PART 2 : TEMAN

194 85 89
                                    

Kring. Kring. Kring.

Suara alarm membangunkan Tiny. Sudah jam 7 pagi. "Anak gadis kok bangunnya siang sih?!" Biasanya Mama akan marah-marah ke Tiny di pagi hari.

Tiny meregangkan tubuh, mengambil peralatan mandi, lalu segera bergegas mandi.

Tiny menguncir kuda rambut cokelatnya, lalu memakai baju putih berlengan pendek dan rok pendek selutut berwarna mint kesukaannya.

Ia mengambil tas selempang pinknya, lalu memasukkan ponsel ke dalamnya.

Ia siap pergi ke rumah Alya. Tiny tak sabar mendengarkan kata-kata Alya. Kalau ia tak diperbolehkan orang tuanya, Tiny akan bicara sendiri.

Sesampainya disana, Tiny bercermin sekali lagi. Lalu mengetuk pintu 3 kali. Tak ada jawaban. Daripada dituduh macam-macam oleh tetangga, lebih baik menelpon Alya.

"Halo Al? Ini aku, Tiny. Aku di rumahmu nih, ada orang gak di dalam?"

"Waduh, sorry Tin. Aku lupa ngasih tau ya, 3 hari ini aku pulang ke Joga sama ortu. Kenapa datang ke rumahku?"

"Pengen nanya keputusanmu" Telepon hening. Selalu saja. Setiap bertanya begitu, selalu hening.

"Oh, emm. Itu... Aku ga dulu ya nge-kos sama kamu. Sorry banget, bukannya ga mau bareng kamu. Tapi belum siap aja, selain itu..."

"Selain itu apa?" Tiny meninggikan suaranya.

"Selain itu katanya ada banyak kejadian aneh di tempat kosan kamu" Lanjutan kata-kata Alya, membuat jantung Tiny hampir turun.

"Se...serius? Ah, bercanda aja kamu mah" , "Serius Tin, aku dapat cerita dari teman sama di internet"

Tiny mematikan teleponnya. Ia tak ingin mendengar apa pun lagi. Pasti itu hanya alasan klasik yang digunakan Alya. Tapi bagaimana pun juga, Tiny anak yang penasaran.

Kalau dilihat dari kejadian kemarin, mungkin bisa jadi yang dikatakan Alya benar. Kamar Kak Mary. Bayangan hitam. Suara tertawa. Televisi mati dengan sendirinya. Itu... rasanya terlalu tak masuk akal.

Tiny harus mencari tau asal usul tempat kosannya itu. Ya, harus.

Tapi... Dimana? Dengan bertanya pada pemilik kos? Oh, ayolah. Tak mungkin pemilik kos akan bercerita begitu saja dan membuat uang mahasiswi yang mengekos lenyap.

"Kak Mary? Mungkin dia tau sesuatu!"

Sesampainya di tempat kosannya, di lantai 1 terlihat ramai. Saat ingin melaju ke lantai 2, ia melihat ke arah dapur.

"Ah, benar juga. Aku harus makan sebelum memulai ini"

Di dapur, suara riuh anak anak dan kendaraan terdengar saat kecil, nyaris tak ada. Lampu di sana juga rada rada rusak. Kadang mati, lalu hidup secara tiba-tiba. Jumpscare murahan.

Di dekat kompor, berdiri seseorang dengan rambut hitam pendek se-bahu. Ia sedang memasak mie. Haruskah Tiny menyapanya? Mungkin jawabannya ya.

"Halo, namaku Tiny. Aku baru masuk kosan ini kemarin, mohon bantuannya"

Anak itu menengok. Wajahnya datar. Umurnya mungkin beda beberapa bulan dengan Tiny. Tiny merasa ia salah telah menyapa orang itu.

"Oh, halo. Namaku Clair. Aku tinggal di kamar nomor 14" Mendengar sautan anak itu, Tiny kembali menatapnya.

"Ah, berarti kau adalah teman sebelahku. Aku tinggal di nomor 15" , "Mau dibuatkan mie juga?" Mendengar itu, tentu Tiny tak bisa menolak.

IN THE KOSTWhere stories live. Discover now