Bab 3

11.7K 931 6
                                    

Di hari pertama kelas utamanya seharusnya dimulai dengan salam ramah dan perkenalan dari wali guru. Sayangnya ekspetasi itu tidak akan pernah terjadi. Kelas Rey langsung memulai pelajaran. Dimulai dari kuis dan berakhir dengan pr yang cukup banyak. Rey tidak mengeluh seperti teman sekelasnya karena sejujurnya dia merasa tidak belajar sama sekali selama di akademi ini. Dia butuh sesuatu agar otaknya dapat berpikir keras. Sebisa mungkin menghiraukan tatapan milik 'temannya'. Gara-gara kejadian barusan, beberapa murid terlihat ingin tahu masalah antara Rey Heavender dengan Venus Lockhart.

Noah, yang selalu telat datang seperti biasanya, tidak menyadari apa yang terjadi. Matanya terlihat lelah dan tubuhnya sedikit bau keringat. Wajahnya langsung ditutupi dengan jasnya. Diam-diam tidur. Sepertinya dia langsung ke kelas sehabis dari rumahnya.

"Bosan," keluh Noah yang duduk di belakang Rey. Masih dengan jas di wajahnya.

Sepertinya Noah tidak tidur. Rey yang duduk bersebelahan dengan Inna hanya bisa berbagi pandang. Ada apa dengan Noah?

"Ah iya, hidup seorang Dracred memang membosankan," komentar Inna yang dibalas sinis oleh Noah. Jas yang barusan di wajah Noah terjatuh segera ketika dia mendengar komentar itu. Setidaknya sekarang Noah sudah segar dari tidur siangnya.

Rey memilih tidak ikut campur dengan urusan keduanya. Mereka memang memiliki riwayat berteman yang sangat 'berbeda'.

Noah kini mengalihkan pandangannya kepada Rey, "Bagaimana dengan pemilihan kedua? Ada kabar mengenai pertandingan selanjutnya?" tanyanya.

Rey teringat dengan pemilihan kedua membuatnya menatap ke arah Noah kesal. Dia masih marah dengan sikap Noah yang lupa memberitahu informasi penting kepada timnya. Tentunya Noah terlihat kebingungan, tetapi dia tidak peduli. "Kita lolos pemilihan kedua dan pertandingan selanjutnya masih belum ada kabar," jawab Rey.

"Bunganya?" tanya Ben yang berada di sebelah Noah.

Inna melihat ke arah Rey sebelum menjawab. "Aku berikan kepada Rey,"

Rey tersenyum tidak senang kepada Inna. Sebenarnya Inna sempat menghubunginya mengenai puncuk bunga yang mereka dapatkan di pertandingan musim semi. Inna merasa dirinya sudah melaksanakan tanggung jawabnya selama pertandingan musim semi, dan dia tidak mau terus menerus selalu dibebani oleh sesuatu yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Jadi, Rey menerima menjaga puncuk bunga itu selama pertandingan musim panas. Nanti dia akan memberikan puncuk bunga ini kepada Noah atau Ben. Untuk sekarang biarlah dia yang menjaganya.

"Hari ini kita adakan rapat," kata Noah yang terdengar serius dan suara sedikit mengecil. "Bawa puncuk bunganya,"

Rey mengangguk sebelum guru memasuki kelasnya.

.o.O.W.O.o.

Rey berlari ke asramanya. Dia lupa betapa jauhnya lokasi antara kelas dan asramanya. Inna, Noah, dan Ben sudah lebih dulu menuju ke tempat 'pertemuan' mereka. Tanpa merasa bersalah menyuruh Rey untuk segera membawa puncuk bunga itu.

Beberapa murid melihat Rey dengan tatapan aneh dan kesal. Jarang sekali mereka melihat ada murid yang berlarian seperti dikejar hantu.

Rey berhasil memasuki lift yang memang mengarah ke asramanya. Rey mencoba menenangkan detak jantungnya. Sudah lama sekali dia tidak lari secepat ini sebelumnya.

Tiba-tiba dia merasa sedikit pusing. Mungkin karena kelelahan. Rey tetap menghiraukan yang dia rasakan, terlebih rasa nyeri di bagian lambang Avroranya.

Apa?

Baru saja dia menyadari bahwa lambang Avroranya mulai bersinar, lift yang dia naiki mendadak berhenti dan semuanya menjadi gelap. Hanya cahaya merah dari lambangnya yang bisa Rey lihat. Ketika cahaya lambang Avrora meredup, cahaya lampu di dalam lift kembali hidup.

Avrora : Red ThunderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang