Maut di tepi Gaza.

7K 200 1
                                    

Nihh,,, yang penasaran kemana si gus Azam selama ini,,, semuanya akan terungkap di part ini. 😍😍

Happy Reading.... 😍😍😍

Gus Zamzam's pov

Duarrrrr... Duarr...

"Allahu Akbar" Suara ledakan peluru dan bom menghiasi langit palestina. Aku langsung keluar dari masjid bersama jamaah lainnya.

Hasil ledakan bom menghiasi langit palestina, ledakan bom yang bertebaran menghiasi langit layaknya kembang api.

Hujan Darah membanjiri tanah kering. tanah yang seharusnya di basahi oleh air ,sekarang di gantikan oleh darah segar.

Suara jeritan memenuhi malam yang mencengkam. Anak-anak, remaja, dewasa, tua, lansia, laki-laki dan perempuan. Suara tangisan,rintihan dan sholawatan berbaur menjadi satu.

"Tolongggggggggg... " Suara teriakan minta tolong membuatku berlari mencari sumber suara.

Ku lihat seorang anak kecil menangis bersender pada sebuah batu,luka di kakinya menganga mengeluarkan darah segar.

" Sebut nama Allah dek.. Ingat Allah" Ucapku menenangkan, diapun melantunkan asma Allah.

"Tol...ong ak..u pak" Ucap bocah laki-laki yang mungkin umurnya sekitar tujuh tahun. Air mata kesakitan membanjiri wajahnya.

Aku langsung mengeluarkan kotak P3K yang selalu ku bawa kesana kemari.

Ku bersihkan kakinya yang berdarah, ku teteskan anti septik untuk membersihkan lukanya dan untuk mencegah enfeksi pada lukanya.

Setelah mengobati anak tadi, aku lansung membopong dia dan membawanya ke markas kesehatan darurat yang di sediakan tim relawan.
Semua jari-jari tangan ku berlumuran darah,aku menatap tangan ku.

Ya Allah tuntunlah tangan hamba mu yang lemah ini di jalan mu, jika engkau ingin mencabut nyawaku di tanah ini, aku ikhlas, aku ridho ya allah,,tapi, hanya satu pintaku,tolong jaga Naira untukku...maafkan hamba yang belum bisa menjadi imam yang baik untuk Naira istri ku.

Air mata ku mengalir deras. Aku rindu, aku sangat merindukan Naira, abi, ummi, ayah, bunda aku benar-benar merindukan mereka.

Aku merasa bersalah sekali karena tidak pernah memberi kabar untuk Naira. Bahkan, ketika dia membutuhkan aku,aku tidak pernah ada untuknya.

Dretttt.... Dret... Dret...

Suara getar handphone menyadarkan ku. Ku hapus air mataku kasar.

"Assalamualaikum Gus" Itu suara Ummi, wanita yang telah melahirkan aku ke dunia.

"Wa'alaikumussalam mi" Jawab ku berusaha tegar.  Aku sudah memilih jalan ini, jadi aku tidak akan pernah mengeluh,dan tidak akan membuat mereka Mengkhawatirkan keadaan ku. Biarlah mereka tahunya aku sedang menempuh study kedokteran di Kairo Al-Azhar.

"Zam,,, hubungi istri mu, dia bingung mencari informasi tentang kamu Zam, ummi ndak sanggup melihat dia bersedih" Suara penjelasan ummi yang di iringi tangisan membuat hati ku hancur.

Ya Allah....  Hamba mu ini begitu egois, hanya memikirkan diri sendiri, tapi apa yang harus hamba lakukan? Hamba gak sanggup melihat Naira sepanjang malam selalu terjaga karena mengkhawatirkan hamba. Hamba gak sanggup.

Hamba hanya ingin melihat dia menjadi gadis sukses yang sholehah. Hamba hanya ingin melihat dia fokus, fokus dengan pendidikannya. Hanya itu yang ku inginkan.

