Halaman Ketujuh

2.1K 171 19
                                    

Sparring basket kemarin tim kami kalah. Di tengah pertandingan nggak tau apa sebabnya Arjuna berhenti. Dia banting bola ke lantai dengan emosi sampe bunyi bedebam gitu, lalu pergi ninggalin pertandingan. Semua orang kaget dan heran. Suasana lapangan yang semula bising tentang jalannya pertandingan, berubah bisik-bisik dari mulut-mulut orang yang ada di sana. Mereka bertanya-tanya ada apa? Dia kenapa? Whyyyy?

Arjuna sempat ngelempar tatapannya ke aku. Sorot matanya kayak terluka. Aku rasa dia cemburu. Dia pasti cemburu ama kak Maeda, aku yakin itu.

Pas kami sampe di sekolah kak Maeda, cowok itu nyamperin aku, nyapa aku akrab kayak biasa sambil ngerangkul aku. Nggak jauh dari kami, Arjuna sesekali ngeliatin aku dan kak Maeda. Dia pasti nggak nyangka bakalan tanding sama cowok yang kemarin diliatnya di parkiran mall bareng aku.

"Juna, kamu kenapa, sih?" aku nanya setelah berhasil ngejer dia dan mau ngajak dia kembali nerusin pertandingan. Cos, aku nggak yakin Junaidi dan yang lain bisa menang tanpa Arjuna.

"Kapten basket sekolah loe sebenernya siapa, hah?!" dia meradang dengan suara gede. Aku ngerjap-ngerjap polos, seperti nggak tau apa-apa.

"Yaaa, kamu ...," telunjuk aku nunjuk dia. "Memangnya ada yang lain selain kamu?"

"Yang loe semangatin di lapangan tadi siapa?" tanyanya masih marah.

Membelakangi aku, dia ngerogoh travel sport bagnya ngambil kaus. Dia ngelepas jerseynya yang cukup basah itu dan mempertontonkan punggung lebarnya kepada aku. Ya ampun.

Jujur aja aku seneng dicemburuin gini. Kayak ada something in my heart gitu yang bikin dada aku ngembang bahagia penuh bunga-bunga. Aku senyum-senyum dikulum di belakang dia.

"Kak Maeda. Emangnya kenapa?"

"Loe nanya kenapa?" Arjuna berbalik ngadep aku. Aku bisa liat tatap nanar di matanya, "Loe masih nanya kenapa?" ulangnya, dan aku terpegun. Kulit tubuhnya yang eksotik itu ngebuat dada aku hangat dan untuk beberapa detik aku kehilangan oksigen. "gue tanding bawa nama sekolah, Sat. Loe bukannya nyemangatin gue, loe malah nyemangatin cowok itu!!!" jari telunjuknya nodong ke luar pintu. Iya, aku tau maksud dari cowok itu tuh kak Maeda. Tuh kan, jelas banget dia cemburu, hihi.

"Loe paham nggak, sih?"

"Paham? Paham tentang apa?"

Arjuna belum ngejawab, dia menjeda dengan memakai kaus di hadapan aku. Ya ampun, bulu-bulu halus di bawah pusarnya itu selalu berhasil buat aku tergoda untuk merhatiin. Tapi, kali itu aku bener-bener harus nahan pandangan.

"Loe paham nggak gue cemburu?!"

Deg!

Padahal aku paham, tapi denger pengakuan itu darinya langsung rasanya kayak pipi aku baru aja dijilat Abang Jungkook penuh gairah. Kyaaaa, seneng bingits tauk.

"Cemburu?" aku ngernyit pura-pura aja nggak ngerti. "Kenapa kamu mesti cemburu? Emangnya kamu pacar aku? Aneh."

"Udahlah, jangan sok begok. Loe tau kan gue suka sama loe!"

Jantung aku terhentak, aku terdiam. Pikiran aku flashback ke beberapa hari lalu, hari di saat aku dan Kiki ngebahas hal itu. Astaga, jangan-jangan Arjuna diam-diam denger apa yang kami bicarain di koridor kelas.

"Gue denger semuanya, Sat." Serius dia denger, oh my god. "gue denger yang diomongin kiki ke loe. Kiki nyuruh loe ngejauhin gue, kan? Dan loe segampang itu setuju."

"A-aku ngelakuin itu demi pertemanan kami, kok."

"Tapi loe nggak mikirin perasaan gue, Sat!" Arjuna mukul-mukul dadanya.

KSATRIA (CERBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang