kejujuran 🍃

6.5K 372 39
                                    

Harus merasakan pahitnya kejujuran 💎

******

Ceklekkk

"Sudah ya nduk, maafin anak umi ya" melihat ku tergugu umi menghampiri ku dan memeluk dengan rasa bersalah.

"Tapi mi hikshiks"

"Ndak usah di pikirin ya, hatinya tole untuk kamu saja kok" kata umi berusaha menenangkan.

"Tapi kalau hatinya untuk hiks hiks Salamah kok mas al hikshikshiks nikah sammma mar hikshikshiks yam" terus dan terus air mata ku menetes tanpa henti.

"Sudah tenang ya tenang".

"Sekarang Salamah tidur ya, kasihan cucu umi nanti capek lihat uminya nangis" umi sangat perhatian denganku. Mungkin lebih perhatian ke aku daripada mas al.

********

Hari sudah pagi , seperti biasa rutinitas ku mengadukan semua permasalahan ku terhadap yang maha kuasa.

"Berikan yang terbaik untuk ku ya Allah"

Ku akhiri doa ku dengan kata amin. Hufftt, semoga hari ini lebih baik dari pada kemarin.

Saat ku keluar dari kamar. Kulihat umi sedang sibuk memasak dengan asyik. Ku hampiri dengan senyuman di bibirku meski mata sudah sembab.

"Assalamu'alaikum mi"

"Wallaikumsalam, loh sudah bangun" jawab umi antusias.

"Iya mi, mas al Kemana mi?" Seperti kemarin tak ada Maslaah aku tetap selalu saja menanyakan keberadaan mas al.

"Hmmm, anu...hmm" jawab umi dengan memikir, seperti ada yang di sembunyikan.

"Kemana mi? Salamah ingin minta... " belum saja aku selesai berbicara. Aku mendengar suara salam dari sebrang.

"Assalamu'alaikum" salam dari orang berpakaian rapi dengan menggandeng wanita yang memakai jilbab, tampak anggun sekali. Kulit putih, bulu mata lentik, hidung mancung. Sangat perfect lah.

"Wallaikum.. salam" aku terbelalak dan mencoba menuntaskan jawab salam dari pria itu.

"Mas" aku tertegun, ternyata pria itu suamiku sendiri dan siapa yang di gandeng nya? Itu Maryam?

Hatiku bertanya-tanya, apakah itu Maryam? Kalau Iyah ,dia sangat cantik dan dia juga pandai agama. Apakah orang secantik dia boleh di sebut pelakor.

"Salamah" dia menjawab sapaan ku dengan hati bimbang. Aku hanya tersenyum-senyum terpaksa melihat keadaan ini. Hemm Sangat sempurna.

"Mi, Salamah ke kamar dulu ya" pamit ku. Jika aku terus-terusan berada di situasi ini, hatiku bisa remuk.

Tanpa jawaban dari umi aku langsung melenggang ke kamar dan menghilangkan di balik pintu kamar. Mas al sempat memanggil ku tapi tak ku hiraukan.

Klekk.

"Hikshikshiks. Salamah kuat , Salamah nggak boleh lemah" aku bermonolog sendiri agar aku tidak rapuh.

"Kuat salamah hikkhikkhikk" tak bisa di pungkiri , hati wanita memang lemah.

Dengan terduduk di balik pintu kamar aku menangis dalam diam. Salamah cengeng, Salamah masih kekanak-kanakan. Masih nangis.

"Hikk. Hikshikshiks" terus tergugu.

Al POV

"Assalamu'alaikum" aku mengucapkan salam saat melihat umi dan salamah berbincang-bincang.

Dua Hati GUSWhere stories live. Discover now