Four Seasons - 2

6.8K 726 46
                                    

Hinata menatap pantulan dirinya di cermin. Tubuhnya yang sudah berpakaian rapih, blouse dan rok rampel, menyempurnakan penampilannya hari ini. Memulai harinya dengan tumpukan-tumpukan dokumen yang menampilkan huruf, angka dan grafik yang menjadi makanannya sehari-hari.

Hinata mengulurkan tangannya menyentuh telinga mungilnya. Tepat di telinga kiri, ia menambah satu tindikan yang sudah berhiaskan anting kecil dengan batu amethys seperti warna matanya. Hinata tersenyum sendu, ia mengingat bagaimana sakit hatinya pada Naruto. Ia menambahkan tindikan pada telinganya agar dapat mengalihkan rasa sakitnya. Tetapi ia salah, tindikan itu hanya seperti pengingat rasa sakit hati atas pengkhianatan Naruto. Ia selalu melihat lubang hasil tindikan itu ketika ia ingin membuka hatinya pada pria lain.

Tidak mudah. Ini seperti sebuah trauma, atau lebih tepatnya perasaan kecewa yang takut terulang kembali.

Hinata seorang yang setia, yang tidak mudah jatuh cinta dalam satu kedipan mata. Tetapi kesetiannya mendapatkan pengkhianatan. Dan menurutnya, itu sudah cukup untuknya. Tidak ada pria, dan tidak ada cinta. Prinsip yang baru ia bangun, jika cinta dan pria tidak ada apa-apanya di bandingkan uang. Sebagaimana Naruto yang selalu memberikan Sakura berbagai barang branded untuk mendapatkan cinta dari gadis berambut musim semi itu.

Lihat?!

Uang memperlihatkan segalanya. Naruto mengkhianati dan memilih uang. Naruto mencoba membuat gadis idolanya jatuh hati padanya dengan mengeluarkan banyak uang.

Sungguh konyol.

Beruntung, Hinata tidak melepas mahkotanya untuk pria brengsek seperti Naruto. Ia belum sebodoh itu. Bagaimana pun, kecerdasan antara dirinya dan Naruto jelas jauh berbeda. Hinata tidak membiarkan dirinya bertekuklutut karena cinta, dan menyerahkan mahkotanya semudah itu.

Mengapa?

Karena ia belum memiliki ikatan yang membuktikan jika Naruto akan menikahinya. Mereka hanya sebatas sepasang kekasih. Bahkan jari jemari Hinata terlihat sepi tanpa adanya benda bulat yang memiliki sinar indah. Naruto tidak pernah membelikannya cincin. Namun Hinata memakluminya, menganggap bahwa perusahaan Namikaze sedang tidak stabil. Kenyataan pertama yang harus ia terima, ketika Naruto menyambangi kediaman Sakura dengan sebuket bunga dan sekotak cokelat.

Tidak memiliki uang?

Berhemat?

Perusahaan tidak stabil?

Hinata menertawakan kebodohannya. Bahkan, ia percaya jika Naruto berdalih bahwa Sakura sedang depresi karena cintanya yang terus di tepis oleh Sasuke.

Hinata merutuki dirinya yang mempercayai omong kosong Naruto.

÷ Four Seasons of Love ÷

Langkah tegas dari heels Hinata bergema di lobi gedung perusahaannya. Beberapa karyawan yang berpapasan dengan Hinata menyempatkan diri hanya untuk membungkuk menghormati Hinata. Seperti gosip di antara karyawannya, Hinata seorang atasan yang dingin. Tidak pernah ada senyum yang terpatri di wajah cantiknya. Walau karyawan pria dan wanita mengaguminya, Hinata tetap mendapatkan julukan 'Ice Princess'.

Jika sudah berhadapan Hinata, mereka akan memilih untuk menunduk. Bahkan di rapat, jabatan yang lebih rendah dari Hinata, hanya bisa menunduk. Hinata kerap kali merasakan kesal. Untuk apa menunduk jika mereka tidak melakukan kesalahan? Apa Hinata saat ini seperti seekor serigala yang mengincar mangsanya?

Sesampainya di ruang kerja, Hinata meletakkan tas bermerek Gucci di atas meja. Ia memilih mendaratkan bokongnya di kursi kebesarannya. Memutarnya ke belakang, dimana dinding kaca menyapa dan memperlihatkan keindahan kota Tokyo.

Four Seasons of LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin