WITR || CHAPTER 18

440 80 9
                                    

一Wound in the Rain一

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

一Wound in the Rain一

[18] Pastikan Perasaanmu, Rain.

.

"Gimana nge-date nya, Bang? Lancar?"

Angkasa mengalihkan pandangannya dari benda pipih yang sedang ia pegang, ke arah Eline yang sedang duduk di sofa. Mereka—Eline, Biantara, dan juga adik kecilnya Rigel sedang berkumpul santai di ruang keluarga dengan televisi yang mempertontonkan animasi bergerak terkeren se-dekade ini.

"Biasa aja," balas Angkasa, memilih lebih memfokuskan dirinya kelayar pipih yang selalu berbunyi, menandakan notifikasi yang terus masuk.

Terdengar kekehan mengejek. "Biasa aja, tapi dari pulang tadi senyum mulu!" Kali ini Biantara yang ambil bagian.

Angkasa menoleh skeptis. "Pah! Jangan mulai deh, ah!" ujarnya dengan ketus. Malas meladeni ucapan kedua orang tuanya itu.

"Kalo enggak bener, ya, enggak usah kayak gitu juga, Bang!"

"Emang enggak bener, Mah. Emang biasa aja!"

"Tapi sayang kan sama Rain?"

Angkasa terkejut. Biantara—dengan santainya menanyakan kalimat itu kepada Angkasa tanpa melihat keadaan. Pasokan udara di sekitarnya tiba-tiba menipis. Sial! Ia sudah pasti terlihat seperti perempuan sekarang. Menurunkan derajat saja, ckck!

"Sayang Rain, kan?" goda Biantara lagi.

"Enggak! Mana ada!" elak Angkasa seperti salah tingkah. Kedua orang tuanya kini tertawa terbahak-bahak. Semakin tua mereka memang semakin menyebalkan, sangat tidak ingat umur.

"Kalo gitu bial Yigel aja yang cayang ama Kak Ain!"

Tawa terkesan ejekan yang tadinya terdengar tiba-tiba saja senyap. Wajah Angkasa memerah. Matanya mendelik kasar, menyatukannya dengan manik mata milik sang adik—Rigel yang masih serius menggambar sesuatu di atas kertas. Dengan mudahnya kata tersebut terlontar dari bibir kecil milik adiknya itu. Sepertinya anak kecil itu berniat untuk bersaing dengannya.

—Wound in the Rain—


Suasana ruangan mencekam menyelimuti dua pasang remaja yang masih betah mengenakan seragam sekolah, padahal waktu berakhir pelajaran sudah sejak dua jam yang lalu dan mereka juga tak lagi di lingkungan sekolah.

"Gimana menurut lo? Setuju?"

Tak ada jawaban.

"Rain!"

Rain tersentak kaget akibat suara Devin yang meningkat satu oktaf. Handphone yang sedari tadi ia pegang pun terjatuh ke pangkuannya.

"Dari tadi lo enggak denger gue?"

Wound in the RainМесто, где живут истории. Откройте их для себя