Achaa

37 8 2
                                    

Akbar POV

Mereka semua masih setia menunggu Acha di ruang tunggu.
Ceklek....

"Keluarga Acha?" Tanya sang dokter.

"Saya temanya Dok," jawab gue spontan.

"Oh yasudah, saya mau memberitahu bahwa saudari Acha koma," ucap sang dokter.

"Ac..Acha..koma?"

Tubuh gue serasa dihantam sama apaan gatau pokoknya kaki gue rasanya lemes banget.

Yang ada dipikiran gue sekarang cuma Acha.

Acha koma gara gara gue, gara gara dia khawatir sama gue dan kenapa juga ponsel gue pake mati lagi.

Sumpah gue ngerasa bersalah banget kalo terjadi apa apa sama Acha.

"Udah Bar, tenang dulu." Ucap Arlan menepuk bahu gue.

"Gak bisa Lan, Acha gini gara gara gue..kalo aja gue bisa nyegah Acha kesana gak bakal kayak gini kejadiannya Lan, gue bodoh...bodoh." racau gue.

"Udah Bar, stop salahin diri Lo sendiri..lagian kita juga kan gak tau kalo kejadianya sampe kayak gini." Ucap Tiara mencoba menenangkan gue.

"Tapi Ra, kalo Acha sampe kenapa napa itu semua salah gue."

"Udah yang penting kita berdoa buat kesembuhan Acha, ntar kita cari siapa pelaku dibalik semua ini." Ujar Nau.

Gue hanya tersenyum getir, dalam hati gue selalu berdoa buat Acha.

"Iya Bar, kita semua bakal bantu cari kok," Alea tersenyum memandangi gue dan yang lainya.

"Iya kita bantu, pasti." Ucap mereka semua kompak sambil tersenyum menyemangati gue.

"Gue makasih banget sama kalian," ucap gue lirih.

Mereka masih dirumah sakit sama gue buat nungguin Acha.
Untuk orang tua Acha, mereka udah gue kabarin tinggal tunggu mereka dateng.

Gue harap orang tua Acha gak benci sama gue.

Akbar POV end.

Tik...tik..tik..tik

Suasana di depan ruangan Acha sangat hening, hanya suara detikan jarum jam yang terdengar.

Tap...tap...tap..

Suara langkah kaki yang tergesa gesa membuat semua yang tadinya melamun langsung memandang ke arah suara.

Dua orang paruh baya berjalan tergesa gesa menghampiri mereka.

"Acha gimana keadaanya?" Tanya mama Acha cemas.

Akbar berdiri dan mendekat ke arah orang tua Acha.
"Acha koma Om, Tante," ucap Akbar lirih.

"Apaa koma? Kenapa bisa sampai koma hah?" Tanya mama Acha mulai emosi.

"Maaf Om, Tante Akbar gak becus jagain Acha." Jawab Akbar lirih.

"Maksud kamu, Acha koma gara gara kamu, iya?" Tanya mama Acha dengan nada mulai meninggi.

"Ja..jadi gini Tan, sebenarnya bukan salah Akbar kok..Acha koma itu karena.." belum selesai Arlan menjelaskan, kalimatnya telah  dipotong oleh mama Acha.

"Alah jangan banyak alasan, lagian anak ini juga sudah mengakui kalo semua ini salah dia!" Mama Acha menatap sinis ke Akbar.

"Kamu Akbar, kalo sampe anak saya kenapa napa saya akan tuntut kamu!" Lanjut mama acha tegas.

Papanya Acha, hanya menahan sang istri agar tidak memarahi Akbar terus menerus,

"Mama sabar dulu dong, lagian tadi anak itu mau jelasin gimana kejadianya kok malah dilarang." Ucap papa Acha.

"Terserah Papa lah, mama pusing." Mama Acha langsung duduk agak jauh dari akbar dan teman temannya.

