PART 3 : KABAR BAIK ATAU BURUK?

162 77 65
                                    

"Di... Dimana aku?" Tiny terbangun dan mendapati dirinya berada di kasur.

"Tiny! Oh, syukurlah! Semalam aku dengar kau tergeletak di lantai, makanya aku langsung pulang untukmu!" Alya menjelaskan.

"Tapi..." Tiny mengingat-ingat kejadian yang dialaminya semalam. Ia hanya ingat saat Clair menyisir, bahu itu, Clair menengok dan tersenyum, lalu berkata yang aneh.

Lalu setelah itu apa? Apa yang terjadi selanjutnya? Ia pingsan dengan sendirinya? Atau dibuat mati suri oleh orang gila itu?

"Makasih Al" Tiny menyunggingkan senyum tipisnya. "It's okay. Udah jadi kewajiban aku buat jenguk sahabat yang sakit" Katanya membalas.

"Eh btw, kenapa kamu bisa tergeletak di lantai begitu? Apa yang telah terjadi?"

Pertanyaan Alya juga sebenarnya tak bisa dijelaskan Tiny. Tapi... Mungkin ia bisa menceritakan tentang Clair.

"Aku punya teman baru, namanya Clair. Ia awalnya baik, tapi lama lama ia menyeramkan" , "Ha?"

"Iya, dia menyeramkan. Ia selalu melarangku berbuat apa pun. Dan bahunya... Berlubang..." Alya tertawa mendengar kata-kata Tiny.

"Haha, ada ada aja deh. Mana ada orang yang bahunya bolong terus masih hidup" , "Serius Al" Tiny mengkerutkan dahinya.

"Lalu... Tiba tiba ia tersenyum. Menengok dan secara tiba-tiba berada di depan wajahku persis. Ia terus bergumam tentang sesuatu"

"Lalu?" Alya mulai penasaran dengan lanjutan cerita Tiny.

"Lalu aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Tau-tau bangun di kasur denganmu"

"Oh" Alya menanggapi. "Kok oh doang? Bertindak dong!" Tiny meninggikan suaranya.

"Iya iya, lusa aku pindah ke sini ya. Ortu aku juga udah bolehin kok, besok aku datang lagi buat nyari kamar" Jawaban Alya membuat Tiny lega. Benar-benar lega.

"Al, kamu memang sahabat sejatiku. Makasih ya 😢" , "Ahhh... Jangan nangis dong" Alya memeluk Tiny.

Alya pasti tau rasanya menjadi Tiny. Alya tak mau melihat Sahabatnya sengsara dan sedih.

"Dah Alya..." Tiny melambaikan tangan. Mobil Alya melaju dari parkiran menuju jalan raya.

Tiny kembali masuk ke dalam kosannya. Sekarang ia benar-benar harus bertanya pada pemilik kos. Tak peduli apa pun yang akan pemilik kos katakan, ia sama sekali tak peduli.

Tiny masuk ke dalam kamarnya. Bergegas mandi. Setelahnya, ia menyisir dan membiarkan rambutnya tergerai. Memakai celana jeans se-paha dan baju merah berlengan panjang.

Selanjutnya, ia membuka kotak pizza yang diberikan Alya tadi. Pizza pepperoni, sosis, pedas, dan keju. Alya memang tau kesukaannya. Tak pakai lama, ia langsung menyantapnya.

15 menit kemudian, Tiny memakai tas selendang pinknya, memasukkan ponsel dan power bank-nya. Setelah itu, keluar dari gedung kosannya tanpa melihat ke arah dapur.

Memang, tadi saat di dapur tercium bau mie yang sangat lezat. Tapi tidak. Ia tau pasti Clair sudah menunggu disana. Maka dari itu, ia tak melihat ke dalam dapur sama sekali.

Baru mau ke tempat pemilik kos, ia bertubrukan dengan seseorang. Seorang laki laki dengan wajah yang seperti Tiny kenal. Oh tidak. Itu dari kamar 6.

"Heh bocah! Mau apa lagi sih nabrak nabrak?! Ngajak ribut?! Masalah lo apa sih?!" Bentaknya.

" Grrr. Orang ini!" Tiny berkata dalam hati.

IN THE KOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang