V-2. Surat di Malam Hari

979 116 14
                                    

Akhir minggu tiba dan aku lega Heii-xa belum menghubungiku lagi. Aku tak tahu harus bilang apa jika kami bertemu. Sekarang aku tahu sesuatu yang besar, tetapi aku tak boleh mengatakan apa-apa padanya. 

Sesungguhnya aku merasa tak enak. Heii-xa dan saudarinya sudah mencari Madie Canaih lebih lama dariku dan sekarang mereka tak boleh menerima secuil info pun tentang Madie Canaih. Perasaan ini sempat membuatku nekat untuk membocorkan semuanya pada Heii-xa andai saja Madie Canaih tidak menulis sepucuk surat untukku. Surat penuh tulisan sambung itu kutemukan di nakas saat aku hendak pergi tidur semalam. Begini bunyinya:

Selamat malam, Reed harfiez.

Aku Canaih. Kau bisa memanggilku Lila Breriz setiap kau membicarakanku dengan Heii atau Lofelin. Maaf membuatmu terkejut dengan suratku. Sebenarnya bisa saja aku menembus pikiranmu dan mengatakan apa yang hendak kujabarkan dalam surat ini. Akan tetapi ,aku tak mau membuatmu takut lagi. Aku menyesal telah membuatmu ketakutan saat menerima kilasan masa lalu kita, jadi kuputuskan untuk menulis surat ini saja.

Seperti yang sudah kau ketahui, harfiez, aku bukan manusia meski wujudku mirip kalian. Ada banyak alasan mengapa tak banyak manusia tahu akan diriku dan mengapa aku menyembunyikan keberadaanku. Namun, alasan utamaku adalah melindungi semua manusia yang menjadi wargaku. 

Menjadi sosok yang luar biasa sungguh tidak mudah, harfiez. Ada tanggung jawab luar biasa yang harus kuemban. Ada risiko yang luar biasa pula kalau aku tidak hati-hati bersikap. Risiko itu bisa di luar kendaliku kalau banyak manusia yang tahu siapa diriku. Memang impianku adalah hidup berdampingan dengan kalian, tetapi saat ini situasinya tidak memungkinkan.

Karena itu, Reed harfiez, aku mohon dengan sangat untuk tidak memberitahukan Heii dan Lofelin tentang rahasiaku.

Tolong jangan salah sangka. Aku sangat menyayangi mereka sebagaimana aku menyayangimu. Namun, aku harus hati-hati mengambil langkah untuk menggapai impianku. Aku tak mau melakukan kesalahan karena akibatnya bisa berdampak kepada lima belas juta jiwa yang menjadi wargaku. Aku janji, harfiez. Aku tak akan berhenti berusaha sampai bisa mengakui diriku yang sesungguhnya kepada Heii dan Lofelin.

Itu saja yang ingin kusampaikan. Oh ya, besok kau akan mendaftar jadi akla, kan? Akan kubisikkan ide kepada para x tuosie supaya mereka menempatkanmu di grup yang dimentori Heii dan sahabatnya, Ferdo Roic. Mudah-mudahan kau senang dengan hadiah kecilku ini. Selamat malam dan selamat tidur.

Dari makhluk yang sudah menganggap dirinya orang tuamu,

Canaih

PS: Tolong bakar surat ini begitu kau selesai membacanya. Aku sudah menyiapkan pemantik api di laci mejamu. Berhati-hatilah saat melakukannya.

Percaya tidak, aku memang menemukan pemantik api saat membuka laci meja tempat surat itu tergeletak. Kubakar surat itu di kamar mandi. Setelah menjadi gumpalan abu, kubuang semuanya ke tempat sampah. Setelahnya aku merasa sedikit menyesal. Madie Lila memang membawa banyak kejutan untukku. Akan tetapi, tanda-tanda kehadirannya membuatku merasa hangat termasuk tulisan sambung itu. 

Aku menguap lebar-lebar. Otomatis kututup mulut dengan tangan. Guru tata krama di sekolah lamaku di Bourland kerap memukul bahu kami kalau kami membiarkan mulut terbuka lebar saat menguap. Kubaringkan tubuh di tempat tidur, tetapi pikiranku belum mau diajak berisitirahat. Benakku masih terbayang-bayang akan kalimat penutup pada surat Madie Canaih. Sebagai makhluk yang memiliki akses ke pikiranku, tak heran beliau tahu seberapa kagumnya aku pada Heii-xa. Hadiah kecil menurut beliau tak bisa dikatakan kecil bagiku.

Maka dari itu, siang ini aku berangkat ke markas akla anmina dengan senyum tersungging. Memang aku masih agak gelisah memikirkan apa yang harus kukatakan pada Heii-xa. Namun, kegelisahan itu dikalahkan oleh pikiran bahwa aku akan menjadi axa dari seseorang yang kukagumi. Mengingat kunjungan kali ini adalah kunjungan pertamaku ke markas akla anmina, suasana hatiku pun semakin membaik. Awalnya kuhabiskan waktu menyaksikan para akla yang berlatih dan melakukan simulasi pertandingan. Setelah puas menonton, kuputuskan pergi menuju kantor x tuosie untuk mendaftarkan diri. Aku sempat bingung karena tak melihat tempat yang bisa dianggap kantor sejauh mata memandang.

PreludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang