LIMA PULUH LIMA

9.8K 288 22
                                    

HAPPY READING ♡
.
.
.

Pagi ini terlihat sedikit mendung. Awan dan angin pun terasa sejuk, sepertinya semesta tahu jika ada salah satu penghuninya yang hatinya sedang menangis.

Aku bersiap - siap untuk menuju ke sidang pertama ku, semenjak aku menggugat Raefal.

Aku menghela nafas saat ingin meraih anak ku. Setiap kali aku melihat wajahnya, aku selalu teringat akan Raefal.

Bagaimana kabarnya ?
Apa ia baik - baik saja dirumah ?
Aku merindukannya. Tapi hatiku terasa sakit jika mengingatnya.

Selesai bersiap aku pun turun kebawah sembari menggendong anak ku. Ternyata sudah siap semua keluargaku.

Aku cukup tenang dan tidak memikirkan keadaan Raefal, karena kakak ku sendiri ada dibawah kendali ku.

Aku memintanya untuk tidak memberikan pelajaran untuk Raefal. Melainkan memberinya keputusan untuk berpisah.

"Kalau nanti hakim minta untuk dilakukan mediasi, kamu harus mau. Coba dengerin apa yang suami kamu bilang, selagi dia bicara baik - baik." Ucap Raina yang memberikan wejangan untuk anaknya.

Aku mengangguk paham, walau sebenarnya aku sangat malas berbicara secara langsung dengan Raefal.

****

Aku sekeluarga tiba 10 menit sebelum sidang dimulai. Kami memasuki rungan dan duduk ditempat yang telah disediakan.

Apa Raefal bakal dateng ? Pikir ku.

Sudahlah, kalau dia tidak datang pun tidak masalah bagiku. Toh, jika sampai 3 kali tidak datang aku tetap akan cerai  dengannya.

"Sidang akan segera dimulai. Apa sudah datang semua ? Penggugat dan yang di gugat?" Tanya hakim.

"Yang digugat belum datang, yang mulia." Jawabku.

Sang hakim pun memutuskan untuk menunggu. Tidak lama, pintu pun terbuka. Aku spontan menoleh dan melihat siapa yang datang.

Hatiku semakin sakit saat melihat Sofia datang dengan menggunakan kacamata hitam yang menutupi matanya. Ia berjalan dengan percaya diri dan berakhir duduk di bangku paling depan sebelah kiri.

Apa ia diberitahu Raefal jika kami akan bercerai ?

Waktu terus berjalan, sampai sidang pun dimulai tetapi Raefal tidak kunjung datang.

"Baik mari kita mulai sidangnya sekarang." Ucap hakim sembari mulai membuka berkasnya.

Tok.. tok.. tok..

Pria berhem putih dan celana hitam pun datang serta rambut yang tampak sedikit acak - acakan. Raefal masuk sembari membungkuk sopan.

"Mohon maaf saya telat. Tadi terkena macet dijalan." Ucap Raefal memberikan alasan.

Hakim mengangguk dan mempersiapkan Raefal untuk duduk.

Aku terkejut saat ia duduk tepat disamping ku. Ia menoleh kearahku sembari tersenyum.
"Aku kangen kamu.," lirihnya dengan senyum yang masih mengembang.

Mata ku terasa panas saat melihat tampilannya yang terbilang tidak terurus. Pipinya terlihat kurus padahal baru beberapa hari kami berpisah.

Stay With Me, My DearWhere stories live. Discover now