Hamba tidak ingin menjadi penghalang kesuksesan dia .

Aku langsung mematikan telephone sepihak.

"Maafkan Azam ummi" Ucap ku lirih dengan perasaan bersalah yang akan selalu menghantuiku.

Siang berganti malam, bulan berganti tahun. Aku hidup di kelilingi oleh ledakan bom, senapan dan pendidikan.

Aku selalu bolak balik Palestina-Kairo. Hanya dengan waktu dua tahun aku bisa menyelesaikan study kedokteran ku di Universitas Al-Azhar Kairo.

Bahkan, ketika acara wisuda tidak ada satupun keluarga dari Indonesia yang aku beritahu,termasuk istri ku. Naira Mumtazatul Qolby.

.....Telephone dari Indonesia....

Sekarang aku sedang memasak untuk teman-teman sesama relawan dari Al-Azhar.

"Ya... Azam.. Sur'ah¹!"  Ucap salah satu teman ku menyerukan untuk mempercepat proses memasak.

" Oke" Jawabku seraya mengacungkan jari jempol dan kembali fokus menyendokkan nasi dan lauk pauk kedalam panci.

" Ya akhy,,,, sa'idny²!" Teriakku pada salah satu teman ku untuk membantu mempersiapkan makanan.

Salah satu relawan menghampiri ku dan langsung ku arahkan dia untuk membawa panci-panci yang sudah ku isi dengan makanan.

Dua menit kemudian kami melahap makanan bersama dan di selingi canda tawa.

Dret.... Dret... Dret...

Ponsel yang berada di saku baju ku bergetar. Aku menatap nomor baru yang  menghubungi ku.

"Assalamualaikum " Ucap ku memberi salam. Lama aku menunggu jawaban dari si penelpon seberang namun, gak ada balasan. Aku memutuskan untuk mematikan telephone.

"Wa'alaikumussalam gus.. " Seketi jari ku yang ingin mengklik simbol bewarna merah terhenti mendengar sapaan akrab yang sudah dua tahun tidak pernah ku dengar.

"Pulanglah gus Zamzam!" Itu perintah dan aku tahu siapa pemilik suara tersebut. Abah. Ayah ku.

"Abahhh.....Maafkan Azam yah,,, Azam ndak bermaksud jadi anak durhaka" Aku terisak sejadi-jadinya mengucapkan kata maaf.

"Pulanglahhhh" Hanya satu kalimat yang keluar dari lisan abah.

Pulang?  Ya,,, aku harus pulang!!

"Nggih bah,,, Azam akan pulang segera" Ucapku tegas dan bersungguh-sungguh.

Setelah berbicara dengan abah,aku langsung menghubungi nomor yang tidak ku simpan di kontak hp ku. Aku hafal betul nomor ini.

Suara nama sambung membuat hati ku menghangat dan lega.

"Assalamualaikum " Salam ku pada orang di seberang sana.

"Wa'alaiku....mussalammn" Jawabnya terbata-bata. Aku yakin Sekarang Naira sedang menangis. Ya yang ku hubungi adalah Naira. Istri ku.

Aku tersenyum mendengar suara yang selama ini ku rindukan.

"Ra,,, mas akan pulang, maafkan mas yang selama ini tidak pernah ada untuk mu, maafkan mas yang tidak pernah memberimu kabar...., " Aku terdiam,dan tidak mendengar respon dari Naira.

Ku lihat layar ponsel ku. Mati.

Astagfirullah,,,,ternyata sedari tadi aku ngomong sendiri.

Biarlah dia tidak mengetahui perihal kepulangan ku yang penting dia tahu kalau aku masih hidup dan bernafas.

Aku akan mengejutkan dia dengan kehadiran ku.

Tbc,,,,,

1.cepat.
2. Bantulah saya.

TEMAN UNTIL JANNAH (SELESAI✅)Where stories live. Discover now