16 [Rahasia dari Angga]

18.9K 1.1K 28
                                    

Hiatus sampe ada kuota :')

Nami menghempaskan tubuhnya ke atas tempat
tidur, helaan napas panjang meluncur mulus dari mulutnya. Mata bulat itu menatap langit-langit dengan perasaan gamang, teringat kejadian saat sarapan tadi yang sungguh membuatnya gundah gulana.

Nami merutuki dirinya sendiri, apa ia berbuat salah kali ini? Seharusnya ia tidak lancang seperti tadi. Padahal hubungan mereka sudah membaik, namun sepertinya ia mengacaukan lagi semuanya. Fahmi pergi dengan wajah terlihat risi mendengar pertanyaan Nami.

Tapi, ia merasa tidak sepenuhnya salah. Ia ingat sekali dengan gantungan kunci tersebut. Gantungan itu adalah gantungan kaca berbentuk kepala panda, gantungan yang dulu pernah Nami berikan pada Fahmi.

Saat itu, berita Fahmi memenangkan lomba cerdas cermat antar SD membuat semua orang yang ada di rumah bangga, termasuk Ayah Jafar juga Namira.
Nami kecil yang masih duduk di bangku kelas dua SD melihat Ayah dan Mama memberikan kado sebuah sepeda pada sang Kakak, merasa ia pun seharusnya memberikan sesuatu untuk Fahmi.

Nami kecil menyusuri rute jalan menuju rumahnya, di kantong rok sekolahnya hanya ada uang tiga ribu rupiah saja, apa kira-kira yang bisa ia berikan untuk Fahmi dengan uang tersebut?

Sampailah ia di depan toko pernak-pernik. Toko yang sering sekali ia kunjungi bersama Kakak perempuannya untuk membeli aksesoris. Kaki kecil gadis itu masuk begitu saja ke dalam toko tersebut. Mata bulatnya menyusuri semua tempat di sana.

Dan matanya langsung tertuju pada sebuah gantungan kunci berbentuk kepala panda dengan lingkaran hitam di sekitar matanya. Melihat itu, Nami jadi teringat Fahmi. Dahulu, bocah itu masih memakai kacamata bulat dengan gigi yang dikawat. Karena paparan sinar matahari, membuat sekitar mata Fahmi menjadi menghitam, persis seperti panda pada gantungan kunci tersebut.

Nami kecil tersenyum semringah. Ia akan memberikan itu saja pada Fahmi. Dengan harga dua ribu rupiah, gadis itu bisa membawa pulang gantungan kuncil tersebut, yang langsung diberikannya sesampainya di rumah, sambil berkata "Ini mirip sama Abang." Lalu gadis itu nyengir memamerkan deret giginya yang ompong satu.

Nami memejamkan matanya, ingatan yang hampir ia lupakan itu selesai ia putar kembali. Walau tidak sepenuhnya ingat, namun Nami masih sadar kalau ialah yang memberikan gantungan kunci itu.
Lalu apakah salah menanyakan kunci tersebut kepada Fahmi? Kenapa pula pria itu masih saja menyimpan gantungan kunci tua yang sudah lusuh itu sampai sekarang?

Gadis itu menghela napas. Sekarang, akan bagaimana hubungan ini berlanjut? Terlalu banyak teka-teki yang tidak ia pahami tentang sosok Fahmi. Padahal saat masih SMA, pria itu bukanlah seorang yang cuek dan pendiam seperti sekarang. Sebisa mungkin untuk selalu ikut bergaul dengan yang lain. Supel, dan menyenangkan. Lalu kenapa sekarang malah dingin dan mudah sekali emosi?

Dering ponselnya membuat pikiran gadis itu teralih sejenak. Nami meraba sekitarnya, nada tanda pesan masuk terus berdering, ia mendengus kesal. Ini pasti ulah grup alumninya. Ia lupa kalau ini sudah satu minggu, waktu yang Nami pilih untuk memode senyapkan grup yang akhir-akhir ini sering membuat notif ponselnya jebol.

Nami membuka aplikasi perpesanan, menatap angka pada satu grup paling atas yang semakin banyak. Apa yang sebenarnya mereka bahas dalam grup tersebut? Sampai-sampai heboh seperti ini.
Baru hendak memode bisukan kembali grup itu, namun satu chat terakhir di sana membuatnya penasaran.

087XXX : Kenapa fotonya mesti burem sih? Kan jadi nggak tau siapa cewek yang lagi sama Bang Fahmi itu..

Seketika saja, mata Nami melebar, tubuhnya bangun lalu terduduk dengan tegak. Perasaan was-was merundungnya, rasa tidak enak atas kehebohan di grup tersebutpun menyeruak. Mungkinkah?

Takdir Dua Hati | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang