Belong To Him 10.

2.2K 243 7
                                    

Aku menatap kepergian truk milik Oliver yang berjalan menjauhi rumah yang kutinggali saat ini. Oliver bilang, ia akan membelikan keperluan dapur yang mulai habis persediaannya.

Rasanya, aku ingin mengikuti jejak truk itu. Tapi aku tahu aku hanya akan melakukan hal bodoh kalau aku melakukannya. Bukannya apa-apa, tapi aku yakin sekali jarak kota ke rumah ini sangat jauh.

Aku menghela napasku. Oliver benar-benar menjaga jaraknya dariku. Aku tak masalah dengan itu, hanya saja sikapnya itu membuatku takut. Oliver memang terlihat baik-baik saja, tapi seolah seperti granat, saat kau mencabut pemicunya maka granat itu akan meledak.

Aku memilih menelusuri rumah ini seraya menunggu kembalinya Oliver dari kota. Siapa tahu aku mendapat petunjuk tentang masa lalunya.

Ah, bagaimana kalau tempat biasa Oliver mengurung dirinya sendiri?

Aku langsung menuju ruangan tersebut. Ragu sempat menghampiriku, tapi aku harus tahu masa lalu Oliver karena kalau aku bertanya, Oliver selalu mengalihkannya.

Begitu membuka pintunya, ternyata tidak terkunci. Oke, Oliver menepati janjinya, seharusnya tidak ada yang perlu aku takutkan, kan?

Tapi kakiku tetap saja melangkah masuk. Tidak ada yang menarik. Ruangan ini seperti kamar.

"Oliver, apa yang sebenarnya terjadi padamu.."

Aku memutuskan untuk ke kamar dan tidur. Aku merasa kepalaku sakit. Ah, kenapa kepalaku selalu sakit kalau Oliver pergi ke kota? Apa karena aku terlalu memikirkan semuanya?

***

Kecupan-kecupan pada wajahku membuatku menggeliat. Aku merasa tidur lelapku terganggu karena kecupan itu.

"Bangun, Sayang, kau pasti belum makan sejak tadi."

Aku membuka sedikit mataku. Oliver sudah segar seperti biasanya, membangunkanku begitu ia selesai mandi.

Tapi entah mengapa aku masih merasa ngantuk saat ini.

"Aku masih ngantuk, Olie."

Oliver mengusap pipiku membuatku hampir lelap kembali. "Tapi kau belum makan, kan?"

Aku mengangguk. Ah, rasanya tak sanggup bangun meninggalkan tempat tidurku. "Sepuluh menit lagi, ya?"

Oliver terkekeh. "Aku telah menghangatkan makanannya, Sayang. Nanti kau bisa tidur kembali begitu selesai makan, Babe. Aku janji takkan mengganggu tidurmu lagi nanti."

Ah, baiklah aku akan mengalah kali ini. Aku mengerang dan bangun dari posisi tidurku. Oliver terkekeh lagi.

"Jangan protes seperti itu. Aku mulai cemburu pada kasur kalau kau bersikap seperti itu, Babe."

Aku terkekeh dan menjulurkan tanganku. Oliver terbahak lalu langsung membopongku. Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya, mencuri sedikit waktu untuk memejamkan mataku.

Aku baru membuka mataku begitu Oliver mendudukanku di atas pangkuannya. Melihat banyaknya makanan di meja membuat perutku langsung berbunyi.

"Untung aku memaksamu makan, kalau tidak, kau bisa sakit, Sayang."

Aku tersenyum saja dan hendak bangun dari pangkuan Oliver, tapi Oliver menahanku.

"Aku suapi, ya?"

Aku mengangguk. Astaga, berapa banyak gadis yang cemburu melihat perlakuan Oliver padaku?

Aku menggelengkan kepalaku. Bukan itu yang harus kupikirkan.

***

Duh kenapa alurnya ke sini sih :( pdhl sy nggak mau bikin Olie 'kayak gini' 😅

Saya lg galau soalnya nggak dapet tiketnya westlife. Disini ada yang nonton westlife kah?

By the way kenapa postan part 9 nggak masuk notif ya? Masuk notif gak sih?

BELONG TO HIMWhere stories live. Discover now