08

3.3K 164 0
                                    

           Setelah memarkirkan mobilnya tepat di halaman, Areeyata segera masuk ke istana milik papanya.

Saat memarkirkan mobil tadi, ada sebuah mobil yang telah terparkir lebih dulu di sana.

Melangkah lebih dalam, Areeyata mendengar sayup-sayup suara tawa.

Mata Areeyata menangkap pria seusia papanya tengah menyantap makan malam bersama papanya.

"Inka, kemari dulu, kamu baru pulang?" ucap papanya dengan binar bahagia tak tertahankan.

Setelah mencium tangan papanya dan di balas papanya dengan ciuman tepat di puncak kepalanya, tak lupa Areeyata juga mencium tangan orang yang duduk di hadapan papanya.

"Om Dimas, dari tadi?" tanya Areeyata basa basi.

"Lumayan sih, ayo duduk Inka, kita dinner bareng." kata pria itu.

Areeyata duduk di salah satu kursi dari 6 di antaranya.

"Iya silahkan om, tapi saya tadi sudah makan." ucap Areeyata.

"Loh katanya kamu tadi ke perpustakaan?" Papanya meletakkan pisau yang digunakannya sebagai pemotong steak.

"Iya pa, tadi setelah dari perpustakaan, Inka mampir makan dulu." ujarnya.

"Yah, makan lagi aja Ka, yuk kapan lagi kita bisa makan rame-rame kaya gini."

Areeyata tersenyum tipis.

"Iya silahkan om, saya masih kenyang."

Areeyata masih duduk manis di kursinya.

"Gimana sekolahnya?" tanya papanya.

"Oh iya Inka, kamu ingat Kaile?" potong pria itu.

"Iya, kenapa pindah om?" jawab Areeyata tidak benar-benar tertarik.

"Oh jadi kamu sudah tau? kalian bertemu?"

Areeyata hanya mengangguk menganggapinya.

"Kaile merengek minta pulang, padahal banyak anak yang ingin di posisinya, bisa sekolah di luar negeri, tapi Kaile malah minta pulang." kata Om Dimas geleng-geleng.

"Anakmu sudah kembali dari LA??" tanya papa Areeyata.

"Iya, gak habis pikir sama itu anak satu, kakaknya aja gak mau balik ke Indonesia setelah usahanya di Kanada berhasil." ucap pria itu dengan bangganya.

"Haha mungkin anakmu rindu sama tanah kelahirannya." Papa Areeyata tertawa renyah.

"Ehm pa, Om Dimas, Inka permisi mau ke kamar dulu ya."

Areeyata meraih tasnya.

"Ya sudah istirahat ya." kata papanya.

"Iya pa, mari om." Areeyata bangkit.

"Kalo aja anakku ada yang perempuan dan sesopan anak mu, aku pasti jadi papa tersombong sedunia."

Dimas terbahak akan lelucon buatannya sendiri.

"Ah ada-ada saja." kata papa Areeyata lalu keduanya melanjutkan dinnernya. 
                      

***

            Saat bus berhenti di depan sebuah halte, naiklah seorang cowok jangkung dengan setelan almamater sekolahnya.

Ia duduk di kursi kosong sebelah kursi yang diduduki oleh seorang gadis beralmamater sama dengannya.

Keduanya tak ada yang berbicara, hanya senyum tipis di tatapan pertama mereka.

Areeyata [END]✅Where stories live. Discover now