ratusan kali oleh Natha kalau mereka hanya bersahabat. "Tumben santai gitu ngomong lagi sama Kin. Nggak takut Putra marah?" ejeknya.

"Bodo amat! Emang gue pikirin?" Tawa Natha kembali terdengar. Tawa yang membuat Andara malah menaikkan sebelah bibir, menyungging sarkas. Kalau Natha sudah berkata seperti itu berarti cewek itu sedang bermasalah dengan Putra. "Sini buruan! Tinggal koprol sedikit aja."

Andara kembali berdengkus. "Starbucks Diponegoro itu ada seratus meter, ya, nyet! Itu bukan koprol sedikit. Maraton gue, maraton!"

"Idih, lebay. Buruan ke sini. Siapa tahu di jalan lo ketemu jodoh dari tetangga Best, lumayan juga."

Tawa Natha kembali nyaring, Andara hanya mengiakan dan mengakhiri panggilan. Dia meraih totebag dan memakai boots-nya, berjalan menyusuri jalanan besar nan sepi.

Kantor stasiun radio Best FM memang menyatu dengan rumah pemiliknya. Kantor Best FM juga Best EO berada di paviliun sebelah rumah dan ketiga studio Best FM ada di lantai dua. Rumah sang pemilik sendiri merupakan bangunan tua nan lama tetapi tetap terjaga. Seperti kata Natha, rumah-rumah yang berada di sekitar Best adalah rumah-rumah elite. Meskipun rumah lain sudah berubah bentuk, tidak bergaya lama lagi. Rumah-rumah sekitar sudah berubah menjadi bangunan besar dan tinggi, berlomba-lomba berbagai macam gaya. Ada yang bergaya Amerika, ada yang memoles rumahnya dengan gaya Eropa klasik atau juga gaya Skandinavia yang sedang hits.

PEMBALASAN ANDARA [Moving]Where stories live. Discover now