Eks Lab Rajasa CorpPulau Tak Terdaftar, Selat Karimata
9 Juli 2030
Dirgantara 1 parkir di tepi tebing. Menghadap laut biru yang berkelip bagai kristal oleh sinar matahari. Sejauh mata memandang tak terlihat pulau lain.
Para Garda turun. Nampak gagah dalam setelan serba hitam, membawa senjata masing-masing. Kalea turun terakhir. Sepasang pasak besi terpasang di holster punggung, kali ini ditambah mengenakan Gravidor. Lelaki tinggi berpostur kokoh itu melangkah di sebelah Kalea, tangannya diborgol. Rambut quiff-nya berkibar terkena angin.
"Kenapa naik jet?" tanya Rafa. "Kalian punya manusia kargo kilat."
"Maksudmu Arda?" Kalea mengerutkan kening. "Jarak teleportasinya tak jauh."
Dia memutar tangan, layar kecil terpasang di lengan bawahnya. Dia tekan tombol. Lembaran cahaya muncul di badan jet, menutupi seluruhnya, merefleksikan sekitar hingga jet menjadi tembus pandang.
Rafa menatap datar. "Kalian numpang tinggal di rumah hantu tapi sanggup beli teknologi itu?"
"Kami tak membelinya," balas Kalea, ngebut.
Jemy terperangah pada perbukitan di sekeliling. "Pulau ini milikmu?!"
"Tadinya. Ayahku menyitanya dan membangun Lab."
Arda memimpin di depan, cahaya merah dari matanya memindai sekitar. Mereka melewati jalan sempit yang diapit pepohonan. Menuju bangunan kelabu luas diapit pepohonan rindang. Kaca depannya berlumut, pohon merambat memakan dindingnya. Potongan mesin berserakan di halaman.
Saat mendekati gerbang, Arda mengangkat kepalan tangan. Jemy pun menarik Katana, Gwen menyiagakan pistol dan Sabina siap dengan kilat hitam di kedua tangan.
Kalea menyusul. "Ada apa, Da?"
"Aku tak yakin, sepertinya—"
"Pagar Distrupsi," serobot Rafa. "Mengelilingi seluruh Lab. Sadis banget."
"Kenapa tak bilang dari tadi?!"
"Tidak ada yang nanya," jawabnya, santai. "Kau harus mematikannya manual dari dalam."
Kalea menghela napas. "Tunggu sini, Guys."
Dia mengambil ancang-ancang lalu lari, menghantam kaca depan sampai pecah membentuk lubang besar. Kaca menghujaninya yang berlutut di lantai aula beratap kubah tinggi ini. Banyak meja dan kardus berserakan. Penerangan hanya dari jendela yang mengelilingi kubah. Terlihat tiang besi berjajar di depannya, berdengung. Tanpa takut ia melangkah ke sana. Rafa nampak memperhatikan.
Zzing! Muncul pagar cahaya merah, setrum menyambar tubuh Kalea tapi ia melangkah tenang. Setelah itu pagarnya menghilang, menyisakan percikan merah di udara. Kalea berbalik, melambai.
Rafa tercengang. "Tidak mungkin."
"Itu gelombang radiasi!" Arda meninju Rafa sampai jatuh. "Kau berniat membunuhnya."
Gwen menariknya mundur. "Tahan, Da, tidak sekarang."
Tiba-tiba di dalam sana Kalea terbatuk lalu jatuh berlutut memegangi leher. Berusaha bicara tapi lehernya tercekik. Semua terkejut termasuk Rafa. Namun, dia kembali berdiri sambil cengengesan. "Santai. Aku sehat."
"Serius ya akan kutinju kau nanti!" teriak Gwen.
Sesuai arahan Rafa, Kalea menurunkan tuas di tiang besinya. Suara dengungnya pun menghilang. Garda lain melewatinya tanpa terkena setrum. Rafa menyusul paling belakang, kengerian terpancar dari matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA - The Series
Action(Completed) (BOOK 1 & 2) Diawali penjarahan dan pembunuhan berantai di Jakarta. Kalea, mantan kadet pembunuh terlatih, bergabung dengan organisasi rahasia untuk menangani kasus ini. Seiring ia mendalaminya terkuaklah berbagai fakta dan kejadian di...