Sepuluh | Renjana

3.2K 373 6
                                    

Tak terasa sudah tujuh bulan berlalu sejak Rion mengutarakan perasaannya pada Rana dan gadis itu juga mengungkapkan hal yang sama. Tak ada yang berubah dari mereka. Rion rasa, ia dan Rana juga bukan tipe orang yang akan saling melempar kata gombal dan saling terbawa perasaan, walaupun mereka tau mereka sama-sama punya perasaan yang sama. Rana bilang, di saat seperti ini adalah di mana mereka harus bisa mengelola rasa. Menyikapi cinta dengan pasang porsi sewajarnya. Jatuh cinta boleh karena itulah yang di namakan anugrah. Tapi porsi tempatnya dalam hati, tak melebihi porsi tempat yang kita luangkan untuk-Nya, Yang Maha Cinta.

Rana dan Rion bahkan bersepakat untuk saling menjauhi diri mereka. Mereka jelas tak mau perasaan ini malah menjalar menjadi sebuah dosa. Mereka sudah jarang bertemu, menurut yang Rana bilang, gadis itu sedang sibuk dengan seminar tentang anak kepada para orang tua yang akan diadakan oleh Rana dan teman-teman kuliahnya. Rion berani bertaruh bahwa Rana pasti akan menjadi Ibu yang baik mengingat ia bisa menangani seorang anak dan tau hal apa yang mesti dilakukan dan tidak dilakukan oleh orang tua.

Skripsi Rion sudah beres, ia juga sudah sidang. Besok ia akan di wisuda. Ayah dan keluarganya sudah datang ke Yogyakarta dan menginap di Rumah Budhe Ana. Ia juga akan wisuda bareng Yudha dan Daus. Yudha berencana akan kembali ke Jakarta dan mencari kerja di sana sambil melanjutkan studinya. Sedangkan Daus akan mengikuti program mengabdi pada masyarakat di daerah terpencil selama satu tahun. Rion sendiri juga berencana untuk kembali ke Bandung. Sebelum mencari kerja di Bandung, ia sudah bekerja sebagai penerjemah buku online. Penghasilannya memang tak seberapa tapi setidaknya ia sudah menghasilkan uang sendiri.

Seminar yang akan diadakan Rana dan teman-temannya bertepatan sehari sebelum ia wisuda. Rana mengundangnya untuk datang dan Rion dengan senang hati akan menghadirinya. Ia juga berencana sekalian untuk pamitan pada Rana. Rencananya sehari sesudah wisuda ia akan langsung pulang bersama Ayah.
Acaranya mulai jam sepuluh pagi di Fakultas Psikologi kampus mereka. Pembicara di sana ada tiga orang dan Rion sama sekali tak menyangka jika pembicara yang ke tiga adalah Rana. Rana bilang jika ia menjadi panitia, gadis itu tak bilang ia yang jadi pembicaranya.

Dan Rion berdecak kagum dengan semua yang Rana sampaikan. Rana di sana berdiri sebagai salah satu pendiri Rumah Cinta yang ada di Bandung. Rumah Cinta adalah yayasan yang Rana buat untuk anak-anak jalanan di Bandung yang tidak punya apa-apa. Tidak punya harapan juga kasih sayang dari Orang tua. Rion tak pernah tau jika Rana adalah pendiri rumah sosial di Bandung. Sungguh ia tak percaya, ada gadis  seluar biasa Rana yang bisa menyukainya.

Selesai acara, Rana menghampiri Rion yang duduk paling belakang. Ia tersenyum yang langsung di balas oleh Rion.

"Apa kabar, Yon?" Rana duduk di sebelahnya.

"Seperti yang kamu lihat. Saya baik. Hidup saya baik. Dan dari wajah kamu juga udah menunjukan kalau kamu baik."

"Alhamdulilah." Rana masih tersenyum.

"Selamat, yah. Besok kamu wisuda."

“Selamat juga karena acaranya lancar. Dan saya sama sekali nggak tau kalau kamu salah satu pembicara di sana. Saya juga baru tau kalau ternyata kamu salah satu pendiri yayasan sosial di Bandung."

Rana tersenyum malu, "Tadinya juga bukan saya, kok, Yon yang jadi pembicara. Tapi karena tiba-tiba pembicaranya nggak bisa hadir, saya disuruh maju buat ngegantiin. Temen-temen saya pake alasan karena saya adalah salah satu pendiri Yayasan. Saya juga nggak nyangka bakal gini. Tapi-"

Rion mengangkat alisnya, "Tapi apa?"

"Tapi ini memang yang saya inginkan. Dan saya ngerasa bahagia, Yon."

Rion tersenyum, "Saya tau. Dari mata kamu emang bener-bener menunjukan kalau kamu bahagia."

"Yah saya cuman pingin nyampein ilmu yang saya punya. Mudah-mudahan aja ilmu yang di sampein bisa dimengerti oleh para Orang tua dan bisa diterapkan nanti pada anak-anak mereka."

Eunoia Putri | Seri Self Love✅Where stories live. Discover now