"Jadi gimana Nak, bisa dijelaskan kejadianya?" Tanya Papa Acha ramah.

"Ah iya Om, jadi Acha itu dapet pesan dari orang yang tidak dikenal..orang itu menyuruh Acha datang ke taman dengan ancaman kalo Acha tidak pergi ke sana maka Akbar akan celaka, padahal Akbar ada dirumahnya...tapi Acha nekat pergi ke sana sendiri dan kami tidak tau apa yang terjadi setelahnya, kami menemukan Acha dalam kondisi tak sadarkan diri dan penuh darah." Jelas Arlan panjang lebar.

"Jadi ini memang bukan salah Akbar, tapi orang yang telah mengancam Acha itu yang salah, saya juga dikirimi pesan yang sama Om, tapi saya datang bersama teman teman saya...jadi orang itu tidak berani memunculkan sosoknya." Tambah Tiara.

"Terimakasih atas penjelasannya, dan juga terimakasih karena kalian berhasil menyelamatkan Acha," Papa Acha tersenyum menatap semuanya.

"Dan Akbar, maafin istri Om ya," tambah papa Acha.

"Ah iya Om, disini saya juga bersalah kok..kalau saja Acha tidak mengkhawatirkan saya pasti tidak akan seperti ini, ini salah saya Om." Akbar tertunduk lesu.

"Sudah Nak, jangan salahkan dirimu sendiri...ini semua memang sudah takdirnya." Papa Acha menepuk bahu Akbar lembut.

"Iya Om,"

Alea, Nau, Dera dan juga Tiara telah pamit pulang, disini masih tersisa orang tua Acha, Akbar, Arlan dan Reno.

"Bro, Lo  pada kalo mau pulang gapapa..biar gue aja yang disini." Ucap Akbar.

"Gue temenin Lo aja Bar," ucap Arlan.

"Kalo gitu, sorry gue harus pulang..adek gue sendirian di rumah..gapapa kan Bar," pamit Reno.

"Iya, Lo pulang gih...kasian adek Lo," jawab Akbar.

"Yaudah, gue balik ya Bar, Lan." Pamit Reno.

"Om, tante..Reno pamit pulang dulu," pamit Reno sambil menyalami tangan orang tua Acha.

"Iya hati hati,"

Suasana kembali hening setelah Reno pamit,
"Om sama Tante kalo mau pulang gapapa, biar Akbar sama Arlan yang jaga Acha," ucap Akbar ramah.

"Yasudah kalo begitu, Om titip Acha ya..kalo ada apa apa hubungi Om." Ucap papa Acha sambil memberikan kartu namanya.

"Besok pagi kami kesini sambil bawain baju buat Acha." Ucap mama Acha dingin.

"Iya Tan,"

"Yasudah kami permisi."

Akbar dan Arlan menunggui Acha sambil berbaring di sofa yang ada di kamar Acha.

Akbar bangkit dari sofa dan mendekati brankar Acha,
Akbar duduk disamping ranjang Acha, dan memegang tangan Acha lembut.

"Cepet sadar Cha, gue kangen sama Lo, gue janji bakal turutin apapun yang Lo mau asalkan elo sadar," ucap Akbar.

"Emang Lo nggak kangen sama gue Cha, elo sadar dong....gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi, udah cukup kemarin ayah gue..elo jangan plis bangun," ucap Akbar, ia hampir saja meneteskan air matanya.

"Sadar dong acar, gue sayang elo," ucap Akbar dia tertidur di kursi sambil tetap memegangi tangan Acha.


Menunggu itu emang berat, tapi kalo buat elo gue sih sanggup sanggup aja, tapi jangan biarin gue nunggu lama takutnya nanti mati rasa...cepet sadar acar. Batin Akbar.




TBC lahh....
Plisss vote yaaaa, kalo mau coment juga.
Satu vote dari lu pada, berarti banget buat gue😉

Love❤️


ